Kenali Mental Illness: Jenis, Gejala, dan Hindari Penyebabnya

Kenali Mental Illness: Jenis, Gejala, dan Hindari Penyebabnya

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Kamis, 08 Sep 2022 14:11 WIB
Anxiety disorder menopause woman, stressful depressed, panic attack person with mental health illness, headache and migraine sitting with back against wall on the floor in domestic home
Foto: Getty Images/iStockphoto/Chinnapong

Penyakit mental atau lebih sering disebut mental illness, saat ini mulai banyak mendapat perhatian. Mental illness butuh penanganan khusus sebab dapat merusak interaksi dengan orang lain, bahkan jika sudah akut bisa mengancam keselamatan diri sendiri.

Terdapat beberapa jenis masalah kesehatan mental yang paling umum terjadi. Mental illness dapat dapat dikendalikan dengan penanganan dari psikolog, psikiater, serta kombinasi dengan pendampingan obat-obatan. Berikut penjelasan lengkapnya.

6 Jenis Mental Illness

dr Lahargo Kembaren, SpKJ, psikiater di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RS Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Bogor menjelaskan pada tim detikcom bahwa mental illness bisa terjadi pada siapa saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mental illness atau gangguan jiwa terjadi melalui suatu proses yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Apabila dideteksi dengan lebih cepat, maka mental illness akan lebih mudah ditangani sehingga yang bersangkutan dapat pulih dan produktif kembali. Turut dijelaskan enam jenis mental illness sebagai berikut:

1. Stres

Dilansir dari penjelasan laman resmi Kementerian Kesehatan, stres adalah keadaan saat seseorang mengalami tekanan berat pada mental dan fisiknya. Stres biasanya menimbulkan rasa gelisah, cemas, mengganggu konsentrasi, mengurangi motivasi, dan memicu depresi.

ADVERTISEMENT

Stres bukan saja dapat mempengaruhi psikologi penderitanya, tetapi juga dapat berdampak kepada cara bersikap dan kesehatan fisik mereka. Biasanya pemicu stres adalah tekanan dari lingkungan atau terlalu memaksa diri bekerja berlebihan.

2. Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan adalah kondisi psikologis ketika seseorang mengalami rasa cemas berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan, sehingga berdampak buruk terhadap kehidupan sehari-hari.

Bagi sebagian orang normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu kejadian tertentu saja, misalnya saat akan menghadapi ujian di sekolah atau wawancara kerja. Namun pada penderita gangguan kecemasan, rasa cemas ini kerap timbul pada tiap situasi.

Orang dengan gangguan kecemasan merespons objek atau situasi tertentu dengan rasa takut. Penderita cenderung memiliki tanda-tanda fisik kecemasan seperti detak jantung yang cepat dan berkeringat, bahkan hingga sulit dikendalikan.

3. Depresi

Depresi adalah gangguan mental yang mempengaruhi suasana hati. Depresi menyebabkan penderitanya merasakan sedih yang berkelanjutan. Depresi jauh berbeda dengan kesedihan biasa atau stres yang umumnya berlangsung selama beberapa hari.

Seseorang yang sudah mencapai depresi perasaan sedih dapat berlangsung hingga berbulan-bulan. Selain mempengaruhi perasaan, depresi tidak jarang membuat penderita sulit menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Bahkan pada kasus tertentu, mereka bisa menyakiti diri sendiri dan mencoba bunuh diri.

Gejala depresi selain perasaan sedih yang mendalam yakni hilangnya semangat dan motivasi, badan jadi mudah lelah tidak bertenaga, perubahan pada pola tidur dan pola makan, sulit konsentrasi atau tidak fokus, dan ada keinginan untuk bunuh diri.

4. Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD)

PTSD adalah suatu kondisi yang dapat berkembang setelah peristiwa traumatis atau menakutkan, seperti serangan seksual atau fisik, kematian tak terduga dari orang yang dicintai, atau bencana alam. Orang dengan PTSD sering memiliki ingatan yang bertahan lama dan menakutkan tentang peristiwa tersebut.

5. Gangguan Psikotik

Gangguan psikotik melibatkan kesadaran dan pemikiran yang terdistorsi. Dua gejala yang paling umum dari gangguan psikotik adalah halusinasi dan delusi. Mereka meyakini sesuatu yang salah, merasa melihat sesuatu begitu nyata, padahal kenyataannya berbanding terbalik. Skizofrenia adalah contoh dari gangguan psikotik.

Gejalanya yakni gangguan penilaian realitas ditandai dengan adanya halusinasi seperti mendengar suara-suara bisikan, melihat bayangan-bayangan, merasa di badan seperti ada yang menyentuh/meraba, mencium bau-bauan yang tidak ada sumbernya, pembicaraan tidak nyambung, adanya waham yaitu keyakinan yang salah, merasa dibicarakan orang lain, merasa ada yang ingin berbuat tidak baik, merasa sebagai orang yang berbeda. Gejala sering kali juga disertai dengan perilaku agresif yang berbahaya, seperti marah, merusak, dan melukai orang lain.

6. Gangguan Makan

Gangguan makan atau eating disorders melibatkan emosi, sikap, dan perilaku ekstrem yang melibatkan berat badan dan makanan. Penderita memiliki kecenderungan mengurangi makanan dengan berlebihan, hingga berat badannya turun drastis dan mengenaskan. Anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan makan berlebihan adalah gangguan makan yang paling umum.

Gejala Mental Illness

Dilansir dari Mayo Clinic, gejala mental illness dapat bervariasi. Semua bergantung pada gangguan, keadaan, dan faktor lainnya. Gejala mental illness dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan perilaku.

Contoh gejalanya antara lain:

  • Merasa sedih
  • Pikiran bingung atau kemampuan berkonsentrasi berkurang
  • Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang ekstrem
  • Perubahan suasana hati yang ekstrem dan pasang surut
  • Tidak mau bersosialisasi
  • Kelelahan, lesu
  • Masalah tidur
  • Delusi, paranoia, atau halusinasi
  • Ketidakmampuan untuk mengatasi masalah sehari-hari atau stres
  • Kesulitan memahami dan berhubungan dengan situasi dan individu
  • Masalah dengan alkohol atau penggunaan narkoba
  • Perubahan dalam kebiasaan makan
  • Perubahan gairah seks
  • Amarah hingga kekerasan yang berlebihan
  • Pikiran bunuh diri.

Terkadang gejala mental illness muncul sebagai masalah fisik, seperti sakit perut, sakit punggung, sakit kepala, atau sakit dan nyeri lain yang tidak dapat dijelaskan.

Penyebab dan Faktor Risiko

Penyebab seseorang bisa menderita gangguan jiwa bermacam-macam atau disebut multifaktorial, yaitu:

Keturunan

Penyakit mental lebih sering terjadi pada orang yang kerabat darahnya juga memiliki penyakit mental. Gen tertentu dapat meningkatkan risiko terkena penyakit mental, ditambah dengan lingkungan yang dapat memicunya.

Pengaruh dari Kandungan

Paparan lingkungan, racun, alkohol, atau obat-obatan saat bayi dalam kandungan terkadang bisa menjadi penyebab anak tumbuh dengan mental illness. Selain itu kondisi ibu selama dia mengandung, bila ada gangguan mental, emosional, atau fisik maka akan mempengaruhi saraf otak janin yang dikandungnya.

Pengaruh Otak

Neurotransmitter adalah bahan kimia otak yang berperan membawa sinyal ke bagian lain dari otak dan tubuh. Ketika jaringan saraf yang melibatkan bahan kimia ini terganggu, fungsi reseptor saraf dan sistem saraf berubah, menyebabkan depresi dan gangguan emosional lainnya.

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko terkena penyakit mental yakni:

  • Riwayat penyakit mental pada kerabat darah, seperti orang tua atau saudara kandung
  • Situasi kehidupan yang penuh tekanan, seperti masalah keuangan, kematian orang yang dicintai, atau perceraian
  • Proses persalinan, bila ada komplikasi maka meningkatkan risiko
  • Penyakit fisik seperti panas tinggi, kejang, atau penyakit berat lainnya mulai dari lahir sampai usia sekarang
  • Riwayat jatuh, terbentur kepala, kena pukul, atau kecelakaan
  • Kondisi medis (kronis) yang sedang berlangsung, seperti diabetes
  • Kerusakan otak akibat cedera serius (cedera otak traumatis), seperti pukulan keras di kepala
  • Pengalaman traumatis, seperti pertempuran atau penyerangan militer
  • Penggunaan Narkoba/Napza seperti : alkohol, ganja (cannabis). Shabu-shabu, Extasy, obat penenang, heroin (putaw), dll
  • Riwayat pelecehan atau penelantaran masa kecil
  • Sedikit teman
  • Penyakit mental sebelumnya.

Semuanya itu membuat keseimbangan zat kimia di otak (neurotransmiter) menjadi berubah dan tidak stabil dan inilah yang memunculkan adanya perubahan pada : cara berpikir, perasaan, sikap, dan perilaku.

Terapi Pengobatan dan Perawatan

Dalam penanganannya, mental illness tidak bisa sembarangan diagnosa. Dr Lahargo menjelaskan bahwa sangat berisiko jika seseorang mendiagnosa diri sendiri. Deteksi dini gangguan jiwa dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, psikiater, psikolog, perawat jiwa, dan di rumah sakit jiwa.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah wawancara, pemeriksaan lab dan radiologi (bila diperlukan), tes kesehatan mental, dan tes psikologis lainnya. Setelah diagnosis ditegakkan maka terapi akan segera dimulai dan kesembuhan akan cepat diraih.

Pengobatan untuk gangguan jiwa berlangsung lama dan dibutuhkan konsultasi yang rutin. Dengan melakukan deteksi dini dan pemeriksaan maka gangguan jiwa yang berat dapat dihindari sehingga bahaya juga bisa dicegah.

Jika kamu memiliki tanda atau gejala penyakit mental, temui penyedia layanan seperti psikolog atau tim kesehatan mental profesional. Sebagian besar penyakit mental tidak membaik dengan sendirinya. Jika tidak diobati, penyakit mental dapat memburuk dari waktu ke waktu dan menyebabkan masalah serius.

Jika kamu memiliki pikiran untuk bunuh diri, segera dapatkan bantuan pada pelayanan kesehatan terdekat. Kamu juga dapat membantu orang yang kamu cintai menemukan tim kesehatan mental profesional jika memang ia membutuhkan bantuan.

Jika orang terdekatmu memiliki tanda-tanda telah melukai diri sendiri atau sedang mempertimbangkan untuk melakukannya, bawalah orang tersebut ke rumah sakit atau hubungi bantuan darurat.

Dilansir dari laman resmi Keperawatan Universitas Airlangga, beberapa pilihan pengobatan yang akan dilakukan dokter dalam menangani gangguan mental. Antara lain:

Psikoterapi

Psikoterapi merupakan terapi bicara yang memberikan media yang aman untuk penderita agar mampu mengungkapkan perasaan dan meminta saran. Psikiater akan memberikan bantuan dengan membimbing pengidap dalam mengontrol perasaan.

Psikoterapi serta perawatan dengan menggunakan obat-obatan merupakan cara yang paling efektif untuk mengobati penyakit mental. Beberapa contoh psikoterapi, antara lain cognitive behavioral therapy, exposure therapy, dialectical behavior therapy, dan sebagainya.

Stimulasi Otak

Stimulasi otak berupa terapi elektrokonvulsif, stimulasi magnetik transkranial, pengobatan eksperimental yang disebut stimulasi otak dalam, dan stimulasi saraf vagus.

Rehabilitasi

Rehabilitasi atau pengobatan terhadap penyalahgunaan zat dilakukan pada pengidap penyakit mental yang disebabkan oleh ketergantungan akibat penyalahgunaan zat terlarang.

Nah detikers, itulah tadi penjelasan lengkap seputar mental illness. Mari kita menghindari memberi stigma dan diskriminasi bagi orang dengan mental illness, dan memperbanyak informasi tentang kepedulian terhadap kesehatan mental. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!




(aau/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads