Serba-serbi Warga

Cerita Udin Sulap Bajaj Bekas Jadi Warkop di Kuningan

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Selasa, 09 Des 2025 12:00 WIB
Udin dan Warkop Bajajnya di Jalan Lingkar Timur Kuningan. (Foto: Fahmi Labibinajib)
Kuningan -

Tepat di tepi Jalan Baru Lingkar Timur Kuningan terdapat sebagai warung kopi. Berbeda dengan warung kopi pada umumnya, warung kopi tersebut menggunakan bajaj sebagai lapak tempatnya berjualan. Warung kopi tersebut diberi nama Kopi Warung Jalanan atau biasa disingkat dengan Kopi Warja.

Siang itu, di tengah hujan deras, pemilik Warung Kopi Jalanan, Udin (30), tampak sedang sibuk melayani beberapa pengunjung yang sedang berteduh. Sambil mengelap kursi yang basah karena hujan, Udin memaparkan bahwa sebelum berjualan kopi, ia bekerja sebagai pedagang di Jakarta. Namun, pada tahun 2013, Udin memutuskan untuk kembali ke Kuningan dan mulai berjualan kopi keliling.

Kala itu, Udin berjualan dengan menggunakan motor vespa. Namun, dua tahun kemudian, karena kebutuhan dagangan yang semakin banyak, Udin memutuskan untuk menggunakan bajaj sebagai tempat berjualan. Udin mengatakan, bajaj yang ia gunakan tersebut awalnya merupakan bajaj rusak yang ia dapatkan dari temannya.

Meski membutuhkan biaya yang tidak sedikit, oleh Udin, bajaj yang tadinya rusak tersebut, diperbaiki dan dimodifikasi untuk dijadikan sebagai tempatnya berjualan.

"Dulu jualan di Priok Jakarta. Karena di sini rumah nggak ada yang nunggu. Akhirnya pulang ke Kuningan. Pertama jualan pake Vespa selama dua tahun, sebelum ada jalan baru jualan keliling. Terus ganti pakai bajaj dapat dari teman dari Bekasi. Itu bajaj bekas. Karena saya suka modif kendaraan, akhirnya saya jadikan warung kopi buat jualan," tutur Udin.

Bentuk bajaj Udin sendiri cukup unik, di bagian depan bajaj terlihat puluhan stiker menempel, tak hanya itu, terdapat juga berbagai jenis grafiti yang digambar di bagian pintu dan badan bajaj. Di bagian samping bajaj terlihat deretan minuman saset dan kemasan yang di jejer dengan rapi. Sedangkan di bagian dalam bajaj sendiri terdapat berbagai macam makanan ringan. Di atap bajaj juga terdapat dua buah bendera merah putih yang berkibar.

Selama bertahun-tahun berjualan menggunakan bajaj, ada banyak suka duka yang dialami Udin. Sebagai bajaj bekas, tak jarang, bajaj yang dikendarai tersebut mogok di tengah jalan. Jika sudah mogok tersebut, biasanya Udin akan berhenti berjualan terlebih dahulu sambil menunggu perbaikan.

"Pernah mogok. Tapi paling sering ban bocor. Kalau sudah kayak gini. Libur dulu. Karena beli bannya khusus bajajnya itu online. Jadi harus nunggu datang dulu," tutur Udin.

Biasanya, Udin mulai berjualan dari pukul 08.00 WIB sampai tutup. Bagi Udin, dengan menjadi pedagang ia bebas mengatur waktu untuk pulang tergantung kondisi lapangan. Jika sedang sepi, ia biasanya akan pulang lebih cepat, namun ketika sedang ramai Udin akan bertahan lebih lama hingga semua pengunjung pulang.

"Kalau hujan tergantung tempatnya berhenti di mana. Paling banyak sehari kisaran dapat Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu. Bukanya dari pagi Jam 08.00 WIB. Untuk tutupnya mah terserah kita,"tutur Udin.

Meskipun penghasilan kadang tidak menentu, tapi, Udin akan tetap berjualan. Baginya, berjualan dengan bajaj tidak hanya sekedar berjualan biasa, tapi juga sebagai upaya silaturahmi dengan komunitas lain yang sehobi dengannya.

"Paling kalau ada acara di komunitas seperti acara vespa atau lagi ada acara modif kendaraan. Itu ke sana. Tapi kalau untuk jualan sehari-hari mah sekitar sini saja, karena bajajnya masih belum kuat kalau setiap hari keliling jauh," pungkas Udin.




(sud/sud)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork