Sorak riuh ribuan pasang mata di Lapangan Gasibu, Bandung, seketika hening ketika kereta kencana berhenti tepat di depan panggung utama. Dari atasnya, tampak sosok Salwa Ghaisani Maulana Yusup, mahasiswi FISIP Universitas Pasundan asal Palabuhanratu, Sukabumi.
Dengan langkah penuh percaya diri, ia membawa duplikat Bendera Pusaka menuju podium utama, bagian dari prosesi sakral peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kebanggaan itu tidak disaksikan langsung oleh ayahnya, H. Ucok Haris Maulana Yusup, mantan Wakil Bupati Sukabumi periode 2000-2005.
Pada saat Salwa menjalankan tugas di Bandung, Ucok hadir sebagai tamu kehormatan di upacara HUT RI tingkat Kabupaten Sukabumi. Baru setelah pulang, ia menyaksikan prosesi putrinya melalui rekaman siaran ulang.
"Sebagai orang tua, saya merasa terharu. Walau tidak menyaksikan langsung di Gasibu, begitu menonton siaran ulang, dada saya bergetar. Ini bukan hanya kebanggaan keluarga, tapi kebanggaan seluruh warga Sukabumi," ujar Ucok, Minggu (17/8/2025).
Salwa merupakan putri kedua dari pernikahan Ucok Haris dengan Neng Kristageli, yang merupakan putri nelayan di Palabuhanratu pada 2001. Latar belakang keluarga sederhana dari pesisir laut itu, berpadu dengan kedisiplinan dan semangat yang ia warisi, membentuk karakter Salwa hingga bisa melangkah sejauh ini.
Ucok mengenang perjalanan panjang putrinya yang sejak SMP sudah aktif di kegiatan Paskibra.
"Dari SMP, SMA, sampai kuliah, dia tidak pernah lepas dari dunia Paskibra. Waktu seleksi tingkat Jawa Barat pada 2021, dia sudah menunjukkan kualitasnya, bahkan dapat penghargaan. Dari situlah jalan dia semakin terbuka," tuturnya.
Sebagai mantan pejabat publik, Ucok melihat kiprah Salwa juga mencerminkan potensi generasi muda Sukabumi.
"Saya dulu pernah merasakan menjadi bagian dari pemerintahan, membangun daerah dengan kapasitas politik. Sekarang saya melihat anak saya ikut membangun nama daerah dengan prestasi. Rasanya bangga sekali, karena kontribusi tidak selalu lewat jabatan, tapi juga lewat dedikasi dan disiplin seperti ini," imbuhnya.
Prosesi kirab pada 17 Agustus 2025 dimulai dari Gedung Negara Pakuan menuju Lapangan Gasibu. Konvoi budaya berjarak sekitar 3,5 kilometer itu melibatkan kereta kencana, pasukan berkuda, marching band, hingga barisan berpakaian adat. Salwa, sebagai salah satu anggota Paskibraka terpilih, tampil di garda depan membawa bendera pusaka yang kemudian ditempatkan di podium utama.
"Bagi saya pribadi, yang paling membuat merinding adalah saat melihat Salwa membawa bendera itu hingga tiba di Gasibu. Itu momen yang akan kami kenang seumur hidup," kata Ucok lagi.
"Tidak mudah dipercaya membawa simbol negara. Tapi dia bisa sampai ke tahap itu. Ini menandakan kepercayaan kepada anak-anak kita di daerah tidak kalah dengan mereka yang tinggal di kota besar," sambungnya.
Ucok menegaskan, apa yang diraih putrinya bukanlah hasil instan. "Di balik itu ada latihan, ada pengorbanan waktu, ada disiplin tinggi. Dari pernikahan kedua Salwa ini anak kesembilan saya, dia selalu tekun dan tidak pernah lelah berusaha. Saya percaya itu yang membuatnya bisa sampai sejauh ini," ungkapnya.
"Kalau ditanya apa arti semua ini bagi saya, saya jawab sederhana, Sukabumi harum. Itu saja sudah cukup membuat saya bahagia," pungkas Ucok menutup perbincangannya.
(sya/orb)