Kurang dari satu bulan pencoblosan, Calon Gubernur (Cagub) Dedi Mulyadi dan Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Erwan Setiawan masih unggul dalam survei yang dikeluarkan Ragaplasma Research dan Jaringan Pegiat Literasi (JPI) yang dilakukan di enam kabupaten kota di Jawa Barat.
Survei ini dilakukan di Kabupaten Cirebon, Purwakarta, Bandung Barat, Kota Sukabumi, Bogor dan Depok dalam rentang waktu satu bulan atau dari Tanggal 1-27 Oktober 2024 lalu dengan jumlah responden 400 orang di masing-masing kota kabupaten dengan margin of error 4,47%.
Di Kabupaten Cirebon, Acep Gita 7,45%, Jeje-Ronal 11,80%, Ahmad-Ilham 21,76, Dedi-Erwan 55,89% dan tidak memilih 3,10%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu di Kabupaten Purwakarta, Acep Gita 3,90%, Jeje-Ronal 4,15%, Ahmad-Ilham 10,50%, Dedi-Erwan 74,10% dan tidak memilih 7,35%.
Sedangkan di Kabupaten Bandung Barat, Acep Gita 5,65%, Jeje-Ronal 11,56%, Ahmad-Ilham 19,78%, Dedi-Erwan 50,23% dan tidak memilih 12,78%.
Lalu di Kota Sukabumi, Acep Gita 2,76%, Jeje-Ronal 2,01%, Ahmad-Ilham 15,54, Dedi-Erwan 67,93% dan tidak memilih 11,78%.
Kemudian di Kota Bogor, Acep Gita 9,78%, Jeje-Ronal 14,60%, Ahmad-Ilham 25,53, Dedi-Erwan 45,89% dan tidak memilih 4,20%. Terakhir di Kota Depok, Acep Gita 7,45%, Jeje-Ronal 9,45%, Ahmad-Ilham 32,10, Dedi-Erwan 45,35% dan tidak memilih 5,65%.
Sebelum dilakukan di enam daerah ini, Ragaplasma Research juga pernah melakukan survei serupa di enam kabupaten kota lainnya yang dilakukan di awal Bulan Oktober yakni Kabupaten Bekasi, Garut, Majalengka, Cianjur, Kota Bandung dan Kota Cirebon.
Untuk hasil survei di 12 kabupaten kota dengan jumlah responden 4.800 orang dengan margin of eror 1,44%. Survei Acep Gita mencapai 9,14%, Jeje-Ronal 8,61%, Ahmad-Ilham 19,40, Dedi-Erwan 55,05% dan tidak memilih 7,80%.
Direktur Ragaplasma Research Romdin Azhar mengatakan, angka survei Dedi-Erwan masih tinggi dari tiga paslon lainnya. Disinggung apakah elektabilitas Dedi-Erwan bisa turun jelang tiga kegiatan debat kandidat yang akan digelar KPU Jabar? Romdon sebut berpengaruh namun angkanya kecil.
"Kalau tadi secara riset yang nonton debat sepertiganya dan yang menyatakan berpengaruh sepertiganya lagi, ada pengaruh, sekitar 11 persen, kalau berbicara angka. Pengaruh bagi yang nonton, kalau yang gak nonton tidak akan tahu ya," kata Romdon di Bandung, Jumat (1/11/2024).
"Secara angka susah ya. Tapi kita tidak tahu kalau ada situasi badai politik lain, tapi secara data tidak signifikan," tambah Romdon.
Sementara itu, Peneliti JPI Muhammad Fadlan Ansori menuturkan, apakah debat kandidat berpengaruh untuk menurunkan elektabilitas? Seperti di Kota Sukabumi, penurunan elektabilitas setelah debat hanya terjadi beberapa persen.
"Setelah debat publik masyarakat bisa lihat tapi itu tidak berpengaruh dengan berkurangnya persentase apalagi di wilayah pedesaan, setelah lihat figur, suka dengan figur, itu tidak berpengaruh, tidak akan besar persentase untuk menurunnya," tutur Fadlan.
Pengaruh juga menurut Fadlan terjadi di warga usia 20 tahun ke bawah atau pengguna aktif media sosial.
"Kita lihat di Kota Sukabumi, pemilih usia SMA mereka lihat media, ketika ditanya seberapa sering melihat media, itu ada di generasi SMA, dibanding usia 20 ke atas. Misal di Kota Sukabumi ingin naikkan elektabilitas pasangan nomor 2 mereka hanya lihat di media, untuk debat itu tak mempermasalahkan," jelasnya.
Jangankan debat, seperti di Pilgub Jabar isu miring menerpa pasangan Dedi-Erwan, khusunya Dedi Mulyadi yang diserang dengan isu politik identitas, namun isu itu tak menurunkan elektabilitas mantan Bupati Purwakarta ini.
"Melihat survei Pilgub ini, Pak Dedi masih tinggi, ketika ada permasalahan dan isu yang menimpa Pak Dedi, masyarakat tak mempermasalahkan isu miring itu, Dedi Mulyadi masih di atas angin," pungkasnya.
(wip/yum)