Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dikenal dengan nama Kota Tauco. Bukan tanpa alasan, sebutan Tauco ini masih melekat lantaran Cianjur jadi penghasil bumbu masak dari fermentasi kacang kedelai. Bahkan Tauco Cianjur terkenal hingga berbagai daerah di Indonesia.
Bahkan sejak 2017 lalu, jika singgah ke Cianjur kita bisa melihat sebuah tugu Tauco kokoh berdiri di persimpangan jalan Dr Muwardi dan Jalan Hos Cokroaminoto Cianjur.
Tauco juga mudah ditemukan, mulai dari toko oleh-oleh, hingga di terminal di mana penjual menjajakan tauco pada penumpang bus antar kota atau antar provinsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat beberapa produsen tauco yang masih bertahan dari dulu hingga sekarang. Salah satunya ialah Tauco Cap Meong yang didirikan Nyonya Tasma sejak 1880. Produksi Tauco Nyonya Tasma bahkan diteruskan dari generasi ke generasi.
Frank Tasma, generasi keempat penerus dan pengelola Tauco Cap Meong menjelakan jika proses pembuatan tauco cukup panjang. Dimulai dari memilah butiran kedelai, pencucian, direbus selama 5-6 jam, dijemur setengah kering, fermentasi selama tiga hari, lalu direndam air garam sampai kering kira-kira mencapai 10 hari.
![]() |
Setelah proses perendaman dan penjemuran selesai, tauco yang sudah mengendap akan dimasukkan ke dalam tempat dari alumunium.
Namun berikutnya, bahan tauco itu dimasukan pada tempat andalan yakni guci asli Cina yang berusia 100 tahun dan telah digunakan sejak awal merintis bisnis tauco. Di dalam guci, tauco disimpan selama 3 bulan ke depan atau lebih agar rasa semakin mantap.
Tidak ada resep rahasia sama sekali, yang jelas Tauco Nyonya Tasma hanya mempertahankan rasa dan proses memasak seperti yang dulu.
"Sejak dulu kita pertahankan cara pengolahan secara tradisional untuk mempertahankan rasa," kata dia.
Menurutnya, di pusat penjualan di Jalan Raya Cianjur-Cipanas Desa Cijedil Kecamatan Cugenang, dalam sehari dirinya mengolah sekitar 1 kuintal kedelai menjadi tauco.
Dia menuturkan perkembangan usaha tauco miliknya tidak pernah surut ditelan masa, bahkan tidak hanya pembeli dari dalam kota, tapi dari luar daerah pun banyak berdatangan untuk membeli kuliner khas Cianjur satu ini.
"Ya kalau dibilang gulung tikar enggak ya, karena kita masih produktif. Pembeli juga masih banyak kok apalagi di hari-hari libur," katanya.
Frank mengaku, dirinya berencanakan untuk terus mempromosikan tauco produksi Cianjur ke luar daerah, terutama Jabodetabek. Selain masalah omset, hal ini diharapkannya akan dapat berimbas pada pertahanan pengetahuan orang terhadap Tauco yang asli dibuat langsung dari Cianjur.
Bahkan salah satu sasarannya ialah generasi muda Cianjur, supaya mereka lebih mengenal produk khas di daerahnya.
"Masih dalam perencanaan, mudah-mudahan bisa cepat terlaksana. Jadi orang di luar Cianjur juga nanti bisa secara mudah beli Tauco yang asli dibuat disini. Yang asli ya,"tuturnya.
Tauco Cap Meong juga sudah dari beberapa waktu lalu dipasarkan secara online harga sebotol Rp15 ribu hingga Rp20 ribu, namun Frank menambahkan jika pembeli lebih banyak yang datang ke tempat produksinya atau outletnya langsung yang ada di Cianjur.
"Menyesuaikan pangsa pasar juga, kita jual online. Tapi memang pembeli lebih banyak yang datang langsung ke tempat produksi, atau beli langsung di outlet yang merupakan toko Tauco Cap Meong didirikan di Jalan HOS Cokroaminoto,"ungkap Frank.
(yum/bbn)