Kisah Pertaubatan Para Napi Bandung dalam Bingkai Aksi Sosial

Kisah Pertaubatan Para Napi Bandung dalam Bingkai Aksi Sosial

Dony Indra Ramadhan - detikJabar
Minggu, 19 Jun 2022 13:31 WIB
Kelompok Napi Tobat di Bandung
Yadi Supriyatna alias Komeng. (Foto: Dony Indra Ramadhan/detikcom)
Bandung -

Jeruji besi jadi catatan kelam bagi Yadi Supriyatna. Kehadiran keluarga, jadi peletup semangat pria akrab disapa Komeng itu untuk berubah.

Era tahun 90-an hingga masuk tahun 2000 merupakan sejarah hitam bagi Komeng. Pria asli Cicadas ini bolak balik masuk ke dalam penjara.

"Dulu saya di gengster, kenakalan remaja sampai masuk penjara karena keributan," ucap Komeng saat berbincang dengan detikJabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tepatnya tahun 2000, dia keluar dari penjara usai perkara narkoba yang menjeratnya. Sejak tahun itulah, dia berusaha menata diri untuk tak lagi kembali masuk ke dalam bui.

Keluarga jadi pelecut Komeng untuk tak lagi berbuat onar. Sedikit demi sedikit, dia pun mulai meninggalkan dunia kelamnya.

ADVERTISEMENT

"Saya melihat orang tua, terus sudah berumah tangga. Melihat anak juga. Saya capek. Karena gini, ada pertanyaan dari anak suka bau minuman. Saya minder. Kalau lagi nongkrong terus depan anak lewat, malu," ucap dia.

Di tahun 2019, dia lantas bertemu dengan M Aji Koswara alias Zipong yang juga baru keluar penjara di tahun 2017. Pria itu jugalah yang jadi tangan untuk menarik Komeng kembali ke jalan yang lurus.

Bersama Zipong dan juga rekannya Hadi alias Uken, mereka mendirikan sebuah yayasan bernama Nato. Nama ini juga merupakan singkatan dari 'Napi Tobat'.

"Jadi Wa Aji baru keluar (penjara) terus ada ide. Saya juga waktu itu lagi bikin progr sosial juga sama. Wa Aji datang ke saya bilang punya rencana itu. Saya pikir bagus dan saya juga memang ingin lebih baik lagi, ingin hijrah akhirnya saya setuju," tuturnya.

Nato sendiri merupakan sebuah yayasan yang didirikan oleh mantan narapidana. Yayasan ini bergerak di bidang sosial kemanusiaan.

Meski didirikan mantan napi bahkan nama yayasan berembel napi, justru tak semuanya anggota atau pengurus yayasan merupakan mantan napi. Ada beberapa tokoh hingga ustaz yang juga ikut dalam kepengurusan yayasan tersebut.

"Karena kita intinya ingin bertaubat," katanya.

Aktivitas sosial dilakoni oleh yayasan ini mulai dari memberi bantuan sosial ke warga tak mampu hingga kegiatan kerohanian berupa pengajian.

"Alhamdulillah respons masyarakat sangat luar biasa khususnya di Cibeunying Kidul. Karena kita ada kegiatan sosial. Kalau bulan Ramadan juga kita suka ada pembagian takjil sampai mengajak buka bersama," katanya.

Di samping kegiatan sosial, sesuai namanya juga Nato kerap merangkul para napi yang baru keluar dari bui. Mereka turut dibina, diberi pelatihan kerja agar bisa kembali ke lingkungan masyarakat. Dia menyebut ada 100an mantan napi yang kini jadi binaan dari Nato.

"Program napi yang saya konsep itu pelatihan menyetir dan pelatihan untuk bengkel-bengkel. Termasuk menjahit juga. Kita ingin mereka yang sudah keluar, tidak masuk lagi ke dalam. Kita juga merangkul keluarga dari mantan napi itu. Malahan, kita memberikan edukasi ke masyarakat khususnya pemuda yang belum pernah masuk, supaya tidak masuk. Kita kasih edukasi pengalaman kita supaya mereka sadar tidak berbuat hal negatif yang bisa berujung masuk ke dalam," ujar dia.

Eksistensi Nato saat ini masih terus berjalan. Komeng menuturkan yayasan ini akan tetap bergerak pada bidang sosial yang berguna bagi masyarakat luas.

(dir/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads