Salah satu pekerjaan yang banyak digeluti warga Kuningan di perantauan adalah menjadi pedagang olahan mi instan atau biasa disebut dengan Warmindo (Warung Makan Indomie). Hal ini diungkapkan langsung oleh Plt Kepala Dinas Koperasi UKM Perdagangan dan Perindustrian (Diskopdagperin) Kabupaten Kuningan, Elon Carlan. Menurutnya, pedagang Warmindo asal Kuningan sudah menjadi pekerjaan turun temurun warga Kuningan yang merantau di kota-kota besar di Indonesia.
"Warmindo orang Kuningan itu turun temurun yang berkembang secara alamiah dan jadi lapangan usaha warga Kuningan khususnya itu dari warga Kuningan Timur seperti Luragung, Ciawigebang, Sindangagung dan Cidahu," tutur Elon. Senin (29/9/2025).
Elon mengatakan, meskipun lokasinya di luar Kuningan, namun, Warmindo bisa menyerap banyak tenaga kerja asal Kuningan serta memberikan dampak ekonomi yang besar bagi Kuningan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita di Jogja saja itu ada sampai 800 outlet Warmindo. Satu Warmindo bisa mempekerjakan 3 sampai 4 orang. Kalau mereka mengalirkan uang ke Kuningan untuk keluarganya satu orang minimal Rp 1 juta saja setiap bulan. Maka kalau ada 3 ribu orang bisa 3 miliar uang masuk ke Kuningan. Itu baru di Jogja, belum di Jakarta, Malang itu bisa dua kali lipatnya. Potensial usaha Warmindo ini sebagai pendukung ekonomi masyarakat kecil," tutur Elon.
Meskipun jumlahnya cukup banyak, namun, masih ada beberapa kendala yang dialami pedagang Warmindo Kuningan di perantauan, salah satunya adalah akses permodalan. Menurutnya, hingga sekarang, akses permodalan untuk pengembangan usaha masih sulit didapatkan oleh pedagang Warmindo Kuningan di perantauan. Padahal, akses modal ini menjadi penting, karena banyak usaha Warmindo Kuningan sulit bersaing karena mengalami kendala keterbatasan modal.
"Salah satu kendalanya adalah permodalan. Karena usaha mereka di perantauan, ada peraturan bank kalau masyarakat Kuningan mau pinjam usahanya harus berbasis domisili. Ini akan coba kami koneksikan dengan meminta diskresi untuk masyarakat Kuningan di perantauan di mana usahanya jalan tapi akses permodalan sulit. Karena persaingan dengan perantauan yang memiliki modal besar jadi saingan berat warga Kuningan yang mengalami keterbatasan modal," tutur Elon.
Selain itu, pihaknya akan mendorong pembentukan koperasi serta mengadakan pelatihan usaha bagi warga Kuningan di perantauan agar usahanya lebih maju dan berkembang. Untuk sistem pelatihannya sendiri, pihaknya akan mengirim tutor atau pelatih ke kota yang memiliki banyak perantau asal Kuningan.
"Mereka sudah punya Paguyuban Pengusaha Warga Kuningan (PPWK) di luar. Kita menyarankan juga untuk membuat koperasi Warmindo sehingga ketika ada program pemerintah itu langsung nyasarnya ke koperasi yang nantinya meneruskan ke anggota koperasi. Di tahun depan, kita juga akan adakan pelatihan peningkatan kapasitas, digital marketing dan pengembangan menu. Karena ada istilahnya tutor kunjung, nanti tutor kita ke sana secara bertahap. Nanti masing-masing dari Warmindo ini akan mengirimkan orangnya untuk mengikuti pelatihan," tutur Elon.
Elon berharap, dengan adanya program tersebut, warga Kuningan yang membuka usaha Warmindo di perantauan dapat lebih berkembang dan lebih banyak membuka lapangan kerja bagi warga Kuningan.
Sementara itu, Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yanuar memaparkan, bahwa Warmindo merupakan ikon bagi Kuningan di perantauan. Ia berjanji, di tahun 2026 akan melaksanakan program khusus untuk pedagang Warmindo Kuningan. Lewat program tersebut, lanjut Dian, Warmindo dapat menjadi usaha yang lebih modern dan punya daya saing.
"Tahun 2026, kami akan merancang program pembinaan mulai dari pelatihan manajemen, strategi adaptasi dengan perubahan zaman, diversifikasi usaha, hingga penguatan koperasi profesional. Warmindo tidak boleh berhenti jadi warung, ia harus naik kelas jadi usaha modern yang punya daya saing. Dan InsyaAllah, kami juga akan memfasilitasi agar Bank Kuningan hadir menjawab kesulitan permodalan para pengusaha warmindo," pungkas Dian.
(yum/yum)