Cerita Berliku di Balik Kemudi Sopir-Kondektur Bus Bandung-Tasik

Cerita Berliku di Balik Kemudi Sopir-Kondektur Bus Bandung-Tasik

Bima Bagaskara - detikJabar
Selasa, 26 Apr 2022 15:30 WIB
Riki Susanto.
Riki Susanto. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Pemerintah membolehkan masyarakat mudik setelah dua tahun tradisi menyambut Idul Fitri itu dilarang akibat pandemi COVID-19.

Larangan mudik selama dua tahun tersebut menyisakan beragam cerita. Banyak orang yang terkena dampak begitu besar dari merebaknya virus Corona, di antaranya sopir dan kondektur bus.

Saat itu, rutinitas mengantar penumpang dari satu tujuan ke tujuan lainnya terpaksa tidak bisa dilakukan. Para sopir dan kondektur bus tersebut harus berdiam diri di rumah karena pembatasan aktivitas yang diterapkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pas dua tahun kemarin ya diem aja di rumah, enggak ada kegiatan, enggak bisa cari uang," kata Riki Susanto, salah seorang sopir bus di Terminal Cicaheum, Kota Bandung saat diwawancarai detikJabar, Selasa (26/4/2022).

Riki yang merupakan sopir bus jurusan Bandung-Tasikmalaya ini mengaku selama tidak adanya aktivitas di Terminal Cicaheum, ia tidak memiliki penghasilan sama sekali.

ADVERTISEMENT

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Riki hanya mengandalkan uang tabungan yang tidak seberapa. Bahkan ia juga terpaksa harus menjual dan menggadai beberapa barang pribadinya.

"Pandemi enggak ada pemasukan, yang ada habis dijual, tabungan habis. Enggak ada kerjaan lain. Barang yang bisa digadaikan ya digadai dulu," ungkapnya.

Ia mengungkapkan sebelum pandemi, sopir bus seperti dirinya bisa mengantongi uang ratusan ribu per hari. Apalagi ketika musim mudik seperti saat ini, penghasilannya bisa mencapai Rp 700.000 per hari.

Riki sendiri sudah enam tahun menjadi sopir bus Bandung-Tasikmalaya. Ia mengaku penghasilan dari menjadi sopir bus cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Pasca mudik dibolehkan, Riki mengaku sangat senang karena bisa kembali bekerja dan mendapat penghasilan. Meskipun saat ini penumpang bus dirasa belum normal seperti tiga tahun lalu, namun ia tetap berharap mudik Lebaran 2022 bisa membawa berkah bagi dirinya dan sopir bus lain.

"Kami senang bisa lagi usaha, bisa bayar buat kebutuhan sehari-hari buat anak. Harapannya untuk mudik sekarang semoga ramai, enggak ada Covid lagi buat kita, enggak kesusahan," jelasnya.

Riki Susanto.Suasana di Terminal Cicaheum. (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)

Untuk menyambut masa mudik Lebaran 2022, Riki juga telah menyiapkan diri dengan mengikuti aturan yang diterapkan bagi sopir bus. Ia telah menjalani serangkaian tes.

"Persiapan khusus di tes urine tes darah tes covid. Kendaraan sudah di ram check semua," tutup Riki.

Kebahagiaan dengan dibolehkannya mudik juga dirasakan oleh Kuswanto. Kondektur bus jurusan Bandung-Tasikmalaya ini mengaku bersyukur tahun ini pemerintah membolehkan mudik.

Ia pun merasakan hal yang sama dengan Riki yaitu menganggur selama dua tahun akibat pandemi COVID-19. Namun menurutnya penumpang bus saat ini masih cenderung sepi.

"Untuk sekarang syukur sudah bisa mudik lagi cuma dari penumpagna belum normal, enggak sebanyak sebelum pandemi. Dua tahun kemarin waktu pandemi ya nganggur di rumah aja," ucap Kuswanto.

"Pemasukan ya enggak ada lah. Untuk kebutuhan ya gali lobang tutup lobang. Pekerjaan lain enggak ada soalnya," imbuhnya.

Tahun ini Kuswanto berharap kondisi penumpang Terminal Cicaheum bisa kembali normal lagi. Karena dari menjadi kondektur bus, dirinya bisa menafkahi keluarganya yang ada di Pangandaran.

"Tahun sekarang harapannya bisa seperti semula sebelum pandemi. Karena pemasukan di bus lumayan kalau normal mah. Tahun ini harapannya bisa normal lagi," tutup Kuswanto.




(bba/ors)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads