Perjuangan Raphinha sebelum sukses menjadi pemain sepak bola terkenal, tidak mudah. Masa kecil penyerang sayap Barcelona tersebut cukup berat, bahkan dia nyaris terjerumus dalam dunia narkotika.
Dilansir detikSport, pemain asal Brasil itu mengisahkan masa kecilnya. Dia menilai apa yang sekarang dicapai bagai mimpi menjadi kenyataan.
"Ini kebenaran yang berat. Saya berasal dari Restinga (sebuah lingkungan di Porto Alegre), di sana sulit untuk menemukan jalan Anda sendiri agar tidak tersesat," katanya kepada UOL Esporte.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Penghargaan Bergengsi untuk Maarten Paes |
"Ada banyak cara menjanjikan untuk mendapatkan uang dan di situlah orang-orang jadi tersesat. Saya tidak pernah keluar jalur, tapi saya jadi saksi dan hidup bersama orang-orang yang tersesat," tambahnya.
Raphinha menjelaskan, perdagangan narkoba menjadi ladang pemasukan yang menggiurkan. Namun seperti katanya, dirinya hanya fokus untuk bisa mengejar mimpi menjadi pesepakbola.
"Saya kehilangan banyak teman di dunia kejahatan, dalam perdagangan narkoba. Mereka bermain bola lebih baik 10 kali dari saya dan saya yakin mereka seharusnya bisa main di tim-tim top dunia," ungkapnya.
"Saya pernah kelaparan di jalan, ketika meminta, maka saya dilihat sebagai gelandangan. Saya harus menunggu bus berjam-jam demi datang ke tempat latihan. Itu semua adalah pengorbanan besar bagi bocah berusia 12-14 tahun," tutupnya.
Baca juga: Bellingham yang Kehilangan Magisnya |
Raphinha memulai karier di Eropa pada tahun 2018. Dirinya berkelana dari Sporting ke Stade Rennais, lalu ke Leeds United, dan kini di Barcelona.
Saat ini dia sedang bersinar di awal musim ini bersama Barcelona. Pemain berusia 27 tahun itu tidak tergantikan posisinya di penyerang sayap. Enam gol dan delapan assist dikemasnya dari 11 laga di LaLiga. Di Liga Champions, dirinya sudah kemas empat gol dari tiga laga.
Artikel ini telah tayang di detikSport. Baca selengkapnya di sini.
(iqk/iqk)