Dalam dunia pesawat terbang ada sebuah alat bernama air data tester atau alat untuk menguji sistem pitot di pesawat terbang. Alat ini sangat dibutuhkan untuk memastikan tingkat keamanan dari pesawat terbang sebelum dinyatakan laik terbang.
Alat ini harganya mencapai ratusan juta dan konon belum ada yang memproduksinya di Indonesia. Namun seorang pemuda asal Desa Citimun, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang bernama Muhammad Ihsan Ismail telah mampu membuat alat itu dengan harga yang jauh lebih murah.
Kepada detikjabar, Ihsan pun menjelaskan bagaimana cara kerja dari alat tersebut. Dikatakannya, air data tester penting digunakan untuk menguji beberapa indikator dari pesawat terbang sebelum pesawat itu dinyatakan laik terbang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun beberapa indikator yang dapat diukur oleh alat tersebut, diantaranya altimeter yaitu indikator untuk mengukur altitude pesawat (alat untuk mengukur ketinggian pesawat di atas permukaan laut) dan air speed (kecepatan di udara).
"Jadi pesawat terbang itu sebelum tinggal landas harus dicek tingkat keamanan atau kemampuannya, salah satu indikator yang harus adalah altimeter dan air speed melalui lubang pitot static dan pitot probe yang terdapat di bagian samping depan pesawat terbang," terangnya.
Ihsan melanjutkan, alat air data tester secara garis besar digunakan untuk mengetahui kondisi dan kemampuan dari pesawat terbang dari sisi kecepatan dan ketinggian sebelum tinggal landas.
"Kalau mobil kan karena di darat jadi ketika ada sistem yang rusak bisa berhenti untuk diperbaiki, nah beda dengan pesawat ditesnya itu justru sebelum terbang untuk memastikan bahwa semua sistem di pesawat aman untuk terbang karena jika pesawat ada kesalahan sistem pada saat terbang bisa menyebabkan kecelakaan," terangnya.
Ihsan sendiri mampu membuat alat tersebut selain dari ilmu yang didapat sewaktu duduk di bangku kuliah, juga didasari karena keuletannya ditambah pengalamannya saat bekerja di perusahaan asing.
"Saya bisa membuat ini melalui proses panjang, dasarnya ya dari belajar sewaktu kuliah dulu belajar teori sistem pesawat terbang, tapi lebih dari itu adalah dari pengalaman waktu kerja menggunakan air data tester kemudian mencoba memperbaiki alat itu sendiri, dari sana mulai belajar dengan cara observation to imagination yaitu mempelajari, lalu berimaginasi dan mencoba untuk membuat sendiri," paparnya.
Menurut Ihsan, tidak mudah dalam membuat alat air data tester tersebut. Paling tidak ada tiga disiplin ilmu yang harus dikuasai. Pertama teknik elektro, kedua pemrograman dan ketiga ilmu tentang avionik (sekelumit peralatan elektronik tentang penerbangan).
Ihsan mengaku, air data tester yang dibuat berkaca dari pengalamannya sewaktu bekerja dulu. Hal itu mengingat masih terhitung jarangnya institusi pendidikan di Indonesia yang memiliki alat tersebut.
"Ini yang melatarbelakangi saya membuat sendiri alat air data tester ini karena di kampus-kampus penerbangan jarang yang memiliki alat ini, padahal ini sangat penting untuk praktik, dan biasanya terkendala oleh harganya yang mahal," ujarnya
"Padahal sewaktu saya kerja dulu, ya alat air data tester ini yang sering dipegang," Ihsan menambahkan.
![]() |
Bernaung dibawah startup yang tengah dirintisnya bernama Hiber Tech, air data tester buatan Ihsan kini telah dilirik oleh beberapa institusi pendidikan di Indonesia.
Dari satu alat buatannya itu dibandrol dengan kisaran harga Rp 30 juta sampai Rp 50 juta dan masih dijual untuk sebatas dunia pendidikan. Harga tersebut terhitung jauh lebih murah dibanding produk luar dikisaran harga Rp 100 juta hingga Rp 500 juta.
"Sekarang produk saya sudah ada yang melirik beberapa kampus, dari obrolan-obrolan sudah ada yang mau beli," ujarnya.
Ihsan berharap produk yang dibuatnya dapat dilirik oleh investor serta mendapat support dari pemerintah.
"Saya masih butuh support khususnya permodalan, semoga produk saya dilirik dan dapat suport dari pemerintah karena sekarang saya masih berjalan sendiri," ucapnya.
Sekadar diketahui, Ihsan sendiri kini telah memiliki startup yang tengah dirintisnya bernama Hiber Tech. Startup tersebut bergerak dalam bidang pembuatan software dan komponen pesawat terbang.
Ihsan memulai usahanya pada 2020. Ia sendiri saat itu telah bekerja di sebuah perusahaan pesawat terbang luar negeri, yakni Flight Lithuania cabang Indonesia di bandara Soekarno hatta jakarta dari mulai Januari 2020 hingga Juli 2021.
Namun lantaran kecintaannya pada dunia teknologi, ia pun pada akhirnya lebih memilih untuk mengembangkan ilmunya dengan melanjutkan S2 Teknik Elektronik di Universitas Telkom. Dan, fokus terhadap startup yang tengah dirintisnya tersebut.
Selain mengerjakan sejumlah proyek, Hiber Tech juga menjadi wadah bagi para pemuda di lingkungan tempat tinggalnya yang ingin belajar tentang dasar-dasar teknologi pesawat terbang.
(tey/tey)