Colenak Murdi Putra, Bertahan 93 Tahun Lewat Resep Turun-temurun

Colenak Murdi Putra, Bertahan 93 Tahun Lewat Resep Turun-temurun

Bima Bagaskara - detikJabar
Sabtu, 07 Okt 2023 07:30 WIB
Colenak Murdi Putra
Colenak Murdi Putra (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Aroma wangi menyeruak dari dalam kios di Jalan Kembang Sepatu, Kosambi, Kota Bandung. Tidak begitu ramai, namun kios sederhana itu dihampiri banyak orang setiap jamnya. Dari kios itu, orang-orang yang datang keluar membawa kantong plastik berisi colenak.

Itu adalah kios Colenak Murdi Putra, sebuah toko colenak yang sudah bertahan puluhan tahun. Colenak sendiri merupakan jajanan tradisional khas Sunda dengan bahan baku utama peyeum dan saus gula merah.

Di dalamnya, terdapat ruang khusus produksi colenak. Ada tempat pembakaran dengan arang, wajan-wajan besar hingga rak-rak berisi tumpukan gula aren.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Colenak Murdi Putra sudah ada sejak 1930. Murdi mungkin adalah orang pertama yang menjajakkan colenak kepada warga Bandung saat itu. Kini, usaha Murdi dilanjutkan oleh cucunya, Bety Nuraety.

"Awalnya itu dari kakek murdi ya tahun 1930, waktu itu jualannya masih gerobakan di Jalan Ahmad Yani," kata Bety saat berbincang dengan detikJabar, Jumat (6/10/2023).

ADVERTISEMENT

Meski tak pernah bertemu sang kakek, Bety menuturkan Murdi berjualan colenak yang kemudian dilanjut oleh ibunya, Supiah. Bety sendiri mulai ikut berjualan colenak sejak 2010.

Menurutnya, resep colenak tidak pernah berubah sejak era kakeknya. Dia menyebut meski bahan bakunya sederhana, namun cara membuat colenak menggunakan cara lama yang dipertahankan turun temurun.

"Kalau resepnya memang kita sama ya, bakarnya masih tetap pakai arang untuk singkong atau tapenya, untuk pembuatan kinca colenak, kita masih pakai kayu bakar," ungkapnya.

Colenak Murdi PutraColenak Murdi Putra Foto: Bima Bagaskara

Bukan tanpa alasan pembuatan colenak masih menggunakan cara lama. Menurutnya dengan memakai kayu bakar, aroma kinca colenak jauh lebih wangi. Karena itulah, cita rasa Colenak Murdi Putra bertahan puluhan tahun.

"Kenapa kita pakai kayu bakar, untuk wanginya. Beda kalau buat pakai kompor, cepet mateng tapi gak ada wanginya. Jadi kincanya memang khusus pakai kayu bakar, orang mah pada malas mungkin ya pakai kayu bakar, tapi kita khusus," ujar Bety.

Untuk bahan bakunyaz Bety menggunakan peyeum kadapo yang berasal dari Cimenyan, Kabupaten Bandung. Sejak dulu kata dia, peyeum yang digunakan selalu dari sana. Sedangkan gula aren, dia ambil dari Pangandaran.

"Tapenya kita khusus, disebut kadapo jadi keras enggak lembek enggak jadi pas lah. Kalau kita coba peyeum lain itu keras. Ini dari Cimenyan. Jadi kita memang benar-benar pakai bahan dari dulu zaman kakek," jelasnya.

"Gula kita dari Pangandaran, gula kelapa biar wangi. Jadi sebetulnya bahannya ringan ya, pakai peyeum, gula kelapa sama kelapa parut cuma itu bahannya mah gak terlalu susah," sambung Bety.

Colenak Murdi Putra sendiri punya tiga varian rasa, ada original, durian dan nangka. Untuk harganya bervairasi mulai kisaran Rp 12 ribu hingga Rp 105 ribu.

"Untuk harga bungkus itu Rp 12 ribu, ada kemasan snack box Rp 7 ribu, Rp 15 ribu pakai kotak, kalau besek Rp 17 ribu, kalau yang kaleng Rp 30 ribu. Ada juga yang dua kg Rp 105 ribu pakai wadah besar," pungkasnya.




(bba/tey)


Hide Ads