Fenomena perang sarung terjadi di wilayah Kota Tasikmalaya. Para remaja ini melakukan aksi semacam tawuran di jalanan, mereka saling menyerang dengan berbekal kain sarung yang diikat di bagian ujungnya. Yang membahayakan di dalam ikatan sarung itu diisi batu.
Ironisnya aksi berbahaya itu dianggap sebagai permainan. Bahkan kelompok ini melakukan taruhan atas perang sarung tersebut.
Aparat Polres Tasikmalaya terus melakukan upaya antisipasi guna mencegah aksi tersebut. Seperti yang dilakukan Tim Maung Galunggung pada Senin (18/3/2024) dini hari, yang berhasil mencegah rencana perang sarung di Jalan Lingkar Utara Kota Tasikmalaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi berhasil menangkap beberapa orang remaja yang melarikan diri hingga ke Kampung Padasuka Kecamatan Tawang. Polisi melakukan penyisiran hingga ke dalam gang.
Pengakuan seorang remaja yang tertangkap, sedianya mereka akan perang sarung di Jalan Lingkar Utara. Perang akan melibatkan dua kelompok remaja yang berasal dari Sindangkasih Kabupaten Ciamis dan remaja dari wilayah Tasikmalaya. Kedua kelompok ini janjian atau berkomunikasi via media sosial. Mereka sudah bersepakat taruhan Rp 200 ribu, artinya yang kalah harus membayar kepada kelompok yang menang.
"Belum (perang sarung), orangnya (lawannya) nggak ada di JB (Jalan Baru Lingkar Utara)," kata seorang remaja asal Sindangkasih Ciamis.
Dia mengakui alat yang mereka gunakan adalah sarung yang diisi batu lalu diikat bagian ujungnya. Diakuinya pula mereka sedianya akan bertaruh Rp 200 ribu atas perang tersebut. "Iya pakai sarung diisi batu, isian (taruhan) Rp 200 ribu," katanya.
Polisi akhirnya mengambil tindakan tegas, semua remaja yang tertangkap semuanya digelandang ke Mapolres Tasikmalaya Kota.
"Kami amankan ke Mapolres untuk diberi pembinaan. Kami akan panggil orang tuanya," kata Kepala Tim Maung Galunggung, Bripka Sartanu.
Dia membenarkan hasil pemeriksaan sementara, perang sarung yang berhasil digagalkan itu sedianya akan melibatkan kelompok remaja asal Ciamis versus remaja Tasikmalaya. "Yang kami amankan remaja luar Tasikmalaya," kata Sartanu.
Terkait taruhan yang menjadi latar dari aksi perang sarung itu Sartanu mengaku akan mendalami lebih lanjut. "Pengakuannya seperti itu, nanti kita dalami termasuk media sosial apa yang mereka gunakan untuk saling berkomunikasi," kata Sartanu.
Dia mengimbau masyarakat untuk pro aktif mengawasi anak remajanya agar tidak terlibat hal negatif di bulan Ramadan ini. "Selalu awasi anak-anak kita, jangan biarkan keluyuran di malam hari, awasi juga pergaulannya," kata Sartanu.
(dir/dir)