Cara Membuat Rujak Bebek, Kuliner Legendaris Sunda yang Kaya Manfaat

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Senin, 01 Des 2025 09:30 WIB
Rujak Bebek (Foto: Istimewa)
Bandung -

Di antara sajian rujak di Sunda, ada yang telah mengakar kuat dalam tradisi, bahkan kuliner legendaris ini menjadi syarat yang harus dipenuhi dalam adat syukuran tujuh bulanan perempuan mengandung. Tiada lain, itulah Rujak Bebek. Bebek dalam bahasa Sunda berarti tumbuk.

Rujak ini dibuat dengan cara ditumbuk. Yaitu menggunakan lumpang dan alu. Bahan-bahannya adalah berbagai jenis buah-buahan muda yang diiris lalu dibubuhi bumbu yang menegaskan rasa pedas dan segar pada kuliner tersebut.

Hebatnya, rujak bebek bukan sekedar kuliner biasa. Kehadirannya dalam tradisi 'tujuh bulanan' menandakan bahwa ini bukan sembarangan kuliner, melainkan kuliner yang menyampaikan makna kepada penikmatnya.

Selain makna, rujak bebek juga mengandung kisah dari masa lampau tentang percintaan dan kompleksitasnya ketika dua entitas manusia berlainan jenis bertemu dan memutuskan untuk hidup bersama.

Bagaimana cara membuat, kisah, makna, dan manfaat rujak bebek yang menjadi kuliner legendaris dari Sunda ini? Simak artikel ini sampai tuntas yuk!

Cara Membuat Rujak Bebek

Hal yang paling penting dalam rujak bebek ini adalah alat menumbuk berupa lumpang dan alu. Biasanya, lumpang dan alu terbuat dari kayu sehingga ketika digunakan, menimbulkan suara yang khas.

Rujak bebek harus ditumbuk, sebab itu yang menjadikannya berbeda dari rujak lain. Penggunaan mesin blender dalam pembuatan rujak ini tidak disarankan, selain karena dapat mengubah rasa, juga membuat tekstur terlalu halus,

Setelah alat tersedia, siapkanlah bahan-bahan berupa buah-buahan muda. Yang umum digunakan adalah mangga muda, jambu air, nanas, kedondong, pepaya dan pisang batu, belimbing, mentimun, dan nangka muda (lentud). Siapkan juga bumbunya, yaitu cabai rawit, gula merah, asam Jawa, garam, dan terasi.

Irisan buah-buahan di atas dimasukkan ke dalam lumpang, lalu dibubuhi bumbu secukupnya. Setelah itu, bahan rujak ditumbuk hingga hancur dan menyatu satu dengan lainnya. Meski hancur, upayakan jangan terlalu halus seperti tekstur bubur. Tekstur tumbukan kasar memberi kesempatan rujak itu dikunyah saat disantap.

Kisah Rujak Bebek

Berbagai sumber mengarahkan silsilah pembuatan rujak bebek ini pada kisah cinta seorang residen Priangan Timur bernama Raden Ranusentika dengan Dewi Mas Inten. Kocap tercerita, saat itu, Ranusentika bertugas di Ajibarang untuk membuka lahan hutan.

Namun, setelah berlama-lama melakukan kerja di hutan, belum ada hasil yang tampak. Sebab, pohon yang ditebang hari kemarin, hari ini tumbuh lagi. Demikian kejadian-kejadian aneh lainnya juga mewarnai pembukaan lahan di kawasan Banyumas, Jawa Tengah itu.

Sampai pada suatu momen di mana Raden Ranusentika menemukan sebuah pendok, yaitu cincin dari bilah keris di sebuah air terjun yang tinggi di dalam hutan itu, yang kemudian dinamai Curug Cipendok. Cincin itu dia pakai di jarinya. Seketika, pengelihatannya bertambah tajam.

Ketajaman pengelihatannya menembus dimensi lain. Dia bisa melihat bangsa jin yang mendiami hutan itu, dan sebenarnya, merekalah yang selama ini menghalangi upaya pembukaan lahan hutan itu. Namun bahagianya, di saat pengelihatannya menjadi tajam, dia juga melihat seorang perempuan dari bangsa itu. Namanya, Dewi Mas Inten yang kemudian menjadi istrinya.

Cincin itu menjadi simbol kewanitaan/lumpang sementara jari yang memasuki lingkaran cincin itu menjadi simbol kejantanan/alu. Setelah pernikahan terjadi, berbagai rasa yang kompleks muncul. Sedih, bahagia, senang, terluka, selamat bahkan bahaya tercampur di dalam pernikahan.




(iqk/iqk)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork