25 Tahun Pisah dari Jawa Barat, APBD Provinsi Ini Tembus Rp 11,7 Triliun

25 Tahun Pisah dari Jawa Barat, APBD Provinsi Ini Tembus Rp 11,7 Triliun

Tya Eka Yulianti - detikJabar
Sabtu, 04 Okt 2025 17:33 WIB
Peta Provinsi Banten
Foto: Istimewa
Bandung -

Dua puluh lima tahun yang lalu, tepatnya pada 4 Oktober 2000, masyarakat Banten menorehkan sejarah baru dengan berpisah dari Jawa Barat dan membentuk provinsi sendiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Sebuah langkah monumental yang berawal dari tekad kuat masyarakatnya, kini Provinsi Banten telah menunjukkan kemajuan signifikan, dibuktikan dengan Pendapatan Daerah yang menembus angka Rp 11,7 triliun pada tahun anggaran 2024.

Meskipun secara wilayah jauh lebih kecil dibandingkan daerah induknya, Jawa Barat, yang memiliki luas 44.354,61 Km2, Banten dengan luas hanya 8.651,20 Km2 telah membuktikan bahwa keterbatasan geografis bukanlah penghalang kemajuan. Letak strategis, kondisi alam yang beragam, dan kekayaan alam yang melimpah menjadi modal utama provinsi ini.

Jejak Kejayaan Masa Lalu yang Menginspirasi

Terbentuknya Provinsi Banten tidak bisa dilepaskan dari latar belakang sejarah kejayaan yang gemilang. Dua periode penting, yaitu masa kerajaan dan perjuangan di era kolonial, telah membentuk identitas dan semangat masyarakat Banten. Secara historis, Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1631-1692). Kala itu, Banten bukan hanya menjadi pusat penyebaran agama Islam, melainkan juga pelabuhan dagang internasional yang sangat termasyhur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukti kejayaan masa lalu ini masih dapat disaksikan hingga kini, mulai dari situs Keraton Surosowan, benda-benda peninggalan di Museum Kepurbakalaan Banten, hingga megahnya Masjid Agung Banten di kawasan Banten Lama, Kota Serang. Peninggalan fisik ini menjadi bahan kajian ilmiah sekaligus destinasi wisata sejarah yang menarik.

Pada masa kolonial Belanda, Banten juga memegang peran strategis. Di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811), Anyer dan Ujung Kulon dijadikan pangkalan armada laut, dan Anyer menjadi titik nol pembangunan jalan raya trans-Jawa yang legendaris hingga ke Panarukan. Mercusuar di Anyer menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu yang kini menjadi ikon sejarah. Nilai-nilai agama dan budaya yang diwariskan dari masa lalu ini menjadi pijakan kuat bagi pembangunan Banten di masa kini.

ADVERTISEMENT

Momentum Reformasi dan Desentralisasi: Banten di Era Modern

Bergulirnya era reformasi membawa implikasi desentralisasi kekuasaan yang menjadi momentum emas bagi Banten. Pada 4 Oktober 2000, setelah perjuangan panjang, Provinsi Banten resmi terbentuk. Proses ini, yang diwarnai kehadiran puluhan ribu masyarakat Banten di Sidang Paripurna DPR RI, seolah mengulang kembali kejayaan Banten di masa lampau.

Dengan segala potensi yang dimiliki, Banten mampu menunjukkan kemajuannya secara cepat. Pada tahun 2007, provinsi ini bahkan menduduki peringkat keempat secara nasional dalam hal peningkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), seperti dicatat oleh Asep Kurnia dan Ahmad Siabudin (2010).

Provinsi Banten memiliki topografi yang beragam, dengan daerah perbukitan di selatan (Lebak dan Pandeglang) dan dataran rendah di wilayah lainnya. Terdiri dari empat kota (Serang, Tangerang, Cilegon, dan Tangerang Selatan) dan empat kabupaten (Serang, Tangerang, Pandeglang, dan Lebak), masing-masing wilayah memiliki karakteristik ekonomi yang unik.

Kota Tangerang, Serang, Cilegon, serta Kabupaten Tangerang dan Serang dikenal sebagai kawasan industri manufaktur yang padat. Sementara itu, Kabupaten Lebak dan Pandeglang masih asri dengan hutan dan perkebunan yang luas. Kota Tangerang Selatan berkembang pesat sebagai kota jasa, perdagangan, dan pusat pendidikan bergengsi, menjadi tempat tinggal bagi banyak tokoh intelektual, nasional, dan ekspatriat.

Potensi internasional Banten juga tak bisa dipandang sebelah mata. Taman Nasional Ujung Kulon di Kabupaten Pandeglang adalah rumah bagi badak bercula satu, hewan langka yang menjadi kebanggaan dunia. Bandara Internasional Soekarno-Hatta, gerbang utama Indonesia, juga berlokasi di Kota Tangerang. Rencana pembangunan pelabuhan bertaraf internasional di Kramatwatu, Serang, semakin memperkuat posisi Banten di kancah global.

Sektor pariwisata Banten juga sangat menjanjikan. Dengan tiga sisi yang dikelilingi laut, jalur pantai Selat Sunda dari Cilegon hingga Labuhan menawarkan deretan hotel dan villa dengan pemandangan Gunung Krakatau yang memukau. Pelabuhan penyeberangan ke Sumatera menjadikan provinsi ini sangat sibuk, didukung akses tol langsung ke Jakarta. Pembangunan mega proyek Jembatan Selat Sunda, jika terealisasi, akan semakin melambungkan nama Provinsi Banten.

Pendapatan Daerah Rp 11,7 Triliun

Pencapaian paling nyata dari kemajuan Banten adalah pertumbuhan Pendapatan Daerahnya. Untuk tahun anggaran 2024, total pendapatan APBD Provinsi Banten mencapai Rp 11.746.009.406.039. Angka ini terdiri dari:

  • Pendapatan Asli Daerah (PAD): Rp 8.668.052.033.549, meliputi Pajak Daerah (Rp 8.284.849.811.619), Retribusi Daerah (Rp 214.752.691.760), Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (Rp 58.558.590.039), dan Lain-lain PAD yang Sah (Rp 109.890.940.131).

  • Pendapatan Transfer: Rp 3.071.630.609.000

  • Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (Hibah): Rp 6.326.763.490

Pendapatan ini menunjukkan peningkatan sebesar 14,23% dari tahun sebelumnya, mengukuhkan posisi Banten sebagai salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Angka ini memang masih jauh di bawah PAD Jawa Barat yang mencapai Rp 36.164.059.367.967 pada tahun 2024, namun pertumbuhan yang konsisten menjadi indikator positif bagi kemandirian fiskal Banten.

Filosofi di Balik Lambang Daerah

Lambang Provinsi Banten, yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 10 Tahun 2002, merefleksikan identitas dan cita-cita daerah:

  • Kubah Masjid dan Bintang Bersudut Lima: Melambangkan masyarakat agamis, Ketuhanan Yang Maha Esa, dan semangat keyakinan.

  • Menara Masjid Agung Banten: Semangat tinggi berpedoman pada petunjuk Allah SWT.

  • Gapura Kaibon: Banten sebagai pintu gerbang peradaban dunia, perekonomian, dan lalu lintas internasional.

  • Padi (17) dan Kapas (8 tangkai, 4 kelopak, 5 kuntum): Melambangkan daerah agraris, kemakmuran, serta tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-45).

  • Gunung Hitam: Kekayaan sumber daya alam, dataran rendah, dan pegunungan.

  • Badak Bercula Satu: Masyarakat yang pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran dan dilindungi hukum.

  • Roda Gerigi (10): Semangat kerja pembangunan dan sektor industri.

  • Laut Biru dengan Gelombang Putih (17): Daerah maritim yang kaya potensi laut.

  • Dua Garis Marka Putih: Landasan pacu Bandara Soekarno-Hatta.

  • Lampu Bulatan Kuning: Pemacu semangat mencapai cita-cita.

  • Pita Kuning: Ikatan persatuan dan kesatuan masyarakat Banten.

Semboyan "IMAN TAQWA": Landasan pembangunan menuju Banten Mandiri, Maju, dan Sejahtera. Warna-warna dalam lambang juga memiliki makna filosofis: Coklat (kemakmuran), Hijau (kesuburan), Biru (kejernihan, kedamaian, ketenangan), Abu-abu (ketabahan), Hitam (keteguhan, kekuatan), Kuning (kemuliaan, kejayaan), Putih (suci, arif, bijaksana), dan Merah (keberanian).

Dalam seperempat abad perjalanannya, Provinsi Banten telah membuktikan diri sebagai wilayah yang dinamis dan berpotensi besar. Dengan semangat "IMAN TAQWA" sebagai landasan, Banten terus melaju menuju kemandirian, kemajuan, dan kesejahteraan yang berkelanjutan.

Itu dia informasi seputar Provinsi Banten yang merayakan Hari Jadi ke-25 Tahun. Semoga membantu!




(tya/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads