Masa-masa saat aktif sebagai pemain Persib Bandung pada 1980-an hingga 1990-an menyisakan banyak kenangan dalam benak Asep Sumantri.
Terlalu banyak cerita yang tersimpan rapat dalam ingatan. Namun, ada beberapa kenanganan yang memberi kesan berbeda dan dalam.
Salah satu yang tidak bisa dilupakan Asep hingga kini adalah saat akan melakoni laga final kompetisi Perserikatan 1989/1990. Saat itu, Bobotoh menyerbu Jakarta. Tentunya untuk mendukung Persib, bukan tujuan lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asep menceritakan, saat itu ia yang sedang berada di kamar hotel melihat ribuan Bobotoh datang ke Jakarta untuk mendukung tim berjuluk 'Maung Bandung' itu. Bukan beban yang berselimut dalam hatinya, melainkan timbul semangat berlipat.
Ia merasa Persib begitu istimewa di mata Bobotoh. Sebab, Bobotoh begitu luar biasa dalam memberi dukungan bagi Persib. Mereka rela berbondong-bondong datang ke Jakarta demi menyaksikan 'Maung Bandung' berlaga.
"Kenangan yang diingat, jadi tahun 1990, yang berkesan kita nginap di hotel di Jakarta. Kita lihat di atas dari jendela di jalan tol itu banyak Bobotoh pakai bus. Asep kan sekamar sama Nandang Kurnaedi, di situ kita cerita, aduh itu penontonnya banyak ke sini. Kalau (Persib) kalah (di final) kasihan (Bobotoh), jadi timbul motivasi," ujarnya.
Dari situ, semangat berlipat seolah menular kepada seluruh pemain Persib. Sehingga, Persib tampil heroik dan sukses membungkam Persebaya Surabaya di final dengan skor 2-0.
Saat itu, gol pertama tercipta lewat gol bunuh diri Subangkit. Gol kedua diciptakan Dede Rosadi. Skor 2-0 dan trofi juara berhasil dibawa ke Bandung.
![]() |
Kenangan lain juga didapatkan Asep di laga final tersebut. Ada cerita jimat dari balik jalannya laga.
"(Kenangan paling tak terlupakan) yang kedua di final lawan Persebaya. Enggak tahu apa ya, ada pemain Persebaya yang pakai kaos kaki diikat tali putih. Pas tali dicabut itu marah dia. Setelah pertandingan dia akhirnya cerita itu jimat dia katanya," ucap Asep sambil tertawa.
Ia juga menceritakan momen serunya Final Liga Indonesia 1994/1995 melawan Petrokimia. Saat itu ada kata-kata pelatih Indra Thohir yang paling Ia ingat.
"Pas lagi briefing, 4 jam mau main, pelatih bilang kapan lagi, iraha deui rek loba duit teh (kapan lagi mau banyak uang). Kita kan timbul lagi iya (semangat) nih kalau menang dapat duit lagi, kasarnya gitu, selain tentunya prestasi (yang diinginkan)," tuturnya.
Di luar itu, begitu banyak kenangan tersimpan rapi dalam ingatan. Hal itu selalu mengiringinya saat kini bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Namun, Asep sempat merasakan jadi asisten pelatih Persib ketika tim ditukangi Djadjang Nurdjaman. Ada andil Asep ketika saa itu Persib bisa menjuarai ISL 2014 dan Piala Presiden 2015.
Singkat cerita, Asep akhirnya tak lagi jadi asisten pelatih. Ia kini fokus dengan tugasnya sebagai PNS di Bapenda Kota Bandung. Status sebagai PNS sendiri didapat setelah ikut mengantarkan Persib juara kompetisi Perserikatan pada 1990.
Sehingga, kenangan juara pada 1990 memberinya kebahagiaan ganda. Sebab, selain juara, dia dihadiahi pekerjaan lain di luar sepak bola. Ia pun sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari tim Persib saat itu.
"Jadi PNS pas Persib juara 1990. Salah satu hadiah dari juara itu, pas juara Perserikatan 1990 diangkat jadi PNS," tandasnya.
Meski tidak lagi berkecimpung di dunia sepak bola, namun Asep mengaku masih terus memperhatikan perkembangan Persib hingga saat ini. Di sela kesibukannya, dia juga tengah menempuh pendidikan S3 hingga bisnis kuliner.
(bba/orb)