Colenak kudapan khas Sunda yang dipelopori Murdi naik kelas kala dihidangkan di hadapan tamu-tamu besar negara. Momen itu terjadi gelaran Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 18 April 1955.
Sejak dikenalkan Murdi di tahun 1930, colenak banyak digemari masyarakat bukan hanya orang Sunda namun juga orang-orang Belanda yang ada di Bandung kala itu.
Bety Nuraety, cucu dari Murdi sekaligus penerus usaha Colenak Murdi Putra generasi ketiga mengatakan, saat itu colenak jadi makanan penutup atau dessert yang dihidangkan untuk tamu negara acara KAA pertama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita (colenak) jadi makanan penutup, dessert," kata Bety saat berbincang dengan detikJabar di kios Colenak Murdi Putra di Jalan Kembang Sepatu, Bandung, Jumat (6/10/2023).
"Selama KAA colenak dijadikan dessert terutama di malam resepsi tanggal 18 April 1955 di Gedung Pakuan dan acara perpisahan pada 24 April 1955 di Hotel Savoy Homann," lanjutnya menerangkan.
Karena itu menurut Bety, tiap kali ada peringatan Konferensi Asia Afrika, colenak Murdi selalu mendapat undangan khusus baik untuk menghidangkan colenak maupun sebagai tamu.
"Makanya tiap ada pertemuan KAA kita selalu diundang biasanya untuk menyuguhkan colenak buat tamu-tamu itu," ujarnya.
Namun dia tidak tahu persis kenapa colenak bisa menjadi makanan penutup di Konferensi Asia Afrika. "Jadi kebanyakan orang Belanda pada jajan, jadi banyak yang minta katanya mah," ucap Bety.
Sementara mengutip dari buku Konferensi Asia Afrika di Indonesia - Seri II terbitan Pusat Data dan Analisa TEMPO, saat itu utusan dari Gedung Merdeka datang ke Colenak Murdi Putra untuk membeli 100 pincuk colenak yang dibungkus daun pisang. Pada tahun 1955 kala itu harga colenak per pincuknya ialah Rp 7,5.
Disukai Tokoh Bangsa
Tidak sampai disitu, eksistensi colenak yang berbahan dasar peyeum dan kinca gula aren ini juga disukai oleh sejumlah tokoh bangsa. Bety mengatakan beberapa tokoh yang telah mencicipi colenak ialah Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono hingga eks Gubernur Jabar Ridwan Kamil.
"Dulu pernah pak SBY nyobain, Menteri Koperasi Pak Teten Masduki, Pak Ridwan Kamil sering, pas ada bazar gitu dia datang," jelasnya.
Colenak menggunakan bahan bakunya peyeum kadapo yang berasal dari Cimenyan, Kabupaten Bandung. Sejak dulu kata dia, peyeum yang digunakan selalu dari sana. Sedangkan gula aren, dia ambil dari Pangandaran.
"Tapenya kita khusus, disebut kadapo jadi keras enggak lembek enggak jadi pas lah. Kalau kita coba peyeum lain itu keras. Ini dari Cimenyan. Jadi kita memang benar-benar pakai bahan dari dulu zaman kakek," ujarnya.
Baca juga: Sekotak Semangka yang Buat Netizen Terharu |
"Gula kita dari Pangandaran, gula kelapa biar wangi. Jadi sebetulnya bahannya ringan ya, pakai peyeum, gula kelapa sama kelapa parut cuma itu bahannya mah gak terlalu susah," sambung Bety.
Colenak Murdi Putra sendiri punya tiga varian rasa, ada original, durian dan nangka. Untuk harganya bervariasi mulai kisaran Rp 12 ribu hingga Rp 105 ribu.
"Untuk harga bungkus itu Rp 12 ribu, ada kemasan snack box Rp 7 ribu, Rp 15 ribu pakai kotak, kalau besek Rp 17 ribu, kalau yang kaleng Rp 30 ribu. Ada juga yang dua kg Rp 105 ribu pakai wadah besar," pungkasnya.
(bba/yum)