Perhelatan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 18-24 April tahun 1955 diramaikan dari berbagai sisinya, termasuk dalam hal surat-menyurat. Prangko edisi KAA diterbitkan dengan gambar yang simbolik dalam beberapa varian warna.
Dua orang seniman dari Bandung, Kurnia dan Kok disebut-sebut sebagai penggambar prangko khusus KAA tersebut, yang rancangannya dibuat Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Gambar yang dibuat kedua seniman itu mewakili keresahan yang muncul dalam KAA. Keresahan negara-negara di benua Asia dan Afrika yang mengalami nasib sama: Penjajahan.
Ketika dunia terbelah menjadi dua kutub ideologi, yakni kapitalisme di blok barat dan komunisme di blok timur yang berujung pamer kekuatan perang dalam bingkai 'Perang Dingin', negara-negara di Asia-Afrika bersepakat untuk meniti jalan menuju gerakan non-blok. Gerakan itu dimulai dengan Konferensi Asia-Afrika di Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
KAA bukan sebatas mengambil jalan tengah non-blok, melainkan juga upaya untuk menentukan nasib sendiri bangsa-bangsa Asia-Afrika. Negara-negara peserta KAA itu tidak membenci blok barat atau blok timur, melainkan membenci imperialisme yang bisa tumbuh kapanpun dari kedua blok itu.
Karenanya, nuansa di sekitar lokasi perhelatan KAA di Bandung, menegaskan tujuan konferensi itu sendiri, termasuk prangko. Prangko menggambarkan kehendak bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk bebas, seperti kebebasan merpati yang terbang di langit luas.
Koran berbahasa Belanda, Het Nieuwsblad voor Sumatra pada tanggal 15 April 1955 memberitakan adanya penerbitan prangko edisi KAA itu. Dalam subjudul 'A-A Postzegel', diberitakan prangko khusus KAA di Bandung itu bergambar bola dunia dengan penegasan benua Asia-Afrika, orang-orang dari kedua benua itu, serta merpati yang dilepaskan ke udara.
"...PTT akan menerbitkan prangko peringatan 'Prangko Konperensi Asia-Afrika' yang disingkat 'Prangko AA'. Penjualan perdana prangko ini akan dilakukan pada hari pembukaan konferensi , Selasa, 18 April." tulis koran itu.
Rupanya, prangko bisa dibeli di lokasi KAA, yaitu di sekitar Gedung Merdeka, Kota Bandung. Delegasi dari berbagai negara peserta konferensi bisa membelinya (sebagai pembayaran ongkos pos) untuk berkirim surat ke negaranya masing-masing.
"Prangko ini menggambarkan bola dunia di sudut kiri atas dengan kawasan Asia dan Afrika, dan orang-orang dari kawasan tersebut di sudut kanan bawah sedang melepaskan merpati, melambangkan tujuan konferensi: Perdamaian dunia." tulis koran tersebut.
Situs Art Calls Indonesia dalam artikel berjudul 'Dari Konferensi Asia-Afrika di Bandung ke residensi seni di Berlin' menampilkan gambar prangko KAA tahun 1955, persis sebagaimana yang dikabarkan oleh koran Het Nieuwsblad voor Sumatra di atas.
Prangko itu berwarna coklat seharga 35 sen. Selain gambar yang telah dideskripsikan, ada tulisan di atas agak kanan 'Konperensi Asia-Afrika, April 1955'. Lalu di bagian bawah ada tulisan 'Republik Indonesia'.
"Prangko ini diterbitkan dalam pecahan 15 sen (abu-abu), 35 sen (cokelat), 50 sen (merah), dan 75 sen (hijau). Pencetakan dilakukan oleh NVG Kolff & Co Djakarta dalam bentuk rotogravure, berdasarkan rancangan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dan digambar oleh seniman Kurnia dan Kok di Bandung." tulis Het Nieuwsblad voor Sumatra.
(tya/tey)