Pemerintah Kabupaten Kuningan terus melakukan upaya untuk mencegah kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kabupaten Kuningan. Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3AP2KB) Kabupaten Kuningan Yanuar Firdaus Sukardi memaparkan hingga bulan September 2025 angka kasus kekerasan terhadap anak mencapai 166 kasus. Sedangkan untuk kekerasan terhadap perempuan itu 46 kasus.
Angka tersebut naik dibandingkan bulan Agustus 2025 di mana ada 153 kasus kekerasan terhadap anak dan 38 kasus kekerasan terhadap perempuan. Yanuar memaparkan naiknya kasus kekerasan tersebut menunjukkan adanya kesadaran dari masyarakat tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Data sampai bulan September itu ada 166 kasus kekerasan terhadap anak kalau perempuan itu 46 kasus. Naik dari bulan Agustus. Berarti kalau kasus semakin banyak itu kemungkinan literasi dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya melaporkan atau keberanian untuk berbicara itu semakin baik. Dalam artian seperti fenomena gunung es. Di satu sisi tinggi itu bukan angka yang baik. Tapi di satu sisi masyarakat dalam hal ini berani untuk melapor. Jadi penanganannya bisa semakin cepat," tutur Yanuar. Kamis (20/11/2025).
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Kuningan. Dari mulai kondisi keluarga yang tidak stabil hingga paparan kekerasan dari media sosial.
"Kalau bicara ketahanan keluarga Itu banyak faktor ada sosial, ekonomi, budaya, agama dan pendidikan ada juga kesehatan. Dan itukan komprehensif. Misal tumbuh kembang tidak bagus kenapa karena perceraian orang tua, kekerasan ketika kecil. Media juga berpengaruh, karena media juga di satu sisi menambah wawasan di satu sisi juga kalau digunakan yang tidak baik akan meracuni. Kalau kita gali semuanya bermula dari keluarga kemudian ke lingkungan," tutur Yanuar.
Yanuar juga memaparkan, salah satu tantangan untuk menekan kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah masih minimnya literasi tentang ketahanan keluarga. Oleh karena itu, ke depan, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang pentingnya ketahanan keluarga.
"Sebenarnya itu yang pertama harus gencar sosialisasi terutama literasi ketahanan keluarga. Pencegahan perkawinan dini yang secara tidak langsung pasti ada dampak. Karena anak tidak siap secara mental, ekonomi, kesehatan. Itu timbulnya multi efek. Akhirnya terjadi kekerasan rumah tangga," tutur Yanuar.
Pihaknya juga akan terus berkolaborasi dengan berbagai macam pihak untuk melakukan pendampingan terhadap korban kekerasan terhadap perempuan dan anak. Selain untuk pendampingan, kolaborasi tersebut juga bertujuan untuk menekan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Kuningan.
"Dari awal kalau ada laporan kita lakukan pendampingan lalu penjangkauan sampai nanti harus mediasi. Ada pengembangan kasus. Kemudian harus dilakukan penampungan sementara. Nanti ketika pendampingan apa yang dibutuhkan. Nah itukan kita nggak bisa berdiri sendiri, harus didampingi tenaga ahli dari mulai psikiater, psikolog," tutur Yanuar.
"Lembaga terkait kita dorong juga untuk terlibat secara langsung ataupun tidak langsung untuk memenuhi hak anak dan perempuan. Kan ada namanya sekolah ramah anak, pesantren ramah anak, desa ramah anak, banyak hal. Media juga harus berperan untuk mensosialisasikan. Pada intinya terwujudnya perempuan berdaya anak terlindungi untuk menuju Kuningan melesat," tambah Yanuar.
Yanuar juga mengingatkan agar masyarakat segera melaporkan jika ada terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak. Untuk memberikan rasa aman dan nyaman, pengaduan tersebut bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
"Kalau pengaduan bisa secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung datang ke kantor atau kepolisian atau lembaga terkait. Bisa juga lewat telpon atau aplikasi Kuningan Sahabat Perlindungan Perempuan dan Anak (Kusappa). Jadi infrastruktur itu sudah coba kita bangun untuk kepentingan masyarakat. Karena masyarakat Kuningan secara demografi dan geografis jauh-jauh," pungkas Yanuar.
(sud/sud)










































