Generasi milenial dan seumurannya tak bisa terpisah dengan dunia maya dan barang digital. Generasi ini mempengaruhi tingginya tingkat penggunaan media sosial dan membuat banyak orang menjadi kelompok yang terpapar atau terpengaruh dengan perilaku orang lain.
Hal tersebut memicu mereka untuk terus terhubung dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain melalui media sosial. Rupanya, ini menimbulkan kegelisahan pada diri dan berujung pada ketakutan untuk kehilangan momen. Fenomena tersebut disebut dengan FOMO (Fear of Missing Out).
Lalu sebetulnya apa itu FOMO? Jika sifat ini kurang baik, bagaimana cara mengatasinya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu FOMO
Merujuk buku Kopiraiting Seni Menulis untuk Menjual oleh Rianto Astono, FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out yang merupakan salah satu jenis dari ketakutan karena scarcity. Scarcity merupakan kecenderungan orang takut akan kelangkaan atau penawaran terbatas yang memicu pembelian. Ini membuat orang akan buru-buru membeli sesuatu karena waktu atau jumlah yang terbatas.
FOMO menurut kamus besar bahasa inggris didefinisikan sebagai perasaan gugup atau gelisah yang didapatkan seseorang ketika mereka sadar ketinggalan sesuatu. Mereka khawatir tidak ikut merasakan kesenangan yang orang lain rasakan.
Dalam jurnal Ketakutan Akan Kehilangan Momen (FOMO) pada Remaja Kota Samarinda oleh Rizki S Akbar dkk, istilah FOMO ini diciptakan pada tahun 2004, ketika penulis Patrick J. McGinnis menerbitkan McGinnis 'Two FO's: Social Theory di HBS. Patrick merujuk pada FOMO atau merasa takut ketinggalan berita terbaru, gelisah bila tidak terhubung, atau mengikuti tren di dunia maya.
FOMO merupakan sindrom kecemasan sosial yang ditandai dengan keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain. Sebagai dampak dari perkembangan teknologi dan internet, sindrom ini telah membawa manusia pada posisi determinasi terhadap kebutuhan akan telekomunikasi. Orang yang menderita gangguan kecemasan sosial ini, mengalami perasaan rendah diri, penghinaan dan depresi karena takut dihakimi oleh orang lain.
Situs media sosial menjadi faktor yang berkontribusi besar terhadap FOMO. Media sosial telah menciptakan tempat yang mudah diakses untuk mencari tahu apa yang dilakukan orang lain pada saat itu.
Peneliti menemukan fakta bahwa orang-orang memiliki perasaan negatif ketika menggunakan media sosial karena mereka melihat kehidupan yang tampak lebih baik.
FOMO baru terjadi di era teknologi kini. Sebab sebelum media sosial dan ponsel muncul, orang biasanya hanya tahu apa yang dilakukan teman-teman saat berada langsung bersama mereka.
Cara Mengatasi FOMO
Kunci mengatasi FOMO sesungguhnya cukup melihat bagaimana seseorang dapat mengendalikan pola pikirnya. Sehingga mampu menyadari bahwa fase kehidupan tidak hanya berpatok pada satu ukuran dan tidak semua hal akan cocok dengan diri masing-masing individu. Intinya, fokus pada mendefinisikan kesuksesan dan kebahagiaan dengan baik. Berikut ini ada lima tips untuk menyiasati FOMO:
- Buatlah interaksi dan hubungan baik dengan orang-orang. Kita perlu berinteraksi dengan beberapa orang dan menguatkan relasi. Membuat relasi mampu menurunkan perasaan khawatir terhadap apa yang sudah kita lewatkan.
- Ciptakan hidup dengan kebebasan. Orang yang sudah memiliki kematangan sikap akan mampu mengarahkan diri sendiri dan tak mudah terpengaruh. Mereka punya prioritas dan mampu melakukan apa yang penting, tak sibuk memikirkan orang lain.
- Buat waktu tanpa media sosial. Kita perlu meluangkan waktu untuk tidak terlibat dengan dunia maya sehingga akan berhenti melihat kesenangan orang lain.
- Renungkan alasan setiap kali merasa gegabah membeli atau melakukan sesuatu. Seperti mulai berpikir apa yang menarik? Apakah jika kamu tidak melakukannya maka kamu akan sakit? Apakah itu sangat penting dan mendesak? Jika tidak, maka tinggalkan.
- Percaya bahwa terkadang tak semua hal harus kita ambil. Kita perlu melewatkan banyak hal dalam hidup kita agar dapat membawa dampak terbaik bagi hidup kita.
Nah detikers, ini lah penjelasan lengkap mengenai FOMO. Sebetulnya bisa dikatakan sifat cukup menyiksa diri sendiri, sehingga setiap orang perlu memahami penanganannya.
Bagikan artikel ini pada kerabatmu untuk mengantisipasi FOMO akan hal yang tidak perlu. Semoga membantu, ya!
(aau/fds)