- Apa Itu Tantrum Pada Anak
- Apa Yang Anak Lakukan Ketika Anak Sedang Tantrum?
- Jenis-Jenis Tantrum 1. Manipulation Temper Tantrum 2. Frustration Temper Tantrum 3. Destructive Tantrum 4. Self-damaging Tantrum
- Apakah Tantrum Pada Anak Berbahaya?
- Kapan Tantrum Pada Anak Dibilang Tidak Wajar?
- Penyebab Tantrum pada Anak
- Bagaimana Cara Mengatasi Tantrum pada Anak? a. Cara Mengatasi Anak Tantrum Saat Makan 1. Beri Kebebasan Memilih Makanan 2. Jangan Membuat Anak Lelah Sebelum Makan 3. Memahami Pola Marah Anak 4. Jangan Buat Suasana Makan Anak Menjadi Membosankan b. Cara Mengatasi Anak Tantrum di Tempat Umum 1. Bawa Anak ke Tempat Yang Sepi Jauh Dari Keramaian 2. Alihkan Perhatian 3. Tunggu Anak Sampai Tenang c. Cara Mengatasi Tantrum Pada Anak Saat Akan Tidur 1. Jangan Jadikan Tidur itu Hukuman 2. Ajak Tidur Secara Perlahan d. Cara Mengatasi Anak Tantrum Saat Disapih 1. Beri Kesan yang Baik di Hari Pertama 2. Minimalkan Situasi Ingin Menyusui 3. Jangan Duduk Terlalu Lama 4. Tetapkan Batas
- Apakah Tantrum pada Anak Bisa Diobati? 1. Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) 2. Autism Spectrum Disorder (ASD)
Perilaku tantrum pada anak sebetulnya adalah bagian dari proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Biasanya tantrum terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Pastinya sebagai orang tua wajib tahu informasi tentang apa itu tantrum pada anak, serta bagaimana cara mengatasinya tanpa emosi dan rasa marah.
Apa Itu Tantrum Pada Anak
Tantrum adalah ledakan emosi yang terjadi pada anak yang memiliki masalah emosional. Umumnya tantrum pada anak terjadi ketika anak merasa lapar, lelah, atau tidak nyaman namun si kecil tidak bisa menjelaskannya sehingga frustasi dan menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan.
Menurut Psikolog Elizabeth M Schilling, tantrum dialami oleh anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Tantrum terjadi karena anak memiliki keterbatasan dalam mengekspresikan emosinya dengan kata-kata
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Yang Anak Lakukan Ketika Anak Sedang Tantrum?
Anak yang mengalami tantrum biasanya akan menangis kencang, mengamuk, bahkan melempar benda. Bila anak sedang tantrum, orang tua sebaiknya jangan langsung marah dan putus asa.
Berikut informasi lebih detail seputar tantrum yang bisa diterapkan orang tua. Sebagai informasi, tantrum akan berkurang sendiri seiring perkembangan usia dan kemampuan anak berekspresi dengan kata-kata.
Jenis-Jenis Tantrum
Dilansir laman Ask dr Sears dan You are Mom, berikut empat jenis tantrum pada anak:
1. Manipulation Temper Tantrum
Pada jenis tantrum ini, anak akan berusaha menarik perhatian orang tua dan orang sekitarnya hingga memperoleh apa yang diinginkan. Anak akan menangis, berteriak, dan memukul seperti pada tantrum yang lain.
Contohnya, anak ingin naik komedi putar, tapi sudah tidak ada waktu lagi atau orang tua tak punya uang. Apapun alasannya, jika itu berarti penolakan maka anak akan mengamuk dan baru berhenti setelah permintaannya diberikan.
2. Frustration Temper Tantrum
Untuk jenis tantrum yang ini, faktor pemicunya adalah rasa frustrasi dikarenakan kemampuan anak yang masih terbatas dalam mengungkapkan keinginannya kepada orang dewasa. Anak akan menangis dan berteriak dengan harapan keinginannya dapat diketahui orang dewasa.
Rasa frustrasi biasanya rawan terjadi saat anak merasa lapar, sakit, haus, atau terlalu lelah namun hal itu tidak diketahui ayah bunda dan orang dewasa di sekitarnya. Anak akhirnya mengekspresikan yang dirasa dengan kemampuan yang dimiliki.
3. Destructive Tantrum
Destructive tantrum terjadi saat perilaku si kecil mulai lepas kendali. Anak mulai merusak benda di sekitarnya tanpa sadar. Anak juga berteriak, menangis, memukul orang-orang di sekitarnya, dan melempar benda dalam jangkauan.
Contohnya, saat anak ingin es krim namun tidak diwujudkan orang tua. Anak yang merasa marah keinginannya tidak dikabulkan mengekspresikan diri dengan cara yang cenderung destruktif, misal melempar benda yang ada di depan matanya.
4. Self-damaging Tantrum
Pada jenis tantrum ini, anak melakukan hal yang cenderung berbahaya bagi dirinya sendiri untuk melampiaskan emosinya. Anak kehilangan kendali hingga berisiko menyakiti diri sendiri dan orang lain.
Untuk menghindari risiko tersebut, laman You are Mom mengingatkan orang tua jangan sampai hilang kendali. Ada beberapa action list yang bisa dilakukan oleh orang tua yaitu:
- Peluk sang anak tujuannya untuk mencegahnya melakukan hal yang berbahaya
- Ketika anda memeluknya, ajak anak berbicara sehingga hatinya menjadi tenang
Apakah Tantrum Pada Anak Berbahaya?
Dikutip dari laman Very Well Family, tantrum secara umum tidak berbahaya meski anak berteriak dan menangis. Akibat yang bisa terjadi kemungkinan suara anak nantinya akan menjadi lebih berat.
Situs Rumah Sakit John Hopkins menjelaskan, anak sesungguhnya ingin mengekspresikan segala hal termasuk saat merasa tidak nyaman. Namun keterbatasan mengakibatkan dia tak bisa menjelaskan yang dirasakan, hingga menjadi frustrasi.
Meski tantrum sebetulnya tidak berbahaya, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan orang tua untuk memastikan keamanan buah hatinya. Berikut penjelasannya
- Pastikan lingkungan sekitar aman, misal tidak ada barang pecah belah.
- Cobalah berkomunikasi dengan jelas.
- Dekap anak untuk menenangkannya saat sedang tantrum.
- Waspada dengan reaksi orang tua, jangan sampai justru mengakibatkan tantrum pada anak.
- Konsisten disiplin menentukan yang tidak dan boleh dilakukan, sehingga anak mengerti aturan serta tidak lagi tantrum.
Kapan Tantrum Pada Anak Dibilang Tidak Wajar?
Tantrum memang proses tumbuh kembang anak yang sebetulnya tidak berbahaya. Namun orang tua wajib waspada jika intensitas reaksi tantrum tak juga turun. Orang tua bisa segera menghubungi dokter atau tenaga kesehatan terkait.
Dikutip dari laman KidsHealth, berikut tanda-tanda saat orang tua sebaiknya mulai waspada terkait tantrum dan sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter:
- Saat anak kerap menyakiti diri sendiri atau orang lain dan sulit diajak kerja sama. Pada kondisi ini sebaiknya orang tua segera menghubungi dokter atau tenaga kesehatan lain untuk penanganan tantrum yang lebih baik.
- Ketika tantrum terjadi lebih sering, durasi yang makin panjang, dan intensitas semakin tinggi.
- Intensitas tantrum seharusnya makin turun seiring peningkatan kemampuan anak dalam berkomunikasi. Ayah dan bunda wajib waspada jika yang terjadi justru sebaliknya.
- Orang tua sering merasa marah atau lepas kontrol saat anak tantrum. Jika kondisi ini terjadi saat merespon tantrum, orang tua bisa segera menghubungi dokter untuk mengetahui penyebab dan penanganannya.
- Orang tua kerap menyerah untuk menghindari anak tantrum. Orang tua sebaiknya tidak kehilangan kendali saat anak mengalami tantrum. Jika yang terjadi sebaliknya, orang tua bisa segera menghubungi tenaga kesehatan.
- Tantrum mengakibatkan hubungan yang tidak baik antar orang tua atau dengan anak. Sebagai bagian dari proses pertumbuhan dan perkembangan, tantrum tak seharusnya mengganggu hubungan keluarga. Namun jika sampai terjadi, orang tua bisa segera menghubungi tenaga kesehatan.
Dokter, sesuai kompetensinya, dapat mengetahui kemungkinan adanya masalah kesehatan lain terkait tantrum. Masalah pendengaran, penglihatan, penyakit kronis, keterlambatan komunikasi, dan keterbatasan kemampuan belajar berisiko mengakibatkan anak tantrum.
Penyebab Tantrum pada Anak
Berikut penyebab anak mengalami tantrum:
- Adanya permasalahan dalam keluarga misal anak yang kurang mendapat perhatian. Dalam mengasuh anak, diperlukan rasa kasih sayang yang lebih dan dapat ia rasakan.
- Masalah dalam hubungan pernikahan dan gangguan emosional pada orang tua juga dapat mempengaruhi tantrum pada anak, sehingga anak mencontoh amarah yang ditunjukkan orang tua.
- Gangguan bermain seperti kurang mahir dalam beberapa permainan, tidak mahir bergaul, cenderung dikucilkan oleh teman sepermainan.
- Persaingan dengan saudara, seringkali dibanding-bandingkan.
- Masalah kelambatan berbicara sehingga komunikasi menjadi lebih sulit dimengerti, lingkungan pun akan menangkap dengan maksud yang berbeda.
- Adanya penyakit pada anak yang membuat mereka merengek kesakitan dalam waktu tertentu.
- Merasa lapar, bosan, atau lelah namun tidak dapat menjelaskannya.
- Temperamental negatif yang membuat anak keras kepala, kaku, sulit menerima masukan atau penolakan, dan selalu berprasangka negatif.
Bagaimana Cara Mengatasi Tantrum pada Anak?
Berikut ini cara mengatasi tantrum pada anak dalam beberapa situasi:
a. Cara Mengatasi Anak Tantrum Saat Makan
1. Beri Kebebasan Memilih Makanan
Kadang, bukan menunya yang tak sesuai. Namun, ia hanya ingin menemukan kebebasan untuk memilih sesuatu tanpa perlu diperintahkan. Sehingga, baiknya berbicara pada anak apa menu makanan yang ia inginkan. Sesekali beri ia ruang untuk bisa menyampaikan keinginannya.
2. Jangan Membuat Anak Lelah Sebelum Makan
Seusai bermain, buah hati kamu mungkin terlalu lelah fokus dengan mainannya. Sehingga meskipun anak tampak tidak mengantuk, ia tak ingin makan. Terlebih jika tidur terlalu malam, pola tidur salah, hingga usai berpergian jauh. Nafsu makannya terkalahkan dengan keinginannya untuk tidur.
3. Memahami Pola Marah Anak
Jika anak lapar namun makanan tak langsung tersedia, atau mungkin masih tetap lapar meski sudah makan beberapa biskuit, bisa jadi pemicu tantrum. Orang tua perlu memahami pola amarah anak, agar mulai memahami caranya berkomunikasi.
4. Jangan Buat Suasana Makan Anak Menjadi Membosankan
Beberapa anak mudah bosan di satu tempat, terlebih untuk anak yang hiperaktif atau berkebutuhan khusus. Maka, menyuapi anak saat di atas bantal goyang, sembari bermain, bisa jadi pilihan agar anak mau makan.
b. Cara Mengatasi Anak Tantrum di Tempat Umum
1. Bawa Anak ke Tempat Yang Sepi Jauh Dari Keramaian
Bawa anak ke tempat yang lebih sepi atau tinggalkan keramaian agar bisa mengatur anak tanpa menghadapi pandangan yang kurang menyenangkan. Saat di tempat sepi, jangan marahi anak dan berikan pengertian bahwa mereka harus tenang agar tak mengganggu yang lain. Tanyakan apa yang ia inginkan.
2. Alihkan Perhatian
Setelah membawanya ke tempat yang tidak terlalu ramai, coba arahkan perhatian mereka ke tempat lain. Tunjukkan sesuatu yang menyenangkan atau mungkin yang mereka sukai. Alihkan perhatiannya agar lupa dengan penyebab tangisannya.
3. Tunggu Anak Sampai Tenang
Biarkan amarah terjadi, sampai ia tenang dan barulah mulai diajak berkomunikasi. Mulai kenalkan pada anak kalau cara melampiaskan emosi tak harus dengan berteriak, contohnya cukup tunjuk barang yang diinginkan.
c. Cara Mengatasi Tantrum Pada Anak Saat Akan Tidur
1. Jangan Jadikan Tidur itu Hukuman
Saat memberi instruksi, jangan katakan "kalau kamu tidak membereskan mainan, kamu harus tidur sekarang". Berikan arahan kalau tidur itu adalah suatu kebutuhan, bukan kewajiban.
2. Ajak Tidur Secara Perlahan
Perlahan ajak anak bermain di kasur, kemudian ajak ia mulai berbaring. Ajak berpelukan bersama, atau gerakan lainnya yang membuat ia dekat dengan area bantal dan kasur. Semakin lama ia akan mulai nyaman dan tertidur.
d. Cara Mengatasi Anak Tantrum Saat Disapih
1. Beri Kesan yang Baik di Hari Pertama
Ajak tidur siang, menyusui di malam hari sebelum tidur, dan menonton acara bersama sambil menyusui untuk yang terakhir kalinya.
2. Minimalkan Situasi Ingin Menyusui
Jangan terlalu banyak kontak fisik atau menemaninya tidur siang. Sebisa mungkin jauhkan diri dari anak agar membuatnya tidak teringat-ingat pada ibunya.
3. Jangan Duduk Terlalu Lama
Selain jangan kontak fisik, juga jangan duduk di satu tempat terlalu lama. Agar ia tak ingat ada ibunya dan terus fokus bermain. Sibukkan anak dengan permainan yang disukai.
4. Tetapkan Batas
Dalam hal ini, perlu ada batas ibu dan anak untuk membiasakannya dengan tidur tanpa ASI. Saatnya peran ayah muncul untuk mengajak anak jalan-jalan atau mengalihkan perhatiannya.
Apakah Tantrum pada Anak Bisa Diobati?
Perlu diingat, tantrum biasanya berhenti dengan sendirinya seiring dengan tumbuh kembang anak. Mereka akan sanggup belajar bekerja sama, berkomunikasi, dan mengatasi ketidakmampuannya.
Peran orang tua untuk terus memberikan perhatian dan menjaga komunikasi sangat penting. Orang tua perlu mengajak anak berkomunikasi sejak dini bahkan sejak bayi, meskipun nampaknya anak belum paham betul.
Orang tua tentunya harus sabar melewati periode tantrum dan jangan putus asa untuk berkomunikasi dengan anak. Kendati begitu, ada beberapa jenis tantrum yang menandai adanya gangguan.
Dalam kondisi tersebut tentunya dibutuhkan peran serta ahli untuk mengobati anak. Berikut penjelasan tantrum pada penyakit yang bisa dialami anak
1. Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)
Perawatan ADHD pada anak berbeda-beda, tergantung bagaimana anjuran dokter. Beberapa anak perlu mengkonsumsi obat-obatan, namun ada pula yang hanya dianjurkan untuk rajin terapi perilaku, pelatihan sosial, konseling, dan layanan kesehatan lainnya. Perawatan ini tidak dapat menyembuhkan, tapi mampu meredakan banyak gejala ADHD.
Beberapa anak dengan ADHD mungkin juga memiliki kondisi lain seperti gangguan kecemasan atau depresi. Dalam kasus ini, konseling dapat membantu ADHD dan masalah yang ada. Tentunya hasil akan optimal jika terjalin kerjasama antara orang tua, guru, terapis, dokter, dan lingkungan bermain.
2. Autism Spectrum Disorder (ASD)
Saat ini belum ada pengobatan untuk gangguan spektrum autisme (ASD). Namun, pengobatan tetap penting untuk dilakukan sesuai anjuran dokter masing-masing. Sebab, banyak orang dengan ASD mendapat manfaat dari pengobatan meskipun usia saat diagnosa berbeda-beda.
Tetapi, ada banyak cara untuk membantu meminimalkan gejala dan memaksimalkan kemampuan. Orang yang memiliki ASD tetap punya peluang yang sama untuk hidup, mengembangkan kemampuan dan keterampilan.
Penelitian menunjukkan bahwa jika ASD terdeteksi sejak dini, kemungkinan memiliki hasil terapi yang positif akan jauh lebih besar.
Berikut ini beberapa jenis perawatan untuk ASD, yang biasanya akan menyesuaikan dari arahan dokter:
- Terapi manajemen perilaku
- Terapi perilaku kognitif
- Terapi berbasis pendidikan dan sekolah
- Perawatan obat
- Terapi nutrisi
- Terapi bersama orang tua
- Terapi fisik
- Pelatihan keterampilan sosial
- Terapi wicara-bahasa
(aau/fds)