Bulan Ramadhan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam. Di dalamnya, seluruh Muslim yang telah memenuhi syarat diwajibkan berpuasa. Selain itu, bulan ini juga disebut sebagai bulan penuh berkah karena terdapat berbagai keutamaan.
Salah satu keutamaan Ramadhan yang banyak dibahas adalah bahwa setan-setan dibelenggu selama bulan suci ini berlangsung. Pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup.
Namun, terkadang hal ini masih kerap menjadi pertanyaan di benak banyak orang. Benarkah setan dibelenggu secara harfiah selama Ramadhan sehingga ia tidak dapat bergerak dan menggangu manusia? Untuk mengetahui lebih lanjut, simak ulasannya berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalil Setan Dibelenggu Selama Ramadhan
Dilansir dari NU Online, dalil keutamaan tentang hal ini disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
"Ketika masuk bulan Ramadhan maka setan-setan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup." (HR. Bukhari dan Muslim)
Terkait makna dari hadits ini, pandangan ulama secara umum terbagi menjadi dua bagian. Pertama adalah yang mengamini makna secara harfiah, dan yang kedua adalah yang meyakini bahwa makan tersebut hanya kiasan.
Makna Harfiah: Setan Benar-benar Dibelenggu
Sebagian ulama memahami hadits ini secara harfiah atau sesuai dengan bunyi teksnya. Ibnu Baththal dalam kitab Syarh Shahih al-Bukhari menjelaskan bahwa setan benar-benar dibelenggu secara literal, sehingga wujud mereka tidak dapat berkelana mengangu manusia. Dengan demikian, godaan setan kepada manusia selama bulan Ramadhan berkurang dibandingkan dengan bulan lainnya.
"Para ulama menafsirkan sabda Rasulullah S.A.W, 'Pintu-pintu surga dibuka dan setan-setan dibelenggu' dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan dengan makna harfiah, yaitu mereka (setan-setan) dibelenggu dalam pengertian secara nyata sehingga intensitas mereka menggoda manusia menjadi berkurang, berbeda dengan yang dilakukan pada bulan selain Ramadhan." (Ibnu Baththal, Syarh Shahih al-Bukhari, Juz IV, hlm. 20).
Dengan demikian, pada bulan Ramadhan, manusia memiliki kesempatan lebih besar untuk beribadah tanpa gangguan setan sebagaimana di bulan-bulan lain.
Makna Majazi: Setan Dibelenggu Secara Kiasan
Pendekatan kedua adalah memahami hadis ini secara majazi atau kiasan. Dalam pandangan ini, setan tidak benar-benar dibelenggu secara fisik, melainkan maknanya lebih kepada pengaruh dan bisikan setan yang melemah selama bulan Ramadhan.
Menurut Ibnu Baththal, maksud dari pintu surga dibuka adalah karena Allah memberikan lebih banyak kesempatan bagi hamba-Nya untuk melakukan amal ibadah seperti shalat, puasa, dan tadarus Al-Qur'an. Jalan menuju surga menjadi lebih mudah karena ibadah-ibadah ini lebih cepat diterima.
Begitu juga dengan makna ditutupnya pintu neraka. Hal ini berarti bahwa umat Islam lebih terhindar dari perbuatan maksiat dan dosa. Bahkan, dengan berkah bulan Ramadhan, Allah lebih banyak memberikan ampunan dan melewatkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh hamba-Nya.
"Pendekatan kedua, makna atau pengertian dibukanya pintu-pintu surga adalah sesuatu yang Allah buka untuk hamba-hamba-Nya di bulan Ramadhan berupa amal-amal yang mengantarkan ke surga seperti shalat, puasa, dan tadarus Al-Qur'an. Jalan menuju surga di bulan Ramadhan lebih mudah dan amal-ibadah di dalamnya lebih cepat diterima." (Ibnu Baththal, Syarh Shahih al-Bukhari, Juz IV, hlm. 20).
Pendapat ini juga didukung oleh Ad-Dawudi dan Al-Mahlab yang menyatakan bahwa maksud setan dibelenggu adalah bahwa Allah menjaga kaum Muslimin dari kemaksiatan dan kecenderungan untuk menuruti bisikan setan.
Kedua pandangan tersebut berkembang menjadi pandangan yang valid. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Aas Asari dalam jurnal Analisis Sanad dan Matan Hadis tentang Keutamaan Bulan Ramadan (Dibelenggunya Setan-setan), hadis tentang dibelenggunya setan-setan selama Ramadhan termasuk hadits sahih li ghairihi dari segi kualitas. Sedangkan dari segi kuantitas, hadits tersebut termasuk hadits ahad gharib.
Dari penelitian tersebut, dijelaskan bahwa hadits tentang setan dibelenggu dapat dipahami dalam dua makna, yaitu makna harfiah (sesuai dengan bunyi teks) dan makna majazi (kiasan). Artinya, baik secara harfiah maupun simbolik, hadis ini tetap menegaskan bahwa bulan Ramadhan adalah waktu istimewa di mana setan memiliki pengaruh yang lebih lemah dibandingkan bulan lainnya terhadap umat manusia.
(tya/tey)