14 September Hari Kunjung Perpustakaan Nasional, Sejarah dan Tujuan Peringatan

14 September Hari Kunjung Perpustakaan Nasional, Sejarah dan Tujuan Peringatan

Muhammad Jadid Alfadlin - detikJabar
Sabtu, 14 Sep 2024 06:01 WIB
Book stack and opened book on the desk on blurred bookshelves in light public library room background
Ilustrasi Hari Kunjung Perpustakaan 14 September (Foto: Getty Images/igoriss)
Bandung -

Hari Kunjung Perpustakaan (HKP) Nasional Diperingati setiap tanggal 14 September setiap tahunnya. Hal tersebut telah ditetapkan sejak masa pemerintahan Orde Baru dengan ditantanganinya Surat Kepala Perpustakaan Nasional RI yaitu Mastini Hardjoprakoso terkait dengan pencanangan Hari Kunjungan Perpustakaan oleh Soeharto selaku Presiden pada masa itu.

Pencanangan HKP berasal dari ide Mastini Hardjoprakoso. Dirinya sempat menuliskan pendapatnya yang menyebutkan bahwa Indonesia pernah menjadi negara yang dapat dikategorikan aktif dalam menerbitkan berbagai judul buku. Pernyataan itu didukung dengan penjelasannya terkait Soekarno dan kegilaan Bung Besar tersebut terhadap membaca buku.

Pada masa Soekarno tersebut pula lah tak sedikit usaha-usaha penerbitan dan buku terus menjamur di berbagai wilayah Indonesia, bahkan hingga mendapatkan perhatian pihak dari luar negeri, salah satunya Amerika Serikat dan Australia. Keduanya membuka perpustakaan nasionalnya masing-masing di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semakin memudarnya semangat yang dibawa dari masa sebelumnya tersebut, memberikan dorongan kuat untuk Mastini menuliskan surat permohonannya kepada Presiden Soeharto guna menetapkan HKP yang masih kita peringati hingga hari ini

Dengan ada dan diperingatinya HKP di setiap tahunnya, diharapkan pembiasaan berkunjung ke perpustakaan dan membaca buku perlahan terus tertanam menjadi pembiasaan di kalangan masyarakat luas. Masyarakat terbiasa berkunjung keperpustakaan, yang secara tak langsung juga akan semakin meningkatkan budaya gemar membaca.

ADVERTISEMENT

Dampak positif lainnya, HKP juga dapat semakin menghidupkan kembali perpustakaan dan pegiat literasi, baik dari pustakawan, pejuang literasi, pengelola perpustakaan hingga pemilik perpustakaan itu sendiri.

HKP bisa menjadi momentum guna menjadikan gerakan literasi yang ada di Indonesia, terlebih daerah-daerah terpencil yang sulit mengakses bacaan untuk menemukan jalannya dalam mengakses bacaan. Mendapatkan perhatian lebih agar mampu membangkitkan semanat masyarakat agar gemar membaca hingga berkunjung ke perpustakaan.

Indonesia, Perpustakaan dan Tingkat Literasi

Di Indonesia, Perpustakaan sebenarnya merupakan termasuk ke dalam program prioritas nasional. Hal tersebut mendorong pemerintah agar menjalankan program pembangunan perpustakaan di wilayah-wilayah di Indonesia, menyediakan perpustakaan keliling serta membuka selebar-lebarnya akses membaca literatur di tempat-tempat umum termasuk di situs resmi Perpusnas.

Hingga 2024 ini, Indonesia baru memilik 1.062 perpustakaan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Jumlah perpustakaan tersebut tak lebih banyak dari jumlah perpuskaan di Sebagian besar negara Asia Tenggara lainnya. Vietman menduduki tempat pertama di Asia Tenggara dengan total mencapai 6.691 perpustakaan.

Hal tersebut ternyata sejalan dengan rendahnya minat baca di Tanah Air yang pernah dirilis oleh UNESCO. Disebutkan bahwa Indonesia masih menempati urutan 60 dari 61 negara terkait Tingkat literasi dunia.

Artikel ini merupakan tulisan dari mahasiswa magang Kampus Merdeka Muhammad Jadid Alfadlin




(tya/tey)


Hide Ads