Dongeng dari Tanah Udang, Anak-Anak Hidupkan Kembali Cerita Rakyat

Dongeng dari Tanah Udang, Anak-Anak Hidupkan Kembali Cerita Rakyat

Devteo Mahardika - detikJabar
Rabu, 12 Nov 2025 18:45 WIB
Pelaksanaan lomba dongeng anak di Kabupaten Cirebon
Pelaksanaan lomba dongeng anak di Kabupaten Cirebon (Foto: Devteo Mahardika/detikJabar)
Cirebon -

Suara tawa dan tepuk tangan anak-anak riuh terdengar di halaman Museum Cakrabuana, Rabu (12/11/2025). Di antara pohon rindang dan bangunan menjadi saksi perjalanan Kota Udang, satu per satu siswa SD dan SMP naik ke panggung sederhana. Dengan penuh ekspresi, mereka menuturkan kisah-kisah lama tentang pangeran, raja, dan legenda Cirebon yang nyaris terlupa.

Mereka adalah peserta Lomba Mendongeng Cerita Rakyat Cirebon Tingkat SD dan SMP Tahun 2025, yang digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Cirebon. Kegiatan ini bukan sekadar ajang lomba, melainkan sebuah upaya untuk menghidupkan kembali tradisi tutur dan menanamkan kecintaan terhadap budaya lokal di kalangan generasi muda.

"Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan dan membudayakan seni tradisi, khususnya cerita rakyat Cirebon, agar dikenal dan dicintai oleh generasi muda," ujar Sumarno, ketua panitia kegiatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Antusiasme peserta tahun ini luar biasa. Menurut Sumarno, lomba diikuti oleh 320 pelajar dari berbagai wilayah di Kabupaten Cirebon mulai dari daerah pesisir utara hingga perbatasan barat.

Terdapat empat kategori yang dilombakan diantaranya mendongeng SD, mendongeng SMP, puisi SD, dan puisi SMP. Masing-masing kategori diikuti oleh 80 peserta. Karena tingginya minat, panitia menggunakan sistem seleksi daring selama tiga hari, hingga akhirnya terpilih 20 peserta terbaik di tiap kategori untuk tampil langsung di hadapan dewan juri hari ini.

ADVERTISEMENT

"Kami ingin memberi kesempatan seluas mungkin bagi anak-anak di seluruh Kabupaten Cirebon. Keterbatasan waktu tidak menyurutkan semangat mereka," tuturnya.

Pelaksana tugas Kepala Disbudpar Kabupaten Cirebon, Amin Mughni, membuka kegiatan dengan penuh kebanggaan. Ia menyebut mendongeng bukan hanya soal bercerita, tetapi juga seni menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang lahir dari kearifan lokal.

"Mendongeng adalah seni bercerita yang sarat nilai moral dan sejarah. Melalui cerita rakyat, anak-anak bisa belajar tentang tokoh, perjuangan, dan jati diri daerahnya sendiri," kata Amin dalam sambutannya.

Ia menegaskan, lomba ini juga menjadi bagian dari pendidikan karakter dan penguatan identitas budaya daerah. Cirebon, lanjut Amin, memiliki warisan budaya yang kaya mulai dari kisah Sunan Gunung Jati hingga kisah-kisah rakyat pesisir yang seharusnya dikenalkan kepada anak-anak sejak dini.

Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari para budayawan dan seniman tutur Cirebon, seperti Mama Kumbang dan Mama Dalang Rucita, yang turut hadir memberikan inspirasi. Mereka menjadi panutan bagi para peserta muda yang baru mengenal seni mendongeng.

"Para budayawan inilah penjaga warisan tutur kita. Kami ingin anak-anak mengenal dan meneladani mereka, agar semangat bercerita khas Cirebon tidak padam," ujarnya.

Lebih dari sekadar lomba, kegiatan ini menjadi simbol bahwa budaya tidak akan punah selama masih ada yang mau bercerita. Di tengah derasnya arus digitalisasi dan gawai, suara anak-anak yang mendongeng di panggung Museum Cakrabuana menjadi penanda bahwa nilai-nilai lokal masih hidup dan terus dijaga.

"Kami ingin mendongeng menjadi bagian dari pembelajaran di sekolah, bukan hanya hiburan, tapi juga sarana pewarisan nilai-nilai luhur Cirebon," pungkasnya.

Saat matahari mulai condong ke barat, panggung di halaman museum itu masih ramai. Anak-anak bergantian menuturkan kisah "Raden Walangsungsang" atau "Nyi Mas Rara Santang" dengan dialek khas Cirebon yang lembut.

Di wajah mereka, tersimpan semangat untuk melanjutkan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun bahwa selama dongeng masih diceritakan, budaya Cirebon akan tetap hidup.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads