Bulan Rajab 2024 M/1445 H telah usai. Kini umat Muslim di Indonesia mulai menyambut salah satu bulan penting yaitu Syaban. Terdapat doa Syaban yang bisa diamalkan.
Bulan Syaban merupakan salah satu bulan yang istimewa untuk umat Islam karena beberapa kejadian penting terjadi pada bulan ini. Kemuliaan tentang bulan Syaban ini dijelaskan Rasulullah SAW dalam haditsnya. Rasulullah SAW bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: "Bulan Sya'ban--bulan antara Rajab dan Ramadhan--adalah bulan di saat manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan." (HR Nasa'i)
Bacaan Doa Syaban
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Allâhumma bârik lanâ fî rajaba wa sya'bâna wa ballighnâ ramadhânâ
Artinya: "Ya Allah, berkatilah kami pada Bulan Rajab dan Bulan Sya'ban. Sampaikan kami dengan Bulan Ramadhan."
Bacaan doa di bulan Syaban terdapat dalam hadist yang bisa dilihat di kitab Mishkat Al Masabih. Berikut haditsnya,
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ: «اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ» قَالَ: وَكَانَ يَقُولُ: «لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ لَيْلَةٌ أَغَرُّ وَيَوْمُ الْجُمُعَةِ يَوْمٌ أَزْهَرُ»
Artinya: Anas mengatakan saat Rajab datang Rasulullah SAW berkata, "Ya Allah SWT berkahilan kami di Rajab dan Syaban serta bawalah kami hingga Ramadhan." Dia juga mengutip Rasulullah SAW saat mengatakan, "Kamis malam adalah saat yang sangat terang dan Jumat adalah hari yang bersinar."
5 Amalan di Bulan Syaban
Ada banyak amalan yang bisa dikerjakan di bulan Syaban. Berikut amalan yang bisa dikerjakan saat bulan Syaban seperti dilansir detikHikmah.
1. Puasa sunnah
Merangkum buku Amalan Ringan Berpahala Istimewa Seputar Puasa, Sedekah, Dan Haji oleh Abdillah F. Hasan disebutkan bahwa amalan yang bisa dikerjakan saat Syaban adalah puasa sunnah.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, dari Anas Ra, "Puasa manakah yang paling afdal setelah puasa Ramadhan?" Rasulullah menjawab, "Puasa Syaban untuk mengagungkan Ramadhan."
Di bulan ini, Rasulullah SAW melakukan puasa sunah terbanyak dibanding bulan-bulan lain (selain Ramadhan).
Mengapa puasa di bulan Sya'ban menjadi perhatian penting? Dari segi jasmani, dengan memperbanyak puasa sunnah pada Syaban, seorang muslim akan semakin siap dalam menghadapi puasa Ramadhan selama sebulan penuh.
Menurut Ibnu Rajab, kedudukan puasa Syaban di antara puasa yang lain sama dengan kedudukan sholat sunah rawatib terhadap sholat fardu sebelum dan sesudahnya, yakni sebagai penyempurna kekurangan pada yang wajib.
Adapun keutamaan puasa di bulan Syaban, sebagaimana diriwayatkan Usamah bin Zaid ra., ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa pada bulan Syaban."
Rasulullah menjawab, "Bulan itu (Syaban) adalah bulan yang dilupakan oleh manusia, yaitu bulan di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan itu adalah bulan diangkatnya amal-amal manusia kepada Tuhan semesta alam. Aku suka amal-amalku diangkat, sementara aku sedang berpuasa." (HR. Abu Daud dan Nasa'i)
2. Memperbanyak sholawat
Barangsiapa membiasakan diri di bulan ini untuk berlomba meraih pahala, maka akan memperoleh kemenangan di bulan Ramadhan.
Syaban adalah bulan Rasulullah SAW seperti yang telah disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
"Rajab adalah bulan Allah, Syaban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku."
Bulan ini juga dianjurkan untuk memperbanyak sholawat.
3. Memohon ampunan dan perbanyak doa
Dalam sebuah hadits dari Utsman bin Abil Ash dari Rasulullah SAW disebutkan, "Jika malam Nisfu Syaban datang maka akan memanggil Malaikat yang memanggil: Apakah ada yang meminta ampunan maka Aku akan mengampuninya? Apakah ada yang meminta sesuatu maka Aku akan mengabulkannya? Maka tiada seorangpun meminta kecuali aku akan memberikannya, kecuali orang yang berzina dengan farjinya, atau dalam
keadaan musyrik."
Dari Mu'adz bin Jabal dari Rasulullah SAW bersabda,
"Allah melihat kepada semua hambanya di malam Nisfu Syaban, kemudian memberikan pengampunan kepada mereka semuanya kecuali kepada orang musyrik dan orang yang selalu mengajak kepada perselisihan." (Al-Baihaqi dan An-Nasa'i)
Dari Abi Tsa'labah Al-Khasyani, dari Rasulullah SAW bersabda, "Jika datang malam Nisfu Syaban, maka Allah akan melihat kepada makhluk-Nya, kemudian mengampuni orang-orang yang beriman serta membiarkan orang-orang kafir dan membiarkan orang pendengki dengan kedengkiannya sampai ia memanggil-Nya."
Dari Aisyah berkata, "Aku tidak menemukan Rasulullah di suatu malam, kemudian aku keluar untuk mencarinya, ternyata beliau sedang mengangkat kepalanya ke arah langit, kemudian berkata, "Wahai Aisyah! Apakah kamu takut Allah dan Rasulnya berbuat tidak adil kepadamu?" Aisyah menjawab, "Kenapa aku harus mengatakan itu? Tapi aku menyangka bahwa engkau mendatangi salah satu istrimu. Kemudian Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah turun di malam Nisfu Sya'ban menuju langit dunia kemudian memberi ampunan kepada orang sejumlah bulu domba Bani Kalb." (HR. At-Tirmidzi)
Dalam buku Menggapai Berkah di Bulan-bulan Hijriah oleh Siti Zamratus Sa'adah, dijelaskan melalui beberapa hadits disebutkan bahwa orang yang tidak akan dikabulkan doanya serta terhalang dari pengampunan dan rahmat Allah di bulan ini adalah orang musyrik, orang yang bertengkar, pembunuh, orang yang memutus tali persaudaraan, orang yang membuka aurat, orang yang suka mengadu domba, orang yang gemar menggambar, orang yang melaknat orang tuanya, orang yang menipu dalam perdagangannya, orang yang mengada-ngada dalam agamanya, orang yang keluar dari keputusan suatu pemimpin, orang yang dihatinya terdapat kebencian terhadap para Sahabat
Barangsiapa melakukan perbuatan-perbuatan tersebut maka tidak akan mendapatkan kemenangan di malam Nisfu Sya'ban yang berupa ampuan Allah SWT.
4. Memperbanyak amalan
Menghadapi bulan Ramadhan, para ulama terdahulu membiasakan diri untuk mengerjakan amalan-amalan saleh sejak datangnya bulan Syaban, sehingga mereka sudah terlatih untuk menambahkan amalan-amalan mereka ketika Ramadhan.
Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah mengatakan, "Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Syaban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadhan seperti hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Syaban bagaimana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan'". (Lathaifu-Ma'arif libni Rajab Al-Hanbali)
5. Membayar utang puasa
Bulan Syaban menjadi kesempatan untuk meng-qadha utang puasa Ramadhan yang lalu sebelum datangnya Ramadhan berikutnya.
Aisyah berkata: "Aku punya utang puasa Ramadhan, aku tak dapat mengqadhanya kecuali di bulan Syaban, karena sibuk melayani Nabi." (HR. Al Bukhari-Muslim)
Imam An Nawawi dalam Syarh Sahih Muslim & Ibn Hajar dalam Fathul Bari, menjelaskan, dari hadits 'Aisyah tersebut dapat disimpulkan: Jika ada uzur, maka qadha puasa bisa diakhirkan sampai bulan Syaban. Namun jika tanpa uzur, menyegerakannya di bulan Syawal setelah Ramadhan usai lebih utama.
Bagaimana jika lalai, tanpa uzur, utang puasa belum terbayar, tapi Ramadhan baru telah datang. Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Kecuali seseorang yang (memang seharusnya/biasanya) melakukan puasanya pada hari itu. Maka hendaklah ia berpuasa." (HR. Al Bukhari & Muslim)
Jadi menurut hadits tersebut dibolehkan puasa akhir Syaban (H-1/H-2 Ramadhan) hanya bagi yang melaksanakan nazar, qadha', yang sudah biasa puasa Dawud, bertepatan Senin atau Kamis yang sudah biasa dilakukan.