Azan magrib berkumandang, suaranya memecah kebisingan mesin kereta api (KA). Selasa, petang di Tanggal 30 Januari, suasana di gerbong KA Commuter Line Bandung Raya yang berjalan dari Padalarang menuju Cicalengka cukup padat.
Para penumpang yang didominasi pelajar, warga biasa hingga pekerjaan, tampak lelah saat memasuki gerbong KA. Karena penumpang moda transportasi ini cukup banyak, tidak semua penumpang dapat duduk di kursi KA.
Ada yang duduk berdempet tiga orang di kursi yang seharusnya diduduki dua orang, ada yang berdiri sambil menyadarkan tubuh belakangnya ke pembatas kursi penumpang dan ada yang berdiri sambil tangannya memegang erat besi yang digunakan sebagai tempat penyimpanan barang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski berdesak-desakan, suasana itu sudah akrab di mata penumpang setia KA yang setiap hari gunakan moda transportasi ini untuk pulang dan pergi ke tempat tujuannya.
"Ah tos biasa (sudah biasa)," kata Rukman (34) seorang pekerja swasta di Kota Bandung yang hendak pulang ke Rancaekek, Kabupaten Bandung saat membuka perbincangan.
Bagi Rukman, dibandingkan naik kendaraan pribadi atau moda transportasi lain, dia lebih nyaman gunakan KA.
"Rumah ke Stasiun Rancaekek naik angkot Rp 2.500, ongkos PP kereta Rp 10 ribu, ongkos keseluruhan hanya Rp 15 ribu. Kalau naik motor bensin bisa abis Rp 20 ribu, belum macet atau banjir," ungkap Rukman.
![]() |
Apalagi, dia menyebut tempat kerjanya dekat dengan Stasiun Cikudapateuh dan tidak harus gunakan lagi kendaraan untuk sampai ke tempat kerjanya.
"Dari Stasiun Cikudapateuh tinggal jalan kaki, paling 1 KM an ke tempat kerja," tambahnya.
Disingung apakah Rukman merasa takut, pasca kejadian tabrakan KA Lokal Bandung Raya dan KA Turangga beberapa waktu lalu, Rukaman sebut tidak.
"Tidak alhamdulillah, saya menilai justru kereta apai kendaraan paling aman dibandingkan naik motor," ujarnya.
"Saya mah selalu berdoa, semoga perjalanan dilancarkan dan dijauhkan dari kecelakaan," tambah Rukaman.
Tak hanya Rukman, detikJabar juga berkesempatan berbincang dengan Risma (16) salah satu pelajar SMK negeri di Kota Bandung. Dia mengaku tiap hari PP dari Cicalengka-Bandung untuk bersekolah.
"Tiap hari sekolah naik kereta api. Alhamdulillah membantu sekali," kata Risma kepada detikJabar.
Risma mengaku nyaman perjalanan naik KA meski harus berdesak-desakan tiap pagi dan sore.
"Pulang pergi berdesak-desakan naik kereta, tidak apa-apa namanya juga mencari ilmu," ujar Risma.
Namun menurut Risma, dia kerap mengeluhkan jika perjalanan KA terlambat di pagi hari. "Pernah beberapa kali terlambat, ya suka kabarin ke temen, supaya bilang ke guru, ya gimana lagi, paling cepat naik kereta api sebenarnya dibandingkan naik motor," pungkasnya.
(wip/tey)