Serba-serbi Warga

Balada Nana Tukang Kunci di Kuningan

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Minggu, 14 Des 2025 07:30 WIB
Nana, tukang kunci di Kuningan. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Kuningan -

Siang itu di tepi Jalan Raya Cilimus, Kuningan, seorang tukang kunci, Nana (58), sedang fokus menduplikasi kunci milik pelanggannya. Menggunakan alat duplikasi yang sudah tua dan alat bantu penglihatan, Nana perlahan memahat kunci tersebut.

Meskipun menggunakan alat, menduplikasi kunci bukan perkara mudah. Duplikasi kunci membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Sedikit saja kesalahan dapat menyebabkan kunci tidak berfungsi. Nana mengaku sudah menekuni pekerjaan itu sejak usianya masih remaja.

Kala itu, pamannya, yang sudah menjadi tukang kunci, mengajak Nana untuk belajar membuat dan menduplikasi kunci. Setelah merasa mampu, Nana memutuskan untuk membuka lapak kuncinya sendiri di Cirebon. Menurut Nana, dulu Cirebon memang dikenal sebagai pusat tukang kunci.

Setelah puluhan tahun melapak di Cirebon, Nana pindah ke Kuningan untuk menggantikan lapak kunci milik pamannya yang meninggal. Berbeda dengan di Cirebon, tukang kunci di Kuningan jarang ditemukan. Di sepanjang Jalan Raya Cilimus, kata Nana, hanya ada tiga tukang kunci yang beroperasi.

"Saya jadi tukang kunci dari tahun 1987-an. Awalnya pas masih kecil ikut paman dulu sambil belajar. Terus buka lapak sendiri di Cirebon, karena pas itu paling ramai tukang kunci di Cirebon. Merantau, asalnya mah dari Cikijing. Pindah ke Kuningan pas COVID-19, setelah paman meninggal katanya pindah ke sini saja," tutur Nana.

Nana, tukang kunci di Kuningan. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)

Nana menjelaskan bahwa dahulu, sekitar tahun 1990 hingga 2000-an, usahanya lebih ramai dibandingkan sekarang. Saat itu, hanya dengan harga Rp1.000 untuk satu kali menduplikasi atau membuat kunci, dalam sehari, paling sedikit Nana bisa mendapatkan omzet sekitar Rp15.000.

Namun, hal itu terjadi dahulu. Kini, meskipun harga duplikasi kunci naik sekitar Rp20.000 sampai Rp30.000, pendapatan Nana tidak menentu. Dalam sehari, paling banyak Nana bisa mendapatkan omzet sekitar Rp150.000. Menurutnya, sepinya usaha tukang kunci ini karena masyarakat mulai beralih ke kunci digital serta semakin banyaknya tukang kunci yang menggunakan alat modern dan cepat.

"Kalau sekarang kan meski harganya naik juga tapi sepi. Lebih untung dulu. Ada kunci digital yah ngaruh. Mau nyoba juga alatnya untuk buat kunci digitalnya itu mahal," tutur Nana.

Meskipun pendapatannya tidak menentu, Nana akan tetap menjadi tukang kunci. Bagi Nana, bekerja sebagai tukang kunci sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya.

"Sekarang mah bagaimana rezekinya saja. Jalani saja. Disyukuri. Dari jualan kunci juga sudah menghidupi kebutuhan sehari-hari. Anak-anak juga sudah besar," pungkas Nana.




(orb/orb)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork