Begini Jadinya Jika Telegram Dipakai Orang yang Tak Tepat

Kabar Internasional

Begini Jadinya Jika Telegram Dipakai Orang yang Tak Tepat

Anggoro Suryo - detikJabar
Kamis, 10 Okt 2024 01:00 WIB
Telegram ilustrasi
Ilustrasi Telegram. (Foto: Freepik/@syifa5610)
Jakarta -

Berbagai aplikasi untuk ponsel bisa menghadirkan manfaat jika berada di tangan yang tepat, baik bagi pengguna maupun orang lain. Namun di tangan yang tak tepat, aplikasi justru buisa berdampak negatif.

Salah satunya adalah aplikasi percakapan Telegram. Ada pihak yang memakai aplikasi ini justru untuk tindak kejahatan, terutama oleh sindikat kriminal di Asia Tenggara.

Temuan ini diungkap badan milik Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bernama United Nations Office for Drugs and Crime (UNODC) dalam laporan terbarunya, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Selasa (8/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut UNODC, Telegram membuat perubahan besar dalam operasional sejumlah sindikat kriminal besar di Asia Tenggara. Penyebabnya adalah moderasi di Telegram sangat minim serta tingkat enkripsi pesan yang tinggi, yang membuat Telegram menjadi tempat ideal untuk melakukan aktivitas ilegal.

Mereka pun menyebut Telegram menjadi sentra utama untuk pertukaran data hasil peretasan. Termasuk di dalamnya adalah data kartu kredit curian dan data pribadi yang lazim diperjualbelikan secara "terbuka" di Telegram.

ADVERTISEMENT

Selain itu, software yang lazim dipakai penjahat siber seperti software deepfake ataupun malware pencuri data juga diperjualbelikan di platform ini.

Ada juga tempat penukaran mata uang kripto tanpa lisensi yang beroperasi di Telegram, yang membuatnya bisa dijadikan tempat pencucian uang. Bahkan jasa ini pun sempat dipromosikan dalam sebuah iklan yang berbunyi "Kami memindahkan USDT 3 juta hasil curian ke seluruh dunia setiap harinya," yang menunjukkan skala operasi yang ada di aplikasi ini.

"Ini adalah bukti kuat dari pasar gelap yang berpindah ke Telegram," tulis UNODC dalam laporan tersebut.

Laporan tersebut juga menyebutkan banyak sindikat kriminal ini yang berasal dari China dan melancarkan aksinya dari lokasi yang tak terdeteksi menggunakan pekerja ilegal. Industri ini juga disebut menghasilkan uang antara USD 27,4 miliar hingga USD 36,5 miliar setiap tahunnya.

Artikel ini telah tayang di detikINET

(asj/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads