Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan drone dengan fungsi lain dari drone pada umumnya. Drone ini tak hanya dapat merekam suasana dari atas udara untuk kebutuhan fotografi, videografi, film dokumenter, hingga pengawasan atau pemetaan dan survei wilayah.
Drone yang dikembangkan Dr. Ir. Yazdi I. Jenie dari ZEKE03 Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB memiliki fungsi melakukan inspeksi ruang terbatas yang tidak dapat dijangkau atau sulit dijangkau manusia.
Jika umumnya drone memiliki baling-baling, kamera dan terbang ke atas langit, drone ini memiliki roda yang berfungsi untuk berjalan di atas bangunan atau berjalan secara vertikal dari bawah ke atas gedung. Selain itu, drone ini bisa berjalan secara horizontal untuk menyusuri pipa atau gorong-gorong.
"Ini sebetulnya kalau kita namakan itu sistem inspeksi ruang terbatas berbasis mikro drone," kata Dr. Ir. Yazdi I. Jenie dijumpai dalam kegiatan Innovibes Day Vol.1 di ITB Innovation Park, Summarecon, Kota Bandung, Kamis (9/10/2025).
Yazdi mengungkapkan, kadang-kadang setiap perusahaan atau lainnya memiliki kebutuhan untuk inspeksi, misalnya di dalam perpipaan, gorong-gorong, ruang bawah tanah, atau dalam tanki. Menurutnya, pemeriksaan dengan manual itu biasanya melibatkan orang banyak, naik turun tangga, memanjat dan lainnya.
"Kita mikir bagaimana kalau kita bisa memanfaatkan drone. Kan drone dimanfaatkan di mana-mana. Tetapi drone untuk masuk ke ruang-ruangan terbatas tersebut ternyata nggak populer. Cuma satu perusahaan yang punya profesional drone inspeksi namanya Flyability Elios dan dia memonopoli pasar drone inspeksi ruang terbatas tersebut," ungkapnya.
Yazdi mengisahkan, tidak mudah mengembangkan drone inspeksi ini. Tantangannya tidak seperti drone-drone populer, karena drone ini harus terbang tanpa GPS, harus terbang di ruang yang banyak angin, dan harus memiliki pelindung.
"Nah, kita usulkan, kita bikin sendiri, tapi guard-nya itu guard yang berbeda. Ini adalah contoh pertama, kita bikin yang kecil-kecilan dulu karena kita ingin tahu drone itu kalau terus dikasih roda seperti apa. Ini bisa manjat, bisa langsung manjat ke atas menempel ya ke tembok. Terbang biasa bisa dan bisa nempel di bawah. Bisa nempel di bawah ini untuk inspeksi ruang-ruang terbatas," jelasnya.
Disinggung mengapa ITB membuat drone inspeksi ini, Yazdi menyebut, drone ini dibuat karena permintaan dari industri. Dalam pengembangannya pihaknya juga bekerjasama dengan Terra Drone Indonesia, perusahaan operator drone terbesar di Indonesia yang memiliki banyak klien untuk melakukan inspeksi.
Yazdi menyebut, drone ini diciptakan pada tahun 2022 dengan ukuran kecil, lalu dikembangkan dengan ukuran lebih besar di tahun 2023 dan 2024. Meski belum dikomersialisasikan, dia menuturkan jika drone inspeksi ini sudah dilakukan demonstrasi di beberapa tempat.
"Kita masih belum sampai terjual atau dipakai secara komersil. Kita demonstrasikan di dalam Sabuga, karena kita ingin ITB juga tahu kalau kita punya drone inspeksi dan beberapa tempat lainnya," tuturnya.
"Ke depannya sebetulnya kita mengincar komersialisasi. Tapi ini masalahnya ada di baterai sekarang. Karena kita cuma bisa terbang mungkin sampai 8 menit seperti itu. Pihak mitra kita mintanya sampai 12 menit. Jadi kita sedang kembangkan lebih besar lagi," tambahnya.
Menurut Yazdi, pengembangan drone inspeksi ini mendapatkan dukungan dari Kemendikti Saintek. Target tahun ini, Yazdi menyebut ingin melakukan komersialisasi. "Tahun ini kita mengincar komersialisasi. Jadi proyek kita ada satu bagian untuk membahas bisnis modelnya sama mitra. Kemudian mitra sudah komitmen juga akan mulai menggunakan drone inspeksi ini," tambahnya.
ITB Innovation Park Bandung
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB Prof. Ir. Lavi Rizki Zuhal, Ph.D mengatakan, kegiatan Innovibes Day akan digelar empat kali.
Innovibes Day Vol.1 mengangkat tema 'Teknologi Cerdas dan Konektivitas Digital' dengan agenda utama bertajuk, 'Smart Business Technologies: Memanfaatkan Inovasi Teknologi Cerdas untuk Pertumbuhan Bisnis yang Berkelanjutan'.
"Tema hits dengan kondisi saat ini dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Kegiatan ini akan dilakukan setiap dua pekan, akan dilakukan hingga Desember dan puncaknya di Desember. Ada empat tema, hari ini tema pertama, nanti 3 tema lainnya," ujarnya.
Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T mengatakan, ITB Innovation Park Bandung sudah dinantikan sejak 2016. Pengerjaannya rampung di tahun 2024 dan bisa digunakan tahun 2025 ini.
"Tahun lalu gedung ini berwujud dan saat ini kita sedang menunggu penyerahan dari Kemendikti Saintek. Kami mendapat komitmen dari Summarecon berupa tanah, kemudian kami memperoleh dana dari pemerintah yang membuat gedung ini dan berdiri, alhamdullilah melalui proses sangat panjang kita sampai titik ini," ujarnya.
Tatacipta menyebut, kehadiran ITB Innovation Park Bandung dapat menjadikan tempat pusat kolaborasi riset, kewirausahaan dan pengembangan teknologi.
"Genrenya beda dengan Ganesha dan Jatinangor, ini lebih ke komersialisasi. Tempat ini bisa membuka peluang transfer teknologi dan diharapkan jadi tempat berkumpulnya start up dan anak muda yang memiliki ide dan bekerjasama dengan angel investor yang mudah-mudahan akan hadir di kawasan ini," ujarnya.
"Kalau berjalan ini jadi model science park di Indonesia. ITB tak hanya sekedar menghasilkan SDM, tapi juga mengintegrasikan penelitian, pengabdian, kewirausahaan dan multi disiplin untuk membawa dampak besar kepada masyarakat," pungkasnya.
(wip/orb)