Eksperimen Kuliner Ubi Cilembu Disulap Jadi Dessert Unik

Eksperimen Kuliner Ubi Cilembu Disulap Jadi Dessert Unik

Nur Khansa Ranawati - detikJabar
Kamis, 27 Mar 2025 09:00 WIB
Bandung -

Ubi Cilembu adalah salah satu panganan khas Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yang cukup banyak digemari. Namun, selain dalam bentuk ubi, ternyata umbi yang manis ini juga bisa diolah dan disajikan dalam bentuk unik.

Salah satunya seperti hasil eskperimen desainer grafis asal Bandung sekaligus pemilik studio desain Nusae, Andi Rahmat, dengan seorang chef dan desainer kuliner, Arthur Tamnge. Melalui brand resto Sugu, mereka melahirkan olahan ubi dalam bentuk dan tekstur yang jauh berbeda dari aslinya.

Bila dilihat sekilas, tampak tidak ada unsur ubi yang dikenali dari dessert yang diberi nama "ubee" tersebut. Namun, ketika disantap, orang akan langsung mengenali rasa ubi dari suapan pertama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arthur Tamnge (kiri) dan Andi Rahmat (tengah) saat menjelaskan proses kreasi ubi cilembu di Sugu Bandung.Arthur Tamnge (kiri) dan Andi Rahmat (tengah) saat menjelaskan proses kreasi ubi cilembu di Sugu Bandung. Foto: Nur Khansa Ranawati

Selain ubi cilembu, sajian tersebut juga dikombinasikan dengan bahan lainnya seperti santan dan sagu mutiara alias pacar cina sebagai toping. Selain itu, terdapat pula remahan ubi kremes yang ditaburkan. Olahan menu ini juga sempat menjadi juara favorit dalam event kompetisi kuliner CERIA yang diselenggarakan oleh Opaper.

"Ubi itu punya karaker kuat dengan rasa manis dan earthy. Dia mudah digunakan dan bisa dieksplorasi jadi dessert, appetizer bahkan main course. Untuk sajian ini (ubee), secara rasa kita tidak merubah banyak meskipun tampilannya sangat berbeda," ungkap Arthur ketika ditemui di Sugu, Jalan Ir.H.Juanda Bandung, beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Ubee dibuat dengan menggunakan ubi yang didatangkan langsung dari Cilembu. Sebelum dipanggang dalam suhu 240 derajat, ubi-ubi yang akan diolah menjadi menu ubee terlebih dahulu dibelah kulitnya agar rasa manis dari madu dapat lebih terasa.

Executive Sous Chef Sugu Setiady, yang juga terlibat dalam proses riset dan pengembangan menu ubee, mengatakan bahwa pihaknya sengaja tidak menambahkan banyak saus selain santan. Hal ini dilakukan agar cita rasa manis alami dari ubi tidak 'tenggelam'

"Rasa ubee ini lebih ke gurih dan manis, rasa manisnya pun muncul dari karakter manisnya madu ubi cilembu. Konsepnya kita buat sesimpel mungkin, agar orang yang makan ubee ini langsung teringat momen ketika dia makan ubi," jelas Setiady.

Selain itu, sajian yang terjual hampir 200 porsi dalam waktu tiga hari ini juga menggunakan produk UMKM asli Cilembu, yakni kremes ubi Ma Utik. Tujuannya adalah memperkenalkan produk asli daerah setempat kepada khalayak yang lebih luas.

"Di dalam menu ubee ini kita pakai produksinya UMKM ubi cilembu Ma Utik. Harapannya bisa sekaligus mengangkat produk-produk UMKM tersebut," ungkapnya.

Tak hanya ubee, Sugu pun masih akan mengolah ubi cilembu menjadi santapan berbeda lainnya. Salah satunya adalah sajian main course yang akan diluncurkan di pertengahan Maret.

"Ubee", olahan unik ubi cilembu yang disajikan di Sugu Bandung (Dok. Sugu) Foto: Istimewa

Misi Mengenalkan Ubi ke Pasar Premium

Meski memiliki latar belakang profesional yang berbeda, Andi dan Arthur memiliki kecintaan yang sama terhadap panganan lokal dan sejarah yang membalutnya. Juga, terhadap potensi-potensi besar yang dapat diolah dari kekayaan kuliner tradisional.

Untuk itu, keduanya mengulik ubi cilembu dengan langsung mendatangi Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Di sana, mereka dan tim banyak bertanya soal sejarah, cara tanam dan mengolah ubi cilembu, hingga aneka produk UMKM yang dihasilkan.

Tujuannya adalah menggali potensi kreatif yang dapat dilakukan untuk 'menaikkan level' ubi cilembu agar lebih dikenal di pasar yang lebih luas, tak terkecuali pasar premium.

"Seperti di Bali misalnya, di sana kan ada konsep-konsep kuliner farm to table yang membuat olahan makanan nya menjadi mahal. Ketika makanan dihargai dengan baik, maka apresiasi untuk seluruh pihak yang terlibat mulai dari petani hingga karyawan di restoran pun akan naik," ungkap Andi.

Lebih dari itu, mereka juga berupaya mengenalkan ubi dan segala potensinya kepada masyarakat luas secara umum, yang mungkin belum terlalu familiar dengan rasa panganan ubi. Salah satunya adalah dengan menghadirkan menu unik di restoran dan menggelar event diskusi khusus yang membahas proses kreatif penciptaan menu tersebut.

"Ya enggak usah muluk-muluk sebenarnya. Dengan orang bertanya soal menu ubee ini, menunjuk menu-nya, bertanya soal menunya seperti apa, lalu kemudian memesanya. Itu sudah jadi tolak ukur keberhasilan untuk saya dalam menyampaikan pesan soal ubi ini," jelas Arthur.




(tya/tey)


Hide Ads