Mengenal Pangandaran tak lepas dengan hidangan kulinernya. Jika wisatawan berenang cukup pagi pedagang sate toe ataupun pecel banyak berkeliaran.
Biasanya, para pedagang itu menyuguhkan sarapan sate toe bersama nasi kuning dan pecel bagi para wisatawan yang berenang atau sedang menikmati suasana. Pedagang sate toe dan pecel itu muncul sejak pukul 06.00 WIB hingga 10.00 WIB.
Salah satu pedagang Sate Toe dan Pecel, Yani Amalia (25) mengatakan mulai berjualan di Pantai Pangandaran sejak pukul 05.30 WIB pagi sudah berada di pesisir. "Karena jam itu pasti ada banyak wisatawan baru datang, dan menunggu momen sunrise," ucapnya kepada detikJabar, Minggu (16/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan penjual sate toe di Pantai Pangandaran cukup banyak. Jadi, kata dia, harus pintar-pintar untuk menjajakan jualannya.
"Untuk sate toe saya ambil dari Kalipucang di sana tegalnya. Karena kan di daerah Pangandaran jarang yang nyari," ucap dia.
Menurut dia, yang membedakan sate toe dengan sate lainnya dari rasa bumbu kuning yang disajikan. "Memang bedanya setiap penjual ada pada bumbu. Kunyit dan rempahnya itu yang membuat menjadi enak," katanya.
Kendati demikian, kata dia, harganya pun pasti berbeda dengan sate toe lainnya. "Kalau dari rasa memang beda, harganya pun sama," ucapnya.
Yani menjual sate toe satu tusuknya Rp 2.000 dan ditambah pecel Rp 10.000. Dengan uang Rp 12.000 wisatawan bisa kenyang di pesisir pantai sambil menikmati suasana.
"Sehari kalau lagi sepi paling banyak abis 50 tusuk. Pas ramai bisa habis 100 tusuk tuh. Ditambah pecelnya juga," ucapnya.
Secara tampilan sate toe merupakan kerang sungai yang mirip dengan simping atau kerang laut. Toe memiliki daging cukup gemuk dan empuk.
![]() |
Rasa sate toe memang asin asam dan manis, jika ditambah bumbu kacang pecel lebih enak lagi. Apalagi ditambah nasi kuning khas Kalipucang.
Yani mengatakan untuk omzet biasanya dihitung bukan per bulan, tetapi per hari. "Karena tidak setiap hari jualan. Kan kalau lagi weekend atau long weekend," katanya.
Menurut dia, sehari paling sedikit dapat Rp 300 ribu dan kalau lagi ramai bisa mencapai Rp 500 ribu. "Kalau saya mah ibaratnya balik modal sama untung ganti bensin dan makan saja sudah alhamdulillah," ucapnya.
Awal Berjualan di Pangandaran
Warga asal Tasikmalaya itu mengaku memilih berjualan di Pantai Pangandaran karena melihat potensi. "Dulu awalnya saya buruh pabrik, kena PHK karena COVID-19, lalu saat main ke Pangandaran, kok ramai di sini lihat yang jualan juga," katanya.
Ia mengatakan tertarik untuk berjualan sate toe dan mengambil dari saudara yang ada di Pangandaran. "Lama kelamaan nyaman dan dapat suami disini," ucapnya.
Saat ini, Yani tinggal di Desa Parakanmanggu, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. "Alhamdulillah nikah sama orang sini. Jadi sekarang orang Pangandaran," katanya.
Lewat Pantai Pangandaran Yang Maha Kuasa, kata Yani, memberikan banyak berkah, terutama bagi keluarga. "Alhamdulillah kang selama ini bergantung pada wisatawan yang ada. Kan kalau gak dari situ mana lagi," ucapnya.
Di sela-sela berjualan sate toe, Yani pun nyambi memasarkan produk sabun sebagai reseller. "Untuk tambahan pendapatan saya juga berjualan sabun sebagai reseller di salah satu brand," ucapnya.
Dengan hasil jualan itu, saat ini Yani mengaku sudah bisa membeli tanah di Pangandaran dan kebun kelapa. "Alhamdulillah ya kang sama suami dikumpulin beli tanah kebun kelapa, walaupun gade, tiap dua bulan sekali panen kelapa dijual," katanya.
Ibu satu anak itu mengatakan saat ini kalau tidak meninggalkan gengsi tidak akan dapat uang. "Kalau sekarang gengsi dirawat, mungkin saya gak dapat uang. Jangan malu lah kalau jualan mah," ucapnya.
(yum/yum)