Kalau berkunjung ke Kota Bandung, bukan cuma warung batagor atau cuanki yang bisa dicicipi. Rumah Makan (RM) Padang Malah Dicubo, juga bisa dibilang menjadi salah satu destinasi kuliner paling dicari wisatawan.
Malah Dicubo memiliki arti silahkan dicoba. Rumah makan ini telah berdiri sejak tahun 1995. Lokasinya agak bersembunyi tertutup antrean angkot yang berjejer, yakni di Jl. Stasiun Hall Selatan No.27, Kota Bandung. Begitu masuk ke area St Hall, detikers akan melihat salah satu rumah makan yang sederhana, tapi ramai pembeli.
Bukan cuma mobil-mobil dari plat lokal D yang memadati parkiran, tapi plat luar kota seperti B, E, dan T juga terlihat penasaran mencicipi masakan dari tanah Minang itu. Heryance Murzal (43), generasi kedua pemilik RM Malah Dicubo ini menyebut, punya banyak pelanggan setia dari berbagai daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak dari mana-mana. Paling jauh dari Belanda, sudah jadi pelanggan setia dan selalu pesan Rendang dan Dendeng Batokok. Terus banyak yang dari Bukit Tinggi, Payakumbuh, perantau-perantau makan kesini. Ada juga orang Pekanbaru yang punya toko di sini, mampir Bandung selalu makan kesini," cerita Yance, begitu sapaannya.
Menurutnya, ada banyak menu spesial yang jadi langganan orang-orang. Ia menyebut beberapa menu seperti Dendeng Batokok, Ikan Salais Asap, Ayam Pop, dan Gulai Gajebo.
"Kalau tahun 90-an rumah makan padang dimana-mana dendeng itu merah, tapi kita dendeng ijo. Boomingnya karena orang Sunda, orang Bandung, itu seneng sambel ijo," ucapnya sambil menunjukkan dendeng yang nyaris habis diserbu pembeli.
Dendeng Batokok terlihat punya potongan daging sapi yang tebal-tebal dan 'berendam' dalam sambal cabe ijo yang cukup cair. Terlihat pula potongan bawang merah di atasnya.
Daging sapi itu disebut sudah dibumbui dan direbus berjam-jam sebelum diasap dan dilumuri sambal ijo, agar dagingnya empuk dan bumbunya merasuk. Dendeng ini menggunakan cabai ijo keriting dan perasan jeruk nipis.
Selain itu, ada menu yang unik dan cukup dibanggakan oleh Yance, ialah Ikan Salais Asap. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan asap tradisional Indonesia dan merupakan kuliner lokal dari tanah Sumatera.
"Ikan Salais Asap itu dibumbu balado, disiram sambal merah goreng. Jadi ikannya itu dijemur, ditempel kayak kipas gitu untuk diasap. Setelah diasap 2-3 hari, dijemur, baru digoreng. Ikannya ini dibawa dari Riau, ciri khasnya sana," ucap Yance.
Menu ini bisa dibilang yang paling mahal. Sebab jika dendeng dibanderol dengan harga Rp18 ribu, ikan ini dihargai Rp25 ribu per porsi. Katanya, sekilo daging ikan salais mencapai harga Rp380 ribu.
Yance menyebut, tekni asap merupakan cara agar makanan awet ciri khas daerahnya, Payakumbuh, Sumatera Barat. Metode daging asap ini juga dilakukan pada pemasakan dendeng.
"Diasap itu proses mengawetkan makanan dari daerah saya di pegunungan. Kalau di pantai, itu cara mengawetkannya dengan diasin. Kalau diasap itu tidak langsung kena api gitu. Kemudian nanti ada aroma bakarnya," ujarnya.
Terakhir, ada menu Gulai Gajebo atau Gulai Cincang. Yance menjagokan menu ini, sebab daging yang digunakan ialah daging iga sapi yang dipotong kecil-kecil. Menu ini, bisa dibilang salah satu yang membedakan dari rumah makan padang lainnya.
"Gulai Gajebo ini daging iga dan lemak yang dipotong kecil-kecil. Biar beda dari yang lain karena biasanya kan gulai cincang itu ada dari jeroan sapi, kalau kita tidak ada jeroan. Otak kita juga nggak jual, udah banyak lah di tempat lain. Nah terus di kita paru itu direndang, ini juga beda dari yang lain," tuturnya sambil menunjukkan potongn daging iga cincang.
Tapi selain menu-menu di atas, tim detikJabar juga merekomendasikan Gulai Ayamnya. Entah apa yang membuat gulai begitu pas gurihnya, kekentalannya, dan rempahnya tak terlalu menusuk. Cocok untuk yang lidahnya tak terlalu suka pedas.
Selain itu, detikers juga wajib mencoba menu minuman Teh Telur. Banyak yang khawatir teh telur terasa amis dari telurnya, namun ternyata setelah dikucuri perasan jeruk, diaduk merata, rasanya enak dan nagih! Ada aroma wangi dan sedikit pahit dari tehnya, kemudian dicampur dengan telur, gula, dan susu.
Rasanya manis, creamy, ada sedikit asam dari jeruk, dan sedikit mengingatkan dengan teh susu. Minuman ini wajib dicoba dengan harga segelas Teh Telur yakni Rp13.500.
Jadi Rumah Makan Patokan Artis dan Langganan Pejabat
Yance bercerita, menu-menu di rumah makannya ini tak beda jauh dengan RM Payakumbuah milik selebritas Arief Muhammad. Ia mengaku saat Arief tengah melakukan riset untuk membuka usahanya, berkonsultasi dan meniru beberapa resep rumah makannya.
Seperti diketahui, Arief belum lama ini membuka rumah makan padang dengan konsep yang menyasar menengah ke atas. Sembari menunjukkan fotonya bersama Arief tahun 2022 lalu, ia menyebut ada beberapa menu serupa di sana.
"Seperti ikan asap, itu rumah makan padang cuma disini yang ada Ikan Salais Asap. Sekarang yang punya ikan asap itu Arief Muhammad, dia memang patokannya dari sini. Jadi 2022 kita ketemu, dia ikut resep asapnya dari sini, tapi pakainya ikan Lele (Ba Salai). Kalau kita masih Salais, jenis ikan asap yang paling mahalnya," ungkap Yance.
Yance mengaku tak takut kehilangan pembeli setia pasca Arief melamar Malah Dicubo untuk bermitra dengannya. Menurutnya, selera orang berbeda-beda dan sudah ada pasarnya masing-masing.
"Nggak (takut kehilangan pembeli). Masakan Padang itu menurut saya bukan soal enak atau nggak enak. Setiap Rumah Makan Padang itu punya ciri khas rasa masing-masing. Resepnya boleh sama, tapi cara masaknya, seleranya, pasarnya juga pasti beda. Yang sudah cocok di sini akan tetap setia di sini, tapi ada yang cocok di sana akan tetap ke sana, itu rezeki masing-masing," kata dia.
Selain itu, tak terhitung banyaknya pejabat dan artis yang langganan makan masakan padang di RM Malah Dicubo. Yance membenarkan kabar bahwa mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla kerap langganan membeli masakannya, namun bukan makan di tempat.
"Iya, pak Jusuf Kalla itu ponakannya tapi yang kesini, membungkuskan Gulai Kepala Kakap. Kan istrinya asalnya dari Lintau (Sumatera Barat). Terus pak Ridwan Kamil pernah mampir, Wali Kota Bukittinggi tuh juga langganan, banyak bupati dari luar Jawa kalau mampir ke sini," ceritanya.