Di sebuah studio mungil di sudut Kota Bandung, Kent, pria berusia 55 tahun sibuk menciptakan karya seni yang tidak biasa. Dengan jarum tato di tangan dan desain kreatif di kepala, ia telah menjadikan tubuh manusia sebagai kanvas hidupnya.
Kent, yang kini dikenal sebagai salah satu seniman tato, memiliki misi lebih besar dari jarum tatonya, yakni mengubah cara pandang masyarakat terhadap seni yang sering kali dipandang sebelah mata sekaligus memperkenalkan keindahan budaya Indonesia kepada dunia.
Pria bernama asli Yusepthia Soewardy ini pertama kali tertarik dengan dunia gambar sejak duduk di bangku SMA, setelah lulus barulah dia belajar tentang seni tato. Di tahun 1996, Kent meneruskan pendidikannya di Sekolah Seni dan Desain (STISI) demi meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya tentang tato.
Kemudian di tahun 1998, Kent mulai membulatkan tekad untuk memfokuskan dirinya di dunia tato, dengan satu niat yakni menjauhkan tato dari narkoba dan alkohol. Baginya, tato adalah cara unik untuk mengekspresikan diri lewat seni yang terselip di dalamnya.
"Saya hanya ingin tato dihargai dari sudut seni, tanpa melihat sisi negatif dari tato itu sendiri," ujarnya mengawali perbincangan dengan detikJabar di Kent Tattoo Studio yang berada di Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung, belum lama ini.
Selama hampir 30 tahun hidup di dunia tato, Kent menganggap tato adalah sarana untuk menunjukkan dan memperkuat jati diri. Menurutnya ada tiga tahapan seseorang bisa memaknai tato yang terlukis di atas kulit tubuh.
"Jadi ada tiga ya, tato itu sebagai jati diri bahwa saya adalah kuat, kedua jati diri iya tapi bukan untuk kekuatan tapi keindahan saja. Sekarang jati diri aja, enggak ada keindahan dan kekuatan, jadi untuk diri sendiri bukan untuk dilihat ke orang," ungkapnya.
Selain itu, bagi Kent tato bukan sekedar seni lukis di tubuh, dia juga menjadikan tato sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia. Lewat kreativitasnya, Kent seringkali berbagi keindahan budaya Tanah Air saat berkegiatan di luar negeri seperti pameran tato di London, Inggris pada 2017 serta pameran Tattoo Expo di Melbourne, Australia pada 2022 lalu.
"Banyak orang mempercayai saya sebagai juri tato terus bisa keluar (negeri) untuk memperkenalkan budaya. Seperti saat saya melukis dan membuat tato di luar negeri, dilihatkan banyak budaya beragam lewat lukisan saya, lewat tato," terangnya.
"Kemudian saya ditunjuk untuk kayak misalnya acara Indonesia Weekend ke Inggris, saya masuk juga ke budayanya juga," imbuhnya.
(bba/orb)