Baru dua jam lebih berjualan, dagangan Tedy (37) sudah nyaris ludes. Tak heran, sebab antrean panjang pembeli sudah mengular sejak gerobak merah bertuliskan 'Bacil' itu parkir di depan SDN 066 Halimun, Bandung.
Bakso kecil alias bacil dagangan Tedy belum lama ini viral di media sosial Instagram. Bacil yang biasa diburu anak sekolah di kala jam istirahat itu, dibeli salah seorang food vloger dan diunggah di akun instagramnya, @makan.meur. Unggahan tersebut ditonton 707.440 kali, dengan mendapat banyak komentar dari para pelanggan setianya.
Saat ditanya, Tedy mengaku baru tahu dagangannya sedang viral di Instagram. Dengan cukup percaya diri, ia bilang dagangannya memang hampir selalu ramai diburu pembeli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oh iya viral ya di IG? Iya ada food vlogger itu saya baru tahu. Tapi alhamdulillah, kalau sepi itu nggak pernah. Paling waktu pandemi aja," ceritanya sambil tertawa pelan, ditemui detikJabar Rabu (29/5/2024).
Tedy bercerita, ia sudah berjualan sejak tahun 2015. Kala itu, ia ingin menyasar pasar pembeli anak sekolahan. Tedy ingin berjualan bakso, yang menurutnya bisa mendapatkan rasa dengan takaran yang lezat. Maka, tercetuslah ide membuat bakso kecil.
"Saya tuh maunya biar beda aja, pengin jualan bakso tapi kan kalau bakso itu besar, biasanya buat dewasa. Saya bikin lah bacil, bakso kecil biar kejangkau yang beli anak-anak sekolah. Kebetulan itu saya jualan waktu anak juga baru mau masuk sekolah, alhamdulillah laris dari pertama buka," kata dia.
Awalnya, bakso dari campuran daging ayam, tetelan atau jando sapi, dan tepung aci itu dijual dengan tambahan telur puyuh. Rata-rata anak SD membeli seporsi dengan harga Rp3 ribu. Sampai akhirnya ia mulai berinovasi menambahkan banyak topping atau pelengkap lainnya.
"Mungkin yang bikin enak di kuah saya itu masih ada tetelannya kalau masih pagi. Jadi biar dapet rasa kaldunya, terus saya masih tambahin lagi lah bumbu biar nggak bening gitu," ucap Tedy.
"Nah setelah jualan, Ada saya dapat rekomendasi tambahin ceker sama tulang. Saya tambahin itu di atasnya, ternyata banyak yang suka. Alhamdulillah tambah ramai lagi," lanjutnya.
Saat tim detikJabar ingin mencicipi, aneka topping sudah ludes terjual. Hanya tersisa bacil yang jumlahnya pun sudah tak banyak. Tedy menjelaskan, kalau masih komplet, ada beragam topping tersedia seperti ceker, tulang ayam, telur puyuh, dan tahu isi adonan aci.
Seporsi harga Rp5 ribu kurang lebih setara 3/4 gelas plastik. Kuahnya lekoh dan rasa kaldunya kuat. Tak perlu menambahkan penyedap rasa, cuka, atau saus, kuahnya sudah cukup lezat.
Saat digigit, baksonya punya tekstur yang tak begitu kenyal, tapi ada sedikit renyahan dari tulang-tulang rangu ayam. Nagih banget! Selain itu juga harganya pas di kantong. Tak heran kalau Tedy sering kedapatan sekali pesanan sampai lebih dari lima bungkus.
"Harganya kalau anak sekolah Rp3-5 ribu kebanyakan belinya, kalau yang dewasa itu pada beli sekalian sama topping komplit jadi Rp15 ribu. Itu paling mahal," ujar Tedy.
Selama berbincang, Tedy harus sabar dan tetap cekatan melayani para pembeli. Setelah dagangannya habis pun, Tedy masih terus kedatangan pembeli.
"Seep bu, seep pak (habis bu, habis pak)," ucap Tedy berulang kali sambil menebarkan senyum.
Banyak yang berbalik arah dengan wajah kecewa, tapi tak sedikit yang menimpali dengan ucapan syukur sebab dagangan Tedy ludes kilat.
Kata Tedy, sekarang pembelinya tak cuma anak sekolahan. Tapi juga sampai ke mahasiswa, orang tua murid, atau warga-warga yang sekadar lewat. Jadi, meskipun Tedy harusnya mangkal dari pukul 09.00-17.00 WIB, dagangannya sudah biasa habis di bawah jam 12.00 WIB. Luar biasa, kan?
Puluhan kilogram daging ayam pun berhasil ia habiskan dalam sehari. Tedy bersyukur, usahanya bisa menghasilkan uang untuk membiayai sekolah putrinya dan kehidupan sehari-hari.
"Iya biasanya nggak sampai jam 5, sebelum jam pulang sekolah udah habis soalnya yang beli dari luar sekitaran sini. Sehari itu habis 20 kilo daging ayam buat adonan, 5 kilo aci, 5 kilo ceker tulang. Alhamdulillah sehari itu nggak nentu tapi bisa Rp2 juta," ucapnya.
Kini, Tedy tak punya mimpi yang muluk-muluk. Ia hanya ingin pendapatannya bisa membahagiakan anak istri, mengajak mereka bersenang-senang, menyekolahkan anak, dan mimpi besarnya ialah punya rumah sendiri.
"Sekarang saya jualan bener-bener cuma pingin punya rumah. Punya tempat tidur yang nyaman dan tetap, nggak pindah-pindah atau kayak sekarang masih ngontrak. Itu aja sih," kata Tedy sambil mengamini doanya.
(sud/sud)