Mengenal Pagpag, Hidangan Ekstrem dari Filipina

Atiqa Rana - detikJabar
Senin, 08 Des 2025 11:00 WIB
Pagpag, kuliner ekstrem dari Filipina. (Foto: Istimewa)
Jakarta -

Setiap wilayah di suatu negara umumnya punya makanan yang menjadi ciri khasnya. Namun, tak jarang makanan itu bikin orang lain bergidik.

Hal serupa terjadi di Filipina. Di sini, ada makanan yang tergolong ekstrem. Tak tanggung-tanggung, makanan ini berasal dari sampah atau sisa makanan.

Ya, bagi sebagian orang, ini akan dianggap menjijikan. Namun, bagi sebagian orang lagi, makanan ini adalah 'harta karun'.

Dikutip dari detikFood, nama makanan ini adalah Pagpag, yang secara harfiah berarti 'dibersihkan dari debu.' Makanan Filipina itu menjadi viral usai para influencer dan blogger asal China menunjukkan momen menikmati hidangan ekstrem dan unik ini.

Sebenarnya pagpag sudah lama jadi makanan andalan masyarakat di daerah miskin Filipina selama beberapa dekade. Hal yang membuat hidangan ini disorot karena bahan utamanya adalah makanan sisa yang dibersihkan, lalu dibumbui kembali, dan digoreng.

Pagpag dikonsumsi masyarakat di beberapa daerah Filipina karena merupakan satu-satunya sumber protein terjangkau bagi keluarga miskin.

Berawal dari kemiskinan ekstrem yang terjadi pada tahun 1960-an ketika negara tersebut menderita krisis utang dan pengangguran yang parah. Kondisi tersebut memaksa banyak orang bermigrasi ke daerah perkotaan untuk mencari peluang, lapor South China Morning Post (30/11).

Pagpag. (Foto: Istimewa)

Untuk bertahan hidup, komunitas di daerah miskin tersebut mulai menggunakan sisa protein dari berbagai sumber yang akhirnya dinamakan menjadi pagpag.

Sumbernya pun tidak hanya ayam goreng bekas, tetapi juga daging lainnya yang diambil dari restoran cepat saji, supermarket, hingga tempat sampah.

Untuk membuatnya, para pemulung biasa bergegas keluar sebelum fajar untuk menemukan sisa makanan yang masih awet. Setelah dikumpulkan, makanan sisa tersebut dijual kembali ke pedagang dengan harga murah.

Para pedagang lalu mengolah makanan sisa ini dengan cara memotong, mencucinya berkali-kali, kadang dibuang tulangnya, lalu dimasak dengan menambahkan bumbu-bumbu, dan menggorengnya. Barulah makanan sisa olahan ini dijual ke masyarakat dengan harga sekitar 20 sampai 30 peso atau Rp 5.600 sampai Rp 8.500.




(aqr/orb)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork