Renyahnya Opak Khas Bojong Kunci Kabupaten Bandung

Renyahnya Opak Khas Bojong Kunci Kabupaten Bandung

Yuga Hassani - detikJabar
Sabtu, 29 Jul 2023 14:00 WIB
Pemilik toko dan produksi opak Berkah hasanah, Nursiah Hasanah (46), saat memperlihatkan produksi camilan tradisional opak di kediamannya
Pemilik toko dan produksi opak Berkah hasanah, Nursiah Hasanah (46), saat memperlihatkan produksi camilan tradisional opak di kediamannya (Foto: Yuga Hassani/detikJabar).
Kabupaten Bandung -

Camilan tradisional opak biasa terdapat di wilayah priangan timur Jawa Barat. Namun di Kampung Sukamanah, Desa Bojong Kunci, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung terdapat sebuah produksi opak yang renyah.

Beberapa masyarakat di wilayah tersebut tetap eksis memproduksi opak hingga saat ini. Mereka membuat camilan tersebut di setiap rumahnya.

Tak jarang di Kampung Sukamanah kerap ditemui opak yang tengah dijemur saat siang hari. Para pembuat opak biasanya menjemur di halaman di depan rumahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iyah di Kampung Sukamanah suka pada bikin opak. Jadi memang opak di sini mah udah lama. Jadi turun temurun lah istilahnya mah dari zaman orang tua kita zaman dulu," ujar pemilik toko dan produksi opak Berkah hasanah, Nursiah Hasanah (46), saat ditemui detikJabar, belum lama ini.

Nursiah mengaku, meneruskan usaha keluarga suaminya yang telah berjalan beberapa puluh tahun yang lalu. Namun dirinya tak mengetahui persis tahun pertama opak hadir di wilayah tersebut.

ADVERTISEMENT

"Pokonya mah udah puluhan tahun yang lalu lah. Pas udah sama saya aja ada sekitar udah 17 tahun jualan sampai sekarang," katanya.

Opak tersebut dibuatnya secara mandiri bersama beberapa karyawannya. Pembuatan opak tersebut disangrai tidak menggunakan minyak goreng. Dengan bahan utamanya adalah ketan dan kelapa.

"Kami masaknya disangrai pakai pasir. Ya mempertahankam citarasa juga. Jadi lebih enak aja kalau pakai pasir mah," jelasnya.

Menurutnya yang menjadi ciri khas opak di wilayah tersebut adalah dari kelapanya. Kemudian dari tekstur pun lebih padat di bandingkan dengan di daerah lain.

"Ciri khas disini mah pake kalapa, di sini mah disangrai, jadi kelapa sama ketan. Di daerah lain mah agak ngepros, tidak terlalu terasa kelapanya. Kalau di sini mah kelapanya agak pelem terasa," ungkapnya.

Harga opak tersebut dijual dengan harga Rp 65 ribu sampai Rp 70 ribu per kilogram. Dari segi omset pun dirinya mengaku tidak menentu.

"Ya sehari mah kadang bisa 10 kilogram sampai 25 kilogram. Tapi yang ramai order kalau ada yang syukuran atau acara pernikahan. Lebih banyak lagi mah pas lebaran, biasanya orderan bisa sampai 50 kilogram sampai 1 ton," bebernya.

Beberapa warga lainnya di wilayah tersebut kerap mengirim opak ke wilayah lain. Namin dirinya memutuskan hanya menjual di jongkonya saja di depan rumah.

"Kalau yang lainnya mah suka dikirim ke luar kota Bandung, ada juga ke Cililin, Rancaekek, ke Kota Bandung, dan lain-lain. Saya mah hanya jualan di sini, lagian orang-orang juga udah pada tau, pasti ke sini belinya," kata Nursiah.

Nursiah menambahkan dari dirinya usaha membuat opak tersebut bisa menyekolahkan anaknya hingga kuliah. Bahkan saat ini telah bekerja di Jakarta.

"Alhamdulillah dari hasil jualan ini anak yang gede udah lulus S1 di UIN Bandung, sekarang kerjanya di Bank Indonesia (BI) di Jakarta. Malahan sekarang dia lagi nerusin S2 sambil kerja," pungkasnya.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads