Sebanyak 350 tanaman langka khas Gunung Ciremai yakni Castanopsis argentea (Saninten), Podocarpus imbricatus(Kijamuju), dan Dodonaea viscosa (Cantigi) ditanam di Kebun Raya Kuningan. Hal ini dilakukan guna memperkuat representasi Kuningan sebagai 'pemilik' gunung tertinggi di Jabar itu.
Penanaman dilakukan pada Selasa (25/11/2025) bertepatan dengan peringatan hari jadi Kebun Raya Kuningan ke-10.
"Total ada 350 tanaman endemik Gunung Ciremai dengan jenis Argentea (Saninten), Podocarpus Imbricatus (Kijamuju) dan Dodonaea Viscosa (Cantigi) untuk ditanam di lahan sekitar 2 hektar. Diperoleh dari petani lokal dan sebagian dari eksplorasi kita," Kepala UPTD Kebun Raya Kuningan, Dedi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, tiga jenis tanaman itu dipilih karena merupakan tanaman endemik yang hidup di ketinggian sekitar 1.300 mdpl dan kini semakin langka. Ia menambahkan, salah satu jenis tanaman, yakni Saninten, memiliki keunggulan ekonomi berkat kualitas bijinya.
"Ada Kijamuju tanaman langka yang sudah kita adaptasikan dengan ketinggian sekitar 500 Mdpl, di mana habitat aslinya di atas 1.300 Mdpl. Kalau Cantigi khas Gunung Ciremai yang merupakan salah satu tanaman endemik yang hidup di ketinggian 1.300 Mdpl. Tanaman langka Saninten itu punya dua biji, yang mana biji tersebut dianggap memiliki kualitas lebih bagus dari kacang almond. Informasi terakhir, dengan cangkangnya saja sudah bisa dijual di harga Rp 70 ribu sampai Rp 100 ribu per kilo. Jadi punya nilai ekonomis juga," jelas Dedi.
Sebelum dilepas ke alam bebas, ratusan tanaman tersebut terlebih dahulu dikembangkan di laboratorium Kebun Raya Kuningan selama berbulan-bulan. Langkah ini dilakukan agar tanaman mampu beradaptasi dengan perbedaan suhu dan ketinggian.
"Sebelum ditanam kita treatment dulu di pembibitan. Kita sesuaikan suhunya dan kelembabannya. Setelah berhasil baru kita tanam di lapangan. Karena harus menunggu tanaman tersebut berganti tunas baru. Apalagi habitat asli tanaman tersebut kan di atas ketinggian 1.300 Mdpl sementara kita ada di ketinggian 600 Mdpl. Untuk proses treatment sudah kita mulai sejak bulan Agustus," tutur Dedi.
Dedi menambahkan bahwa penanaman dilakukan secara bertahap untuk memastikan setiap bibit dalam kondisi prima sebelum dipindahkan ke lapangan terbuka.
"Ditanam secara bertahap. Karena membutuhkan penyesuaian setelah keluar dari sungkup maupun setelah tumbuh semai itu kita treatment dulu dengan air hujan. Taruh di tempat teduh dulu dengan intensitas cahaya misal 60 persen. Terus taruh dinaungan pohon dulu. Artinya ketika ditanam itu, tanaman sudah benar-benar dalam kondisi kuat dan tahan untuk ditanam di lapangan terbuka. Agar capaian hidup dan tingkat keberhasilan di lapangan di atas 80 persen," ujarnya.
Melalui program penanaman tanaman langka ini, pihak Kebun Raya Kuningan berharap dapat menghadirkan representasi kecil Gunung Ciremai di dalam kawasan kebun raya, sekaligus memperkuat upaya konservasi tanaman endemik.
"Harapannya bahwa Kebun Raya Kuningan memiliki miniatur Gunung Ciremai. Di mana semua tanaman itu bisa hidup dan berkembang di Kebun Raya Kuningan dengan ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Jadi harapannya ketika bisa diadaptasi di Kebun Raya, di tempat lain juga bisa dilakukan konservasi terhadap tanaman langka dan endemik Ciremai," pungkas Dedi.
(dir/dir)











































