Selama tiga puluh tahun tinggal di Singapura dan berkeliling ke banyak negara, ada satu hal mengganjal yang dirasakan Edy Ongkowijaya. Pria berdarah Minang tersebut merasa makanan Indonesia sulit ditemui.
Resto-resto negara Asia lainnya seperti China, Jepang dan Korea tampak masif bermunculan dan banyak digemari. Padahal, Edy menilai makanan Indonesia pun tak kalah enak, apalagi ragamnya sangat kaya.
Kalaupun ada, Edy mengatakan, rasanya kerap kurang sesuai dengan makanan Indonesia aslinya. Entah itu terlalu manis atau juga kurang rempah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berangkat dari keresahan tersebut, ia dan sejumlah rekannya saat ini mendirikan sebuah rumah makan yang bertujuan untuk menjadi etalase bagi aneka masakan Nusantara. Gerai yang dinamai Little Indonesia tersebut diresmikan di mal Cihampelas Walk, Kota Bandung, Sabtu (8/2/2025).
"Saya merasa punya panggilan untuk mempopulerkan budaya Indonesia dalam bentuk kuliner ke mancanegara. Saya selama ini keliling dunia merasa susah menemukan Indonesian food dimana-mana. Adanya Chinese food, Korean Food, Japanese food. Padahal saya sangat positif makanan Indonesia itu bisa diterima di luar negeri," ungkap Edy di sela peresmian.
Salah satu menu andalan Little Indonesia adalah Nasi Lemak. Resep ini disebut telah meraih predikat Michelin Guide Street Food Recommended di Singapura. Menu ini dibawa dari salah satu resto milik rekan Edy di Singapura, Norman, yakni Nasi Lemak Ayam Taliwang.
Selain itu, terdapat pula menu lainnya seperti bakmi, ayam geprek, nasi liwet kendil, ayam bekakak asap, mie kocok bandung, terong raos, cireng bumbu rujak, hingga aneka minuman dan dessert khas Indonesia.
detikJabar berkesempatan mencicipi salah satu menu ayam goreng sambal Little Indonesia. Salah satu yang menonjol dari sajian tersebut adalah sambalnya yang pedas dan kaya aroma. Ayam goreng bumbu kuning dan tahunya pun terasa gurih. Namun, Anda yang terbiasa makan porsi besar mungkin harus menambah pesanan agar lebih kenyang. Pasalnya, porsi yang disediakan tidak terlalu besar.
Es teh yang disajikan pun terbilang unik. Tak seperti es teh di resto-resto Indonesia pada umumnya, di sini menu tersebut disajikan tidak manis. Namun, aroma harum teh nya jadi menonjol menyeruak dan memberi rasa segar.
![]() |
Buka Cabang di Sejumlah Negara
Selain mengawali pembukaan gerai pertama di Kota Bandung, Edy dan rekan-rekannya berencana untuk membuka Little Indonesia lainnya di Singapura dalam lima bulan ke depan. Tak sampai di situ, kedai ini juga disebut akan dibuka di New York, Amerika Serikat, dan Australia. Nantinya, menu-menu unggulan yang disajikan di negara-negara tersebut disesuaikan dengan lidah masyarakatnya.
"Kita akan melihat demografis, kira-kira apa yang cocok. Jadi tetap produk Indonesia, tapi mungkin akan dimasukkan jenis-jenis lainnya. Seperti di New York, itu sudah pasti akan kita masukkan bakmi. Di Australia, level pedas sambalnya bakal dikurangi," paparnya.
Selain karena sulit menemukan resto Indonesia di luar negeri, Edy yang juga merupakan owner gerai D'Penyetz tersebut mengatakan salah satu motivasinya membawa Little Indonesia ke kancah dunia adalah karena negara Indonesia kerap tidak dikenal orang.
"Kalau bule makan ayam penyet atau sambal kita itu dia bilang, 'wow, this is like in Bali'. Jadi mereka pikir Bali itu negara, bukan bagian dari Indonesia. Jadi tugas saya juga mengedukasi mereka agar lebih mengenal Indonesia," jelasnya.
Ajak UMKM 'Go International'
Upaya mengenalkan kuliner Indonesia tak hanya dilakukan melalui resto Little Indonesia. Edy dan rekan-rekannya juga berambisi untuk mengenalkan berbagai produk UMKM asal Indonesia untuk ikut merambah pasar internasional.
Hal tersebut akan dilakukan dengan memajang produk-produk UMKM yang telah lolos kurasi di etalase yang akan disimpan di gerai-gerai resto Little Indonesia. Sehingga, para pengunjung resto nantinya dapat turut membeli makanan yang dipajang.
Kesempatan ini, ia mengatakan, dapat diikuti oleh siapa saja asal memenuhi syarat. Di antaranya adalah kemasan produk yang bagus, sudah dijamin halal dan bukan merupakan makanan beku.
"Nanti akan kita filter barang-barangnya, packagingnya harus yang bagus dan produknya bisa tahan di suhu ruang. Nanti kirimkan ke kami di Singapura untuk dikurasi kembali oleh panelis," ungkapnya.
Nantinya, UMKM yang berminat dapat mengirim sampel makanan mereka. Batas expired setiap produk yang dikirim adalah satu tahun.
Ada alasan khusus mengapa jenis makanan yang dikirim tidak boleh yang berbentuk frozen. Edy mengatakan, hal tersebut untuk meminimalisasi ongkos kirim via kapal laut. Pasalnya, perjalanan ke laut menuju Singapura dan Australia bisa memakan waktu hingga satu bulan. Bila menggunakan pendingin, harga akan melambung berkali-kali lipat.
"Kalau sudah memenuhi kriterianya, nanti silakan kirim sampelnya. Nanti akan ada panelis yang menilai, kita coba dan nilai. Kalau cocok, kita akan sekalian urus seritifikasi halalnya dari negara setempat," ungkapnya.
Rencana ini masih dalam tahap pengembangan. Bila telah rampung, Edy mengatakan akan melakukan publikasi secara luas agar dapat diketahui oleh para pelaku UMKM lokal.
Upaya mengenalkan kuliner Indonesia ke dunia sudah sejak lama menjadi cita-cita Edy. Meski puluhan tahun menjadi diaspora di Singapura, rasa cinta dan kerinduan dirinya terhadap kuliner Nusantara tak pernah luntur.
"Sebelum saya bertemu kembali dengan Sang Pencipta, saya ingin meninggalkan legacy bahwa masakan Indonesia itu sangat mungkin untuk go international," tutupnya.
(tya/tey)