Asal-usul dan Siasat Cilok Midun Tetap Eksis di Ciamis

Asal-usul dan Siasat Cilok Midun Tetap Eksis di Ciamis

Dadang Hermansyah - detikJabar
Selasa, 09 Jan 2024 06:00 WIB
Cilok Midun di Ciamis yang hit.
Cilok Midun di Ciamis yang hit. Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar
Ciamis -

Cilok merupakan camilan khas Sunda yang terbuat dari bahan dasar tepung tapioka. Di Jawa Barat pedagang cilok banyak ditemukan diberbagai tempat strategis. Di Ciamis pun ada yang namanya cilok Midun. Cilok ini sudah cukup terkenal dan hit sejak tahun 2007 hingga sekarang.

Sebagian warga Ciamis yang ingin jajan cilok, pasti langsung teringat dengan cilok Midun. Layaknya orang ingin membeli air mineral, pasti ingat dengan sebuah merek yang sudah melekat sejak dulu.

Namun hingga kini orang masih penasaran dengan nama Midun. Banyak yang menyangka Midun adalah nama sang pembuat cilok. Padahal Midun bukan nama orang, melainkan sebuah akronim.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Midun ini artinya milarian dunia (bahasa Sunda), kalau dalam bahasa Indonesia adalah mencari dunia. Atau bisa diartikan berjualan cilok sebagai usaha.

"Midun itu artinya milarian dunia, bukan nama orang. Itu spontan saja tercetus," ujar Iman Aryanto (48) pengusaha cilok Midun saat ditemui di rumahnya Lingkungan Karang, Kelurahan Ciamis, Kecamatan Ciamis, Senin (8/1/2024).

ADVERTISEMENT

Iman menerangkan, cilok Midun tidak seperti usaha lainnya yang produksi di pabrik besar. Melainkan anggota keluarga yang sama-sama memproduksi cilok dengan merek Midun.

Awalnya, cilok Midun pertama dibuat oleh Iman yang dijual di Bandung. Pada tahun 2007, Iman kemudian meminta izin untuk membuat cilok dengan menggunakan nama Midun.

"Awalnya saya dagang siomay, tapi sepi lalu bikin cilok dengan nama Midun, Alhamdulillah dapat diterima masyarakat. Tahun 2007, 2008 langsung ramai dan dikenal," kata Iman.

Iman mengklaim cilok Midun buatannya berbeda dari yang lain. Rasanya yang gurih dengan tekstur kenyal karena mengunakan tepung tapioka atau aci pilihan dan berkualitas. Selain itu cilok Midun bebas dari bahan pengawet.

"Cilok yang kami buat tidak menggunakan pengawet atau pemutih. Jadi warna cilok tergantung dari bahan bakunya, kalau putih ya pasti putih, kalau agak hitam ya karena aci bahanya seperti itu. Sudah dibuktikan dengan sertifikat halal dan pemeriksaan dari Dinas Kesehatan. Dijamin aman," ungkapnya.

Saat ini ada 4 orang dari satu keluarga yang memproduksi cilok Midun. Jumlah gerobak cilok Midun yang tersebar di wilayah perkotaan Ciamis sekitar 30 pedagang. Tak heran, cilok Midun mudah dijumpai di jalan-jalan atau di lokasi strategis Ciamis lainnya.

Harga cilok Midun dibandrol sesuai ukuran dari Rp 100 ukuran kecil, Rp 500 ukuran sedang dan Rp 1.000 ukuran besar. Omzet yang dihasilkan Iman dalam sehari meski tidak tentu namun rata-rata sekitar Rp 700 ribu, dengan asumsi produksi 2 ribu biji. Namun itu juga tergantung dari kepintaran para pedagang.

"Tentunya senang kalau nama cilok Midun sudah dikenal masyarakat Ciamis. Semoga bisa terus menjaga kualitas," katanya.

Cilok Midun di Ciamis yang hit.Cilok Midun di Ciamis yang hit. Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar

Selain di Ciamis, cilok Midun juga ada di Cirebon, Majalengka, Cikijing, Kawali dan Bandung. Semuanya masih satu keluarga. Namun saat ini belum ada di wilayah Jawa, kalau pun ada itu hanya mencatut nama cilok Midun.

"Pernah di Jawa saya lihat ada yang jualan cilok dengan nama Midun. Lalu saya samperin dan rasanya beda, penjualnya ngakunya cabang Ciamis. Tapi saya kasih tahu akhirnya tidak pakai Midun lagi," jelasnya.

Keuntungan Cilok Tak Sebesar Dulu, Harga Tepung Mahal

Iman menyebut keuntungan dari bisnis cilok tak sebesar dahulu. Kendala yang dihadapi saat ini harga tepung tapioka yang terus naik. Harga aci sebelum akhir tahun Rp 220 ribu per karung (25 kg). Namun setelah tahun baru 2024 harganya menjadi Rp 330 ribu per karung atau naik Rp 110 ribu hanya dalam beberapa hari saja.

"Jadi bisa dikatakan juga bisnis cilok ini mati suri. Memang penjualan tetap tapi harga aci semakin mahal. Semakin ke sini keuntungan jadi lebih kecil, berbeda jauh dengan dulu," tuturnya.

Iman berharap harga aci bisa turun atau normal kembali seperti tahun sebelumnya. Sebab tidak ada langkah untuk menyiasati tingginya harga tepung tapioka tersebut.

"Kalau ukuran cilok diperkecil kasihan pelanggan dan kualitas turun. Kalau harga cilok yang dinaikan kan sudah standarnya segitu. Jadi harapannya harga aci turun," pungkasnya.

Meski demikian, Iman akan tetap mempertahankan usaha ciloknya walaupun keuntungan sedikit. Dengan harapan harga tepung kembali normal. Sehingga bisa mendapat keuntungan seperti pada masa jayanya dulu.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads