Peribahasa merupakan sekumpulan kata atau kalimat dengan susunan tetap yang menggambarkan makna tertentu. Isinya seringkali mencakup perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau norma-norma tingkah laku manusia. Penjelasan serupa juga terdapat dalam Bahasa Indonesia Jilid 1 karya Agus Trianto.
KBBI mendefinisikan peribahasa sebagai kumpulan kata atau kalimat yang memiliki struktur tetap dan menggambarkan suatu makna khusus.
Dalam pengertian peribahasa ini, juga termasuk bidal, ungkapan, dan perumpamaan. Dalam setiap peribahasa, terdapat elemen-elemen budaya masyarakat yang terkait dengan nilai-nilai, pandangan hidup, norma, atau peraturan dalam masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
75 Contoh Peribahasa dan Artinya
Diperoleh dari berbagai sumber, berikut adalah sejumlah contoh peribahasa beserta maknanya.
1. Ada angin ada pohonnya: segala sesuatu itu pasti ada asal mulanya
2. Ada batang cendawan tumbuh: di mana kita berada, maka di sana pula rezeki kita.
3. Ada beras taruh dalam padi: rahasia (aib) hendaklah disimpan rapat-rapat (baik-baik).
4. Ada gula ada semut: di mana terdapat kesenangan, ke sanalah biasanya orang banyak akan berdatangan (berkumpul).
5. Ada hujan ada panas, ada hari boleh balas: senantiasa masih ada kesempatan untuk membalas dendam.
6. Ada nyawa ada ikan: meskipun masih hidup, namun sudah dalam kondisi yang hampir mati.
7. Ada rotan ada duri: jika ada kesenangan tentu ada pula kesusahan.
8. Ada ubi ada talas: kebaikan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan dibalas dengan kejahatan pula.
9. Ada udang di balik batu: mempunyai tujuan (maksud) yang tersembunyi.
10.Adat gunung tepatan kabut: orang kaya biasanya menjadi tempat meminta bagi orang yang miskin. Orang pandai biasanya menjadi tempat untuk bertanya orang bodoh.
11. Adat pasang berturun naik: keadaan (kondisi) semisal harta kekayaan, pangkat atau jabatan itu senantiasa berubah-ubah karena tak ada yang abadi di dunia ini.
12. Adat periuk bergerak, adat lesung berdekak: untuk mendapatkan keuntungan atau kejayaan, hendaklah berani menanggung kesusahan (kesukaran).
13. Agih-agih kungkung: terlalu baik (murah hati) hingga akibatnya malah menderita kesusahan sendiri.
14. Air beriak tanda tak dalam: orang yang banyak omongannya biasanya ilmunya kurang.
15. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga: sifat serta perilaku orang tua biasanya akan menurun pada anak-anaknya.
16. Air di daun keladi: seseorang yang sangat sulit menerima saran (nasihat). Orang yang sukar sekali diajar.
17. Anak dipangku dilepaskan beruk dalam rimba disusukan: urusan sendiri ditelantarkan, namun urusan orang lain malah dipikir (diurusi).
18. Anak harimau tiada akan menjadi anak kambing: bagaimanapun juga anak seorang pemberani tidak akan menjadi anak penakut (pengecut).
19. Angan-angan menerawang langit: bercita-cita (berangan-angan) terlalu tinggi.
20. Angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam: rahasia itu tidak selamanya dapat disembunyikan, suatu waktu akan terbuka pula.
21. Bagai pinang belah dua: Sama atau serupa benar.
22. Bagai pungguk merindukan bulan: Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin bisa terjadi.
23. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing: Pekerjaan yang berat akan terasa ringan apabila dikerjakan bersama-sama.
24. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi: Ilmu yang didapat secara tidak sempurna tidak akan bermanfaat.
25. Cadik terkedik, bingung terjual: Orang yang bodoh akan mudah tertipu orang lain.
26. Cacing menjadi ular naga: Orang kecil yang menjadi orang besar (sukses).
27. Cacat-cacat cempedak, cacat-cacat nak hendak: Pura-pura mencela padahal mencintai.
28. Cacak seperti lambang tergadai: Perihal seseorang yang sedang terpana.
29. Cabik-cabik bulu ayam: Dua saudara yang berkelahi, namun lama kelamaan akur kembali.
30. Cakap melangit dapur tak berasap: Orang miskin yang bergaya seperti orang kaya.
31. Calak-calak ganti asah, menunggu tukang belum datang: Sesuatu yang dipakai untuk sementara saja, karena sedang menunggu yang lebih baik.
32. Campak bunga dibalas dengan campak tahi: Suatu kebaikan yang dibalas dengan kejahatan.
33. Campur orang dengan pemaling, sekurang-kurangnya jadi pencecak: Orang yang bergaul dengan orang jahat lama kelamaan akan jahat juga.
34. Cubit paha kanan, paha kiri pun berasa sakit: Jika suatu anggota keluarga disakiti, seluruh anggota keluarga ikut merasakannya.
35. Cubit paha sendiri dahulu, baru cubit paha orang lain: Merasakan sendiri akibat dari perbuatannya.
36. Cupak sepanjang betung, adat sepanjang jalan: Mengerjakan sesuatu hendaklah sesuai aturan.
37. Dagangan bersambut yang dia jual: Menceritakan cerita berdasarkan cerita dari orang lain.
38. Dahan pembaji batang: Orang kepercayaan yang menyalahgunakan harta benda tuannya.
39. Dahulu bajak daripada jawi: Orang muda yang belum memiliki pengalaman dijadikan pemimpin orang tua yang berpengalaman.
40. Dahulu duduk dari cangkung: Cepat marah sebelum mengetahui perkara sebenarnya.
41. Di laut boleh diajak, di hati siapa tahu: Apa yang tersembunyi dalam hati seseorang tidak dapat diketahui.
42. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung: Sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat ia tinggal.
43. Datang kelihatan muka, pergi tampak punggung: Datang mengucapkan salam, pergi berpamitan.
44. Darah lebih kental daripada air: Hubungan keluarga lebih kuat dari hubungan apa pun.
45. Emas tahan uji: Orang ahli berani ditanya.
46. Esa hilang dua terbilang: Kuat bersikeras untuk melakukan sesuatu. Seorang pemimpin meninggal meninggal dunia akan muncul beberapa orang penggantinya.
47. Gadai terdorong kepada Cina: Sesuatu yang telah diperbuat tidak bisa ditarik kembali.
48. Gagak putih bangau hitam: Sesuatu yang mustahil terjadi.
49. Gajah mati karena gadingnya: Seseorang meninggal dunia karena kelebihan (keunggulan) yang dimilikinya.
50. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama: Perbuatan baik atau buruk akan tetap dikenang meskipun sudah mati.
51. Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut/kuman di seberang lautan tampak: Kesalahan diri sendiri walau besar tapi tidak terlihat kecil, sedangkan kesalahan orang lain sekecil apa pun terlihat sangat besar.
52. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari: Segala tingkah laku murid (bawahan) selalu mencontoh guru (atasannya).
53. Habis manis sepah dibuang: Mengacuhkan sesuatu yang dianggap sudah tidak berguna.
54. Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah: Selama hidup harus taat pada adat kebiasaan dalam masyarakat.
55. Hidup segan mati tak mau: Seseorang yang tidak berbuat apa-apa, serba salah.
56. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga: Hanya karena kesalahan kecil menghilangkan segala kebaikan yang diperbuat.
57. Lempar batu sembunyi tangan: Orang yang tidak berani bertanggung jawab atas perbuatan atau kesalahannya.
58. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai: Menghendaki sesuatu tapi tidak berdaya untuk mencapainya.
59. Membasuh arang di muka: Berusaha menghilangkan rasa malu.
60. Menumbuk di periuk, bertanak di lesung: Melakukan sesuatu yang menyalahi kebiasaan.
61. Menambak gunung, menggarami air laut: Memberi bantuan kepada orang yang sama sekali tidak perlu dibantu.
62. Menang jadi arang, kalah jadi abu: Kalah ataupun menang sama-sama menderita.
63. Menepuk air di dulang, tepecik muka sendiri: Jika berbuat sesuatu yang jahat maka akan terkena kembali kepada diri sendiri.
64. Nasi sudah menjadi bubur: Kejadian yang telah telanjur terjadi dan tak bisa diubah kembali seperti sedia kala.
65. Ombak kecil jangan diabaikan: Persoalan kecil jangan dianggap enteng.
66. Panas setahun hilang oleh hujan sehari: Segala kebaikan terhapus oleh hanya sedikit keburukan atau kesalahan.
67. Sambil menyelam minum air: Melakukan dua atau tiga pekerjaan dalam waktu bersamaan.
68. Serapat-rapat menyimpan bangkai pasti tercium juga: Walau menutupi kejahatan, pasti akan diketahui orang juga.
69. Semudah membalik telapak tangan: Terlalu mudah.
70. Selama hayat masih dikandung badan: Selama masih hidup, tidak boleh putus asa.
71. Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga: Tidak ada yang sempurna, setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan atau mengalami kegagalan.
72. Seperti anak ayam kehilangan induknya: Orang yang mengalami kebingungan dan kebimbangan dalam hatinya.
73. Seperti padi, kian berisi kian merunduk: Semakin tinggi ilmu, semakin rendah hati.
74. Tak ada gading yang tak retak: Tak ada sesuatu yang sempurna.
75. Tak ada rotan, akar pun jadi: Jika tidak ada yang baik maka yang kurang baik pun dapat dipakai juga.
Nah, itulah 75 contoh peribahasa lengkap dengan artinya. Semoga bermanfaat detikers!