Longsor menjadi bencana yang paling sering terjadi di Kabupaten Kuningan. Hal ini dapat dilihat dalam data yang dikeluarkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan di situs resminya.
Dalam data yang diambil dari 1 Januari 2025 sampai 9 September 2025 tersebut, tercatat ada 225 kejadian bencana yang tersebar di 31 kecamatan dan 127 Desa atau Kelurahan di Kabupaten Kuningan. Dari 225 kejadian bencana tersebut, paling banyak bencana yang terjadi adalah longsor dengan 157 kejadian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah longsor, bencana yang sering terjadi di Kuningan adalah cuaca ekstrim sebanyak 33 kejadian. Disusul dengan musibah bangunan ambruk 17 kejadian, kebakaran rumah atau bangunan 8 kejadian. Sedangkan untuk banjir ada 6 kali kejadian, orang hanyut 3 kejadian dan orang hilang 1 kejadian.
Selama periode tersebut juga, bencana mengakibatkan 4 orang meninggal dunia, 2 orang luka-luka, 30 orang mengungsi, serta 1.617 jiwa menderita akibat terdampak kejadian bencana. Sedangkan untuk dampak fisiknya, kejadian bencana menyebabkan 19 unit rumah rusak berat, 46 unit rusak sedang, 157 unit rusak ringan, 52 unit dalam kondisi terancam, serta 179 unit terendam.
Selain menyebabkan kerusakan rumah penduduk, bencana juga menyebabkan 25 titik jalan rusak dan 3 jembatan rusak, 6 hektare sawah terdampak, serta 25 hektar kebun atau hutan juga ikut terdampak.
Bencana juga menyebabkan bangunan fasilitas umum lain mengalami kerusakan, yakni 8 unit sarana pendidikan, 1 titik sarana kesehatan, 2 titik sarana ibadah, 114 titik tembok penahan tanah (TPT), serta 8 titik sarana irigasi juga terdampak bencana selama periode 1 Januari sampai 9 September 2025.
Kepala BPBD Kuningan Indra Bayu Permana memaparkan, banyaknya longsor yang terjadi di Kuningan disebabkan karena curah yang tinggi sehingga menyebabkan tanah menjadi tidak stabil dan mudah terbawa air. Menurutnya, selama tahun 2025, longsor paling sering terjadi di wilayah Kuningan Selatan dan menyebabkan beberapa bangunan rumah dan fasilitas umum rusak.
"Untuk longsor itu penyebabnya itu hujan yang tinggi yang terjadi di awal tahun Januari sampai bulan Maret-April. Sehingga menyebabkan banyak kerusakan dari mulai sarana prasarana seperti perumahan hingga jalan rusak. Untuk spesifik titiknya itu rata-rata di daerah Kuningan Selatan seperti Kadugede, Hantara, Ciwaru, Salajambe, Subang, Cilebak yang memiliki potensi yang cukup tinggi," tutur Indra, Jumat (26/9/2025).
Indra mengatakan, data bencana tersebut merupakan data yang masuk dalam laporan BPBD Kuningan baik bencana yang disebabkan oleh faktor alam ataupun karena ulah manusia.
"Untuk angka 225 masih standar. Karena di tahun kemarin saja bisa 300 titik kebencanaan. Mudah-mudahan saja sampai akhir tahun tidak terlalu banyak. Datanya diambil dari data yang melaporkan kepada kami lalu kami masukkan dalam database kebencanaan. Pengertian bencana kan segala kejadian yang mengganggu kehidupan dan penghidupan baik dari faktor alam atau manusia itu sendiri. Kita juga ada fungsi penyelamatan dan evakuasi," tutur Indra.
Lewat kejadian bencana tersebut, Indra menghimbau agar masyarakat tetap waspada khususnya ketika cuaca sedang ekstrem atau tidak menentu. "Cuaca ekstrem itukan karena perubahan cuaca yang signifikan menyebabkan angin kencang, hujan deras, sambaran petir yang dampaknya ada rumah yang rusak. Untuk himbauannya selalu menjaga lingkungan khusus di daerah rawan bencana. Tidak membuang sampah sembarangan, rutin melakukan pemangkasan pohon yang tua dan sudah besar yang bisa memicu bencana," pungkas Indra.
(sud/sud)