Suara tumbukan nan berirama itu terdengar dari belakang rumah. Sementara di halamannya terdapat sejumlah tampah berisi serbuk cokelat dan beras ketan yang sedang dijemur.
Seperti itulah gambaran rumah Warinah (62) warga di Blok Telaga, Desa Pondoh, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Kesehariannya ia memproduksi jajanan khas Desa Pondoh yaitu geblog ketan.
Pagi itu, Warinah terlihat sibuk mengangkat rendaman beras ketan. Kemudian ia pun mengangkatnya untuk dikukus diatas pawon tradisional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Paling jam 9an baru mulai terus nunggu sampai nanti jam setengah 2 lah," kata Warinah ditemui detikJabar, Minggu (19/1/2025).
Mengukus beras ketan yang akan ia olah menjadi geblog khas Pondoh dilakukan secara bertahap. Hal itu disesuaikan dengan jumlah kebutuhan atau pesanan yang ia terima setiap harinya.
"Pertama dibikin 10 kilogram, terus nanti jam 4 sore direndam lagi (beras ketan) untuk nanti dikukus malam-malam," ujarnya.
Untuk mengukus beras ketan membutuhkan waktu selama 2 sampai 3 jam. Di selang waktu itu, Warinah gunakan untuk mengolah bumbu geblognya.
Tidak sederhana, bumbu gebolg ketan khas Pondoh dibuat dari bahan kelapa dan gula merah. Mula-mula Warinah menggoreng parutan kelapa hingga sedikit mengering.
![]() |
Kemudian, parutan kelapa yang sudah disangrai itu ditumbuknya hingga halus. Sambil dicampur dengan irisan gula merah sampai merata.
"Kalau beras ketan kadang 20 kilogram kadang 21 kilogram tergantung pesanan tapi itu sudah rutin setiap hari. Kalau kelapanya 6 buah, terus gulanya 2 kilogram," kata Warinah jelaskan bahan-bahan geblog ketan.
Setelah itu selesai, Warinah pun kembali mengurusi beras ketan yang sudah masak. Nasi ketan itu kemudian ia tumbuk hingga halus.
Geblog ketan yang sudah selesai kemudian ia iris lalu dibungkus dengan mengunakan kertas minyak. Ukurannya disesuaikan dengan harga yang bisanya sekitar Rp2 ribu untuk satu bungkusnya.
![]() |
Warinah mengaku, usaha rumahan yang digelutinya ini sejak 3 tahun belakangan. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya terlebih setelah suami meninggal dunia.
Mulanya, Warinah hanya memproduksi sekitar 5 kilogram ketan saja. Namun, setelah banyak yang memposting foto produksinya, pesanan mulai ramai berdatangan.
"Sendiri aja (nggak pakai karyawan), paling yang mengemas dan mengantar pesanan aja. Dari dulu saya nggak pernah nyuruh orang lain buat numbuk ketan atau bumbu," jelasnya.
Di dapur produksinya, detikJabar berkesempatan mencicipi geblog ketan buatan Warinah. Secara tekstur geblog ketan itu sangat lembut dan kenyal namun tidak lengket.
Tak hanya itu, bumbu khas nya menambahkan rasa geblog lebih enak. Taburan bumbu dari sangrai kelapa campuran gula merah itu terasa manis dan gurih.
(tya/tey)