Wajah Berseri Guru Ngaji di Kabupaten Bandung

detikJabar Awards

Wajah Berseri Guru Ngaji di Kabupaten Bandung

Yuga Hassani - detikJabar
Senin, 19 Jun 2023 10:00 WIB
Aktivitas mengaji di Kabupaten Bandung
Aktivitas mengaji di Kabupaten Bandung (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Bandung -

Pemkab Bandung berupaya meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan warganya. Upaya ini dilakukan melalui kebijakan yang dituangkan dalam beberapa program yang berpihak pada kelompok menengah bawah.

Salah satu program unggulan Pemkab Bandung adalah pemberian insentif bagi guru ngaji. Pemberian insentif berikut BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan dianggarkan untuk para guru ngaji dengan alokasi anggaran mencapai sekitar Rp 109 miliar per tahun.

Pemberian intensif guru ngaji tersebut telah tercantum dalam Peraturan Bupati (Perbup) Kabupaten Bandung Nomor 51 Tahun 2021 tentang Pedoman Pemberian Insentif Bagi Guru Ngaji.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada detikJabar, Bupati Bandung Dadang Supriatna menceritakan awal tercetusnya ide untuk terus memperhatikan para guru ngaji. Dirinya mengaku pernah memiliki pengalaman saat masih menjadi kepala desa (kades) di Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang.

Dadang menceritakan bagaimana sulitnya seorang guru ngaji mendapatkan kesejahteraan saat dirinya menjadi kades di kampung halamannya. Bahkan dirinya kerap kali membantu seorang guru ngaji demi mengakses kesehatan.

ADVERTISEMENT

"Kenapa saya bikin program insentif guru ngaji, jujur ini impian saat saya saat masih menjadi kepala desa di Tegalluar," ujar Dadang, saat ditemui detikJabar di kantornya, belum lama ini.

Menurutnya seorang ulama atau guru ngaji harus terus diperhatikan. Kata dia, hal tersebut merupakan pondasi kokohnya suatu negara.

"Saya punya keyakinan tegaknya negara itu ada empat, ulama, pemimpin, aghniya, poporo. Tapi beberapa pemerintahan dulu jarang memperhatikan para ulama," katanya.

Dadang mengingat betul saat menjadi kades terdapat seorang guru ngaji yang mengalami sakit. Dirinya langsung menolong seorang guru ngaji tersebut.

"Maka saya mulai pada saat masih menjadi kades. Awalnya ada kejadian ustad sakit, terus dibawalah ke RS, dulu mah gak ada BPJS," ucapnya.

Aktivitas mengaji di Kabupaten BandungAktivitas mengaji di Kabupaten Bandung Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Nahasnya seorang guru ngaji tersebut tidak bisa pulang dari rumah sakit. Hal tersebut diakibatkan tidak memiliki biaya untuk membayarnya.

"Setelah dibawa ke RS, gak ada kabar lagi lah. Terus saya bertanya kepada salah satu tetangganya, kumaha pak ustad tos sehat (Gimana pak ustad sudah sehat)? Sehat pak kades, mung teu tiasa uih da teu gaduh artos. Yaudah jeung saya weh (cuma tidak bisa pulang, enggak punya uang. Ya udah ayo sama saya aja," tegasnya.

"Dok ini KTP saya, saya kadesnya, saya yang akan bayar, saya cicil. Terus bikin aja surat pernyataan," tambahnya.

Setelah itu guru ngaji tersebut langsung bisa pulang. Dirinya pun langsung membawa seorang guru ngaji tersebut.

"Setelah itu baru bisa dibawa pulang. Saya masih inget dulu nyetirin sendiri masih pakai mobil sedan Corola DX," ungkapnya.

Dia mengungkapkan menjadi kades sejak tahun 1998 sampai tahun 2009. Kemudian dirinya mengurusi sekitar ratusan guru ngaji.

"Ada sekitar 130 ustad satu desa Tegalluar," kata Dadang.

Setelah adanya kejadian tersebut, Dadang berjanji pada dirinya sendiri. Saat menjadi pejabat di Kabupaten Bandung akan memperhatikan ustad atau guru ngaji.

"Saya berpikir, kalau sewaktu-waktu menjadi bupati, saya akan memikirkan ustad. Bukan hanya satu desa, tapi seluruh ustad kabupaten Bandung. Alhamdulillah sekarang jadi bupati, makanya program itu diprioritaskan," tegasnya.

Dia mengungkapkan saat ini terdapat sekitar 20.100 ustad atau guru ngaji di kabupaten Bandung. Kata dia semuanya mendapatkan insentif dari Pemkab Bandung.

"Alokasi anggaran mencapai sekitar Rp 109 miliar per tahunnya. Kemudian ditambah zakat profesi dari sekitar 4 ribu ASN yang ada di Kabupaten Bandung," jelasnya.

Aktivitas mengaji di Kabupaten BandungAktivitas mengaji di Kabupaten Bandung Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Dadang menambahkan para ustad atau guru ngaji tersebut mendapatkan insentif guru ngaji sebesar Rp 350 ribu per tiga bulan. Kemudian mereka mendapatkan BPJS Kesehatan dan ketenagakerjaan.

"Jadi kesehatannya kita jamin, terminnya kita bayar. Terus BPJS Ketenagakerjaan, kalau lagi bekerja kecelakaan ya itu bisa digunakan. Terus kalau meninggal dunia ahli warisnya mendapatkan Rp 42 juta," ucapnya.

Program insentif guru ngaji tersebut merupakan tanggung jawab Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung. Makanya saat ini setiap guru ngaji yang mendapatkan insentif akan mengajar terlebih dahulu di sekolah negeri yang terdekat dengan domisili.

Manfaat Terasa

Para guru ngaji yang turut mendapatkan insentif tersebut merasakan banyak manfaatnya, terutama setelah adanya BPJS. Jadi semua guru ngaji yang terdaftar dapat tercover BPJS.

Program insentif tersebut dirasakan baik oleh para guru ngaji di Kabupaten Bandung. Artinya semua para guru ngaji tetap diperhatikan oleh Bupati Bandung meskipun hanya mengajar ngaji.

Salah satu guru ngaji di Kampung Cihaliwung, Desa Cileunyi Kulon, Kecamatan Cileunyi, Siti Maesaroh (74) mengaku bersyukur bisa mengikuti program insentif guru ngaji. Dirinya mengikuti program tersebut masuk dalam tahap pertama pada Desember 2021 silam.

"Alhamdulillah katampi (keterima). Sangat membantu, segi materi, wawasan juga. Saya ikut yang awal pas pertama ada yang di desa. Dapat BPJS ketenagakerjaan, BPJS kesehatan, dan uang," kata Siti, saat ditemui detikJabar, belum lama ini.

Siti menjelaskan saat ini mengajar ngaji di kediamannya. Kemudian mendapat tugas dari Bupati mengajar juga di SDN Cileunyi 5. Dirinya mengajar di sekolah tersebut setiap hari Jumat.

"Kurikulum di bupati mah sudah ada di guru PAI. Kalau saya belajar surat-surat dan hafalan baca tulis. Satu jam pengajarannya. Kalau sesi siang suka dikasih waktu oleh guru PAI, ya saya berikan bab shaum, dan lain-lain," katanya.

Murid yang sering belajar ngaji di kediamannya sebanyak 50 orang. Kemudian kalau siang biasanya diisi oleh anak-anak SD. Setelah itu pada malam hari diisi anak-anak remaja.

"Saya di sini ngajar ngaji udah dari tahun 96. Awalnya pesantren dari Cicalengka dan Garut," bebernya.

Siti mengungkapkan terbantu dengan adanya program tersebut. Sehingga dirinya saat ini memliki BPJS. Kemudian guru ngaji masih diperhatikan oleh pemerintah.

"Alhamdulillah makasih, masih diperhatikan oleh pemerintah, terutama pak Bupati. Kalau jumlahnya mah Rp 1 juta per tiga bulan. Jadi alhamdulillah terbantu banget," kata Siti.

Program tersebut dapat dirasakan guru ngaji asal Kampung Margahayu, Desa Cicalengka Kulon, Kecamatan Cicalengka, Yanto Abdul Kohar (35). Dirinya kerap mengajar ngaji di masjid yang tak jauh dari kediamannya, yakni Masjid Al Hikmah.

"Kalau di masjid saya ada sekitar 30 orang. Dari umur 5 tahun sampai 15 tahunan. Ngajar ngaji dari tahun 2015. Jadi memang di sini banyak anak-anak kecil. Awalnya hanya sedikit, tapi semakin ke sini jadi makin banyak. Pengajiannya setiap hari di masjid, pas waktu maghrib," kata Yanto saat ditemui beberapa waktu lalu.

Berkat terdaftar sebagai penerima insentif guru ngaji, Yanto saat ini harus mengajar juga di SMPN 1 Cicalengka. Dirinya juga masuk gelombang pertama program tersebut.

"Saya angkatan tahap pertamalah yang insentif guru ngaji itu. Awalnya saya menduga ada bantuan aja buat para guru ngaji. Ternyata pas keluar SK ada penempatan di sekolah. Ada yang di SD, ada yang di SMP. Kebetulan saya di SMPN 1 Cicalengka," tuturnya.

Saat mengajar di sekolah tersebut, Yanto sempat mengalami kesulitan. Pasalnya banyak murid-murid tersebut yang tidak bisa mengaji. Sehingga dirinya melakukan beberapa metode pembelajaran di sekolah tersebut.

"Memang kalau di sekolah ada silabus yang harus disampaikan ke anak-anak. Cuma saya mengkondisikan kemampuan kembali ke anak-anaknya di SMP. Soalnya anak-anaknya udah SMP, terus kemampuan baca, tulis, sama hafalannya bervariatif," ungkapnya.

"Saya sempat bertanya kepada kepala sekolah, ke guru PAI-nya juga, kenapa masih banyak anak yang gak bisa baca iqro, ada yang masih iqro dua, iqro satu. Padahal ada yang udah kelas 9 SMP," bebernya.

Aktivitas mengaji di Kabupaten BandungAktivitas mengaji di Kabupaten Bandung Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Setelah itu Yanto langsung melakukan teknis pemisahan siswa. Jadi acuan silabus digunakan bagi yang kemampuannya sudah mengikuti. Cuma kalau yang tertinggal lagi diusahakan minimal bisa baca dulu.

"Saya dikasih waktu untuk menjalankan program bupati itu, setiap pagi, selama satu jam. Kalau saya dipercaya dikasih jadwal Selasa, Rabu, dan Kamis. Kalau anjuran dari Bupatinya hanya seminggu satu kali," katanya.

Pihaknya mengaku mendapatkan insentif yang sama dengan guru ngaji yang lainnya. Menurutnya hal tersebut bisa membantu penghidupannya.

"Alhamdulillah sih kebantu banget, apalagi dapat BPJS juga kan. Uang juga alhamdulillah lah bisa dipakai untuk keperluan keluarga. Soalnya kalau pengajian yang ada di rumah mah mengalir aja. Kalau ada yang ngasih terima, enggak juga gak apa-apa. Yang penting saya mah anak-anak di dekat rumah ini gak buta huruf ngaji," kata Yanto.

"Alhamdulillah kebantu aja. Saya ngucapin terimakasih aja ke Bupati," pungkasnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads