Calon Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyoroti permasalahan layanan kesehatan di Jabar. Menurutnya, Pemerintah Provinsi tak perlu lagi berfokus dengan pembangunan layanan kesehatan tapi terus berpusat di Bandung.
Dedi berangan-angan, jika menjadi Gubernur nanti, ingin membangun tiap-tiap rumah sakit khusus di Kota/Kabupaten lain selain Bandung. Ia menyontohkan rumah sakit khusus tersebut seperti RS spesifikasi layanan ibu dan anak, kanker, jantung, dan lainnya.
"Pelayanan kesehatan adalah yang terpenting. Tengok saja RSHS misalnya, puluhan ribu orang antre ke sana, warga se-Jabar. Provinsi nggak usah bangun Rumah Sakit di Bandung, tapi perkuat layanan rumah sakit di tingkat Kota/Kabupaten," ucapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bikin kualifikasi, kabupaten ini layanan ibu anak, kabupaten ini layayan kanker, layanan jantung dll sambil identifikasi apa sih problem penyakit di Jabar ini? Sambil cari solusi agar warga tidak terus-terusan berobat," imbuh Dedi.
Kang Dedi Mulyadi atau KDM, begitu sapaannya, melihat setiap rumah sakit di daerah harus ditingkatkan kapasitasnya. Selain itu, kualitas layanannya juga perlu ditambah dengan ruang-ruang layanan yang memiliki spesifikasi khusus yang tidak ada sebelumnya.
"Apa sih yang menjadi rujukan? Bedah, bedah syaraf, bedah otak, kanker, jantung, layanan untuk penyakit stroke atau internis lainnya. Layanan untuk anak juga harus diperkuat. Nanti ada wilayah-wilayahnya itu kabupaten ini spesifikasinya ini," tutur KDM.
"Jadi di antar wilayah mereka, tinggal geser-geser. Misalnya nanti warga Subang bisa ke Majalengka, warga Majalengka bisa ke Cirebon kalau spesifikasinya ada di Cirebon," sambungnya.
Ia mengatakan tak ingin pembangunan terutama layanan kesehatan terus berpusat di Kota Bandung. Menurutnya dalam membangun Jabar, tidak boleh Bandung sentris.
KDM mengaku optimis soal rencananya, sebab telah banyak berkaca dari masalah layanan kesehatan di Purwakarta. Mantan Bupati Purwakarta dua periode itu juga tak mau putus asa dengan keterbatasan anggaran daerah.
"Kita ini bisa berikhtiar, hidup ini jangan selalu terkungkung oleh anggaran. Saya selalu belajar pada ibu saya. Ibu saya punya anak sembilan, gajinya bapaknya sebagai prajurit kepala. Luas sawahnya hanya seperempat hektare, bisa jadi sarjana semua. Kalau ngandelin gaji nggak cukup kok. Orang kita ini asal punya keyakinan, kita bisa melakukan apa-apa. Saya dulu pernah buktikan itu di Purwakarta," ucap dia dengan yakin.
Selain itu, tingkat layanan dasar yang harus diperkuat itu adalah layanan puskesmas. KDM melihat konsep puskesmas rawat inap harus diperkuat. Harapannya agar orang tidak semuanya antre di RS Kabupaten dan terus menerus berobat.
"Jadi harus diperkuat di setiap kecamatan harus ada laboratorium, untuk identifikasi publik apasih problem rakyatnya, penyakitnya apa? Orientasinya apa? Sudah jangan obat-obatan tapi bagaimana membangun hidup sehat," harap dia.
KDM ingin audit lingkungan di Jabar dikedepankan. Sehingga jika warga sudah sehat, biaya berobatnya diarahkan untuk identifikasi dan antisipasi penyakit yang kerap menyerang masyarakat.
KDM ingin jika dipercaya memimpin Jabar, dapat merekrut pakar kesehatan untuk mengeluarkan inovasi terbaik membangun masyarakat yang sehat. Ia ingin punya political will untuk menghentikan penyakit di Jabar.
"Saya mau rekrut dokter-dokter, pakar kesehatan, yang out of the box. Saya itu di situ ada solusinya, dokter Terawan, dokter Siti Fadilah Supari, itu tahu ilmunya tinggi. Bagaimana membangun masyarakat yang sehat termasuk penguatan layanan kesehatan tingkat kota kabupaten," kata KDM.
"Dokter yang magang di puskesmas itu atau ASN, akan disekolahkan dokter spesialis dan harus kembali ke situ. Mereka harus direkrut, lalu di Jabar perlu membangun industri yang berbasis lingkungan. Nanti akan match dan berhasil menurunkan jumlah orang yang berobat ke puskesmas dan rumah sakit, itu ukuran keberhasilan saya," tambah dia.
Dalam visi besarnya, ia tak ingin dokter terus menerus memberi obat untuk menyembuhkan. Tapi perlu ada dokter pencegahan untuk membina desa-desa agar lingkungannya sehat.
Nanti, gaji dokter tersebut bisa meningkat sesuai dengan jumlah orang yang sehat. Kalau bulan berikutnya bisa menurunkan jumlah orang sakit, honornya naik. Sebab KDM melihat di beberapa negara maju, dokter tidak dengan mudahnya mengeluarkan resep obat.
(aau/iqk)