Suara perdamaian antarsuporter kembali digelorakan oleh Bobotoh di jalur perbatasan. Mereka yang berada di wilayah yang sarat akan ketegangan ini pun menginginkan para suporter sepak bola Indonesia nantinya bisa duduk bareng menonton tim kebanggaannya masing-masing di stadion.
Mimpi para suporter sepakbola Indonesia bisa berdamai pun kini tengah diupayakan untuk terwujud di seluruh wilayah. Sejumlah pihak dari pentolan suporter tim-tim yang memiliki rivalitas tinggi seperti Viking dengan the Jakmania serta Aremania dengan Bonek, sudah bersuara agar perdamaian itu bisa terwujud dan bukan hanya sekedar wacana.
Pembina Viking Karawang Ahmad Zamakhsyari atau akrab disapa Kang Jimmy mengatakan, kericuhan antarsuporter di wilayahnya rawan terjadi karena berada di jalur perbatasan. Pasalnya, Karawang menjadi daerah yang berdekatan dengan DKI Jakarta yang menjadi basis pendukung the Jakmania.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena betapa repotnya menjadi pendukung Persib di jalur gaza atau jalur perbatasan. Karena itu saya sampaikan ke temen-temen Bobotoh waktu acara di Puncak, saya sampaikan udah tolong sayangi kami temen-temen Bobotoh di jalur perbatasan dengan cara say no racis. Jangan ada bahasa-bahasa rasis ketika nonton Persib," kata Kang Jimmy dalam live Instagram Gosib (Ngobrolin Persib) di akun @detikjabar, Selasa (18/10/2022).
Kang Jimmy mengatakan, para Bobotoh yang berasal dari wilayah Priangan Timur maupun Bandung Raya tidak akan merasakan bagaimana ketegangan ketika ingin mendukung Persib dibanding dengan Karawang. Sejumlah teror pun pernah dirasakan para Bobotoh Karawang seperti pelemparan botol hingga benda yang lain kepada mobil yang mereka tumpangi setelah pulang nonton Persib di stadion.
Untuk itu, bagi Jimmy, perdamaian supporter mutlak harus segera diwujudkan. Tragedi Kanjuruhan, Malang pun menurutnya merupakan momentum yang tepat agar para kelompok suporter bisa mengakhiri rivalitas yang selama ini sudah kelewat batas.
"Dan napas serta ruh perdamaian itu sudah kami gaungkan di jalur perbatasan, bukan karena kami takut, tapi kami sepakat dari dulu bahwa rivalitas harus berbasis akal sehat bukan berbasis otot, emosi, tapi harus berbasis akal sehat. Alhamdulillah, di Karawang sekarang relatif bisa kondusif dan nyaman antara anak-anak Viking dan the Jakmania," ungkapnya.
Gaung perdamaian juga sempat Kang Jimmy lakukan saat masih berstatus sebagai Wakil Bupati Karawang. Ia pernah mengajak para suporter mulai dari Viking, the Jakmania, Bonek hingga Aremania ngopi bareng supaya menjaga kondusifitas di wilayahnya.
Tragedi Kanjuruhan pun menurutnya harus bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak. Sebab Kang Jimmy bermimpi, para suporter Indonesia mulai dari Viking dengan the Jakmania maupun Bonek dengan Aremania bisa duduk bareng di stadion untuk mendukung tim kebanggaannya masing-masing tanpa adanya kekerasan.
"Jadi saya berkeyakinan, besok Bobootoh dan the Jak bisa duduk bareng satu tribun untuk nyanyi bersama mendukung tim kebanggaan masing-masing. Tidak ada yang tidak mungkin," ungkapnya.
"Damai pasti akan terjadi, kita harus optimis itu karena saya yakin manusia punya hati. Terima kasih Kanjuruhan Malang, kami sadar betapa pentingnya nyawa manusia, kami belajar dari Kanjuruhan Malang. Dan kami optimis, yakin bisa kita pasti damai semuanya," tuturnya.
Hal senada juga diungkapkan penasihat Viking Bogor Faizal Rachman. Faizal juga ikut merasakan bagaimana ketegangan Bobotoh di perbatasan yang rawan terjadinya konflik sesama suporter.
Namun, ia selalu mengingatkan para Bobotoh di Bogor supaya bisa menjaga situasi kondusif di daerahnya. Upayanya itu pun selama ini mampu menekan bentrokan antarsuporter, meski berada di daerah yang berdekatan dengan DKI Jakarta.
"Bogor selama ini kita paling terdepan ketika ada konflik atau apa, notabenenya kita bersinggungan langsung dengan ibu kota. Tapi di sini kita tetap berupaya agar tak terjadi konflik ataupun yang ibaratnya mengarah ke kriminalitas. Kita bangun suatu persatuan dimana tidak ada konflik untuk menciptakan Bogor yang aman dan nyaman bagi pesepakbolaan, khususnya Bobotoh dengan pendukung Persija, supaya tidak bersinggungan lagi," ungkapnya.
Faizal pun mengungkap, pihaknya sudah lama membangun upaya perdamaian antarsuporter demi bisa menjaga kondusifitas di daerah. Karena menurutnya, rivalitas hanya berlangsung 90 menit saat pertandingan berlangsung, sementara setelahnya para suporter harus bisa saling menjaga perdamaian.
"Dengan momentum ini kita harapkan jadi titik balik melakukan pembenahan terhadap suporter, klub, dan infrastruktur. Jadi menyeluruh, saling berkaitan. Karena tidak bisa membenahi klub saja, atau stadion, tapi suporternya juga. Mentalnya harus kita benahi. Suporter harus diedukasi menjadi suporter yang baik, tidak merugikan, tidak membuat onar," pungkasnya.
(ral/iqk)