Ditipu Main di Klub Bola Medan, Rizki Jadi Korban TPPO ke Kamboja

Kabupaten Bandung

Ditipu Main di Klub Bola Medan, Rizki Jadi Korban TPPO ke Kamboja

Yuga Hassani - detikJabar
Selasa, 18 Nov 2025 14:37 WIB
Ayah dari korban, Dedi Solehudin (42) dan nenek korban, Imas Siti Rohanah (52) saat memperlihatkan foto korban. (Foto: Yuga Hassani/ detikJabar)
Ayah dari korban, Dedi Solehudin (42) dan nenek korban, Imas Siti Rohanah (52) saat memperlihatkan foto korban. (Foto: Yuga Hassani/ detikJabar)
Bandung -

Seorang remaja, Rizki Nur Fadhilah (18) diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) ke negara Kamboja. Kasus tersebut terungkap setelah keluarga korban meminta bantuan dan videonya viral di sosial media.

Video tersebut dibuat oleh sang nenek korban, Imas Siti Rohanah (52). Dalam video tersebut terdengar suara lirih Imas meminta bantuan kepada para pemangku kebijakan di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pengakuannya, remaja tersebut ditawari untuk seleksi sepak bola di salah satu klub ternama di Kota Medan. Namun alih-alih seleksi, remaja tersebut malah dibawa oleh orang yang mengaku manajemen klub ke negara Kamboja.

Tim detikJabar mencoba menemui ayah dari korban, Dedi Solehudin (42) yang berada di Kampung Cilisung RT 05 RW 03, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa (18/11/2025). Terlihat raut wajah ayahnya nampak kebingungan atas peristiwa yang dialaminya.

ADVERTISEMENT

Peristiwa tersebut bermula saat anaknya menerima tawaran bermain sepak bola di Medan. Tawaran tersebut berasal dari kenalan anaknya di Facebook yang mengaku sebagai manajemen dari klub tersebut.

"Awal mulanya, anak saya bilang ada kontrak main bola di Medan selama satu tahun. Tanggal 26 Oktober dia berangkat, dijemput ke sini pakai travel, terus dibawa ke Jakarta. Dari Jakarta ke Medan pakai pesawat," ujar Dedi.

Sesampainya di Medan, anaknya tersebut ternyata dibawa lagi ke Malaysia dan akhirnya sampai di Kamboja. Setelah itu Rizki langsung diperintahkan untuk bekerja.

"Tapi dari Medan ternyata dibawa lagi ke Malaysia, lalu ke Kamboja. Dia diiming-imingi main bola awalnya, terus malah dibawa kerja di Kamboja," katanya.

Setelah itu sang anak mengabari kepada ibunya yang bekerja di Hongkong sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI). Kemudian memberi kabar kepada sang ayah yang ada di Bandung.

"Jadi anak langsung kasih tahu saya. Matanya, 'Pak, Aa dijebak,'. Saya tanya tahu kontaknya dari mana, dia bilang dari Facebook," jelasnya.

Setelah berada di Kamboja, anaknya tersebut langsung dibiarkan begitu saja dan dipaksa bekerja untuk mencari korban penipuan melalui daring. Kemudian jika anaknya tidak mencapai target kerap mendapatkan kekerasan fisik.

"Anak saya disiksa tiap hari. Soalnya dia enggak dapat target korban. Jadi cari orang China yang kaya. Dia harus cari 20 nomor orang-orang China. Kalau enggak dapat, dia disiksa," kata Dedi.

"Modusnya nyuruh anak saya seolah-olah perempuan. Jadi orang China itu tertarik dan bisa transfer uang. Dia tiap hari kerja dari jam 8 pagi sampai jam 12 malam. Bahkan sering belum selesai meski sudah jam 12 malam," tambahnya.

Aktivitas tersebut diketahuinya setelah sang anak memberi kabar secara sembunyi-sembunyi. Pasalnya jika ketahuan, sang anak langsung mendapatkan hukuman hingga siksaan.

"Iya sekarang suka komunikasi. Tapi sembunyi-sembunyi komunikasinya. Kata dia takut ketahuan aja," bebernya.

Selama di Bandung, Rizki pernah membela sekolah sepak bola (SSB) Hesebah, hingga pernah masuk skuad Diklat Persib Bandung. Dalam bermain bola, anak tersebut berposisi sebagai penjaga gawang.

"Iya dia memang suka main bola. Dulu di Hesebah dan Diklat Persib," ungkapnya.

Dia menambahkan sebelumnya telah lapor ke Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Bandung. Bahkan dirinya pun telah melakukan laporan ke Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Jawa barat.

"Sudah lapor ke semua instansi Disnaker, ke BP3MI yang di Soekarno-Hatta. Ke Gedung Sate juga sudah. Tapi belum ada tindak lanjutnya. Saya minta tolong diperbantui. Padahal ini urusannya nyawa, anak saya tiap hari disiksa," bebernya.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads