Makanan seblak menjadi salah satu makanan khas Sunda yang belakangan banyak digandrungi oleh masyarakat luas. Makanan yang khas dengan rasanya yang gurih dan pedas ini, bahkan saat ini banyak yang diproduksi menjadi makanan instan.
Nah di Kabupaten Sumedang, ada sebuah warung penjual seblak yang sangat laris. Warung tersebut bernama seblak empang sesuai dengan nama lokasi warung itu berada atau di Jalan Empang, Desa Regolwetan, Kecamatan Sumedang Selatan.
Warung seblak yang buka hingga malam ini kerap dipenuhi oleh para pembeli. Beragam macam menu seblak ditawarkan di sana, seperti seblak bakso ikan tulang, seblak ceker, seblak campur cilok dan beragam seblak lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Safa, salah satu pembeli mengatakan, seblak empang memang cukup terkenal di Sumedang. Ia yang sedang menikmati menu seblak campur tulang mengaku, selain memiliki rasa yang lezat, kelebihan lain dari seblak empang, yakni porsinya yang terhitung cukup banyak.
"Rasanya itu enak banget ditambah seblak empang ini terhitung banyak semangkuknya," ungkapnya.
![]() |
Susan Febriani, pemilik warung seblak empang menuturkan, seblak yang dijualnya tidak berbeda dengan makanan seblak pada umumnya. Namun yang menjadi kelebihan, selain soal masalah rasa, kemungkinan dari menunya yang lengkap.
"Saya juga tidak tahu orang bisa pada datang ke sini, katanya sih rasanya beda terus ditambah menunya yang komplit kali ya," ujarnya.
Susan mengaku, dalam sehari ia mampu memproduksi seblak dengan menghabiskan untuk tulang ayamnya sebanyak 1 kuintal. Sementara untuk baso ikannya menghabiskan 10 bal.
"Untuk bakso ikan 10 bal itu biasanya habis hanya dalam dua hari," ujarnya.
Susan mengatakan, seblak yang dijualnya selain dijajakan secara langsung, ia pun menerima pesanan secara online. Untuk setiap porsinya dihargai dari mulai Rp 6 ribu hingga Rp 15 ribu.
"Tapi karena harga bahan pokok sekarang sedang pada naik, jadi harganya pun naik seribu-seribu, dari 6 ribu jadi 7 ribu," ujarnya.
![]() |
Dalam sehari, warung seblak empang ini mampu meraup omset rata-rata sekitar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta dengan jumlah pekerjanya sebanyak 6 orang.
"Wah kalau dipegang sendiri keteteran, makanya salinglah kita berbagi rezeki," ucapnya.
(yum/yum)