Berdaya Lewat Produksi Melon di Lapas Kuningan

Berdaya Lewat Produksi Melon di Lapas Kuningan

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Sabtu, 06 Sep 2025 00:05 WIB
Perkebunan di Lapas Kelas IIA Kuningan.
Perkebunan di Lapas Kelas IIA Kuningan. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Kuningan -

Di balik kokohnya tembok Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kuningan, terdapat sebuah area perkebunan melon yang subur. Berbeda dengan di tempat lain, perkebunan tersebut dikelola langsung para narapidana penghuni lapas.

Humas Lapas Kelas IIA Kuningan, Yudi, memaparkan ide perkebunan melon di dalam lapas tersebut muncul beberapa bulan lalu. Pihaknya melihat di area lapas banyak lahan kosong yang tidak terpakai. Agar lahan tersebut produktif, lapas bekerja sama dengan pihak ketiga untuk mengembangkan lahan pertanian di dalam lapas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lapas Kuningan kan punya lahan untuk dikembangkan dan ada potensi ditanami melon. Jadi akhirnya kerja sama dengan pihak ketiga pengusaha yang menyediakan bibit dan bimbingan perawatan," tutur Yudi.

Pada tahap pertama, lanjut Yudi, ada 1000 bibit pohon melon yang ditanam. 1000 bibit melon tersebut tersebar di dua area, yakni area luar dan area dalam lapas. Bibit tersebut dirawat oleh puluhan narapidana di sana. Selama proses perawatan tersebut, mereka dibimbing para mentor atau instruktur.

ADVERTISEMENT

Yudi memaparkan, di awal-awal proses penanaman, karena belum terbiasa, para narapidana sempat mengalami kesulitan. Namun, karena dibimbing dan diberikan pelatihan, lama-kelamaan para narapidana tersebut terbiasa untuk mengelola perkebunan.

"Totalnya 1.000 bibit pohon, 500 pohon di dalam lapas, 500 pohon di luar lapas. Ketika pelaksanaan pasti ada kendalanya, kayak warga binaan itu masih belum lancar, masih sulit untuk konsisten. Karena masih proses belajar. Tapi setelah dibimbing sama instruktur dari pihak ketiga dan lihat hasilnya, warga binaan itu antusias." tutur Yudi.

Perkebunan di Lapas Kelas IIA Kuningan.Lapas Kelas IIA Kuningan. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)

Menurut Yudi, dengan adanya program perkebunan melon di dalam lapas membuat narapidana menjadi lebih produktif. Selain itu juga, dengan dilibatkannya narapidana dalam merawat melon diharapkan dapat menjadi keahlian bagi narapidana selepas mereka bebas nanti.

"Ini kan bentuk kemandirian. Keuntungan buat lapas sendiri itu di samping ada produksi melon. Secara tidak langsung juga sebagai pelatihan buat warga binaan. Apalagi ada 30 orang warga binaan. Mereka sudah konsultasi dari mulai penanaman sampai penjualan," tutur Yudi.

Setelah dua bulan lebih, akhirnya pada 30 Agustus 2025, melon di sana bisa dipanen. Menurut Yudi, saat itu ada sekitar ratusan kilogram buah melon yang dipanen. Karena masih tahap pertama, melon-melon tersebut tidak untuk dijual, tapi dibagikan.

Karena hasil yang positif tersebut, program penanaman melon di dalam lapas akan terus dilanjutkan. Selain itu juga, pihaknya akan mengembangkan budidaya perikanan dan peternakan di dalam lapas Kuningan.

"Bulan kemarin tanggal 30 Agustus itu baru pengen raya sekitar 700 kilogram. Sambil penandatanganan MOU dengan pihak ketiga tersebut. Sekarang rencana mau penanaman pohon kelapa, dan penanaman melon tahap kedua sama mau mengembangkan usaha peternakan juga," tutur Yudi.

Instruktur Perkebunan Melon Lapas Kuningan, Imam mengungkap apa yang jadi kendala di awal-awal perkebunan melon tersebut.

"Kesulitan mah pasti, karena mereka baru nyoba juga. Kadang salah tekniknya. Jadi selain pelatihan kita libatkan juga para narapidana. Misal hari ini penanaman kita contohkan dulu, nanti mereka mengikuti, dari mulai penyemprotan sampai pemupukan juga kita kasih tahu," tutur Imam

Perkebunan di Lapas Kelas IIA Kuningan.Perkebunan di Lapas Kelas IIA Kuningan. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)

Imam memaparkan, ada empat jenis melon yang ditanam di Lapas Kuningan, yakni inthanon, dalmatian, the blues dan sweet aprilia. Setiap jenis melon tersebut, memerlukan penanganan yang berbeda-beda. Sedangkan untuk waktu tanam hingga berbuah sendiri membutuhkan waktu sekitar 70 hari. Pada panen melon tahap pertama, lanjut Imam, setidaknya ada sekitar 700 kilogram melon yang berhasil dipanen.

"Itu perawatannya beda-beda dan nutrisinya beda-beda juga. Kalau nggak menemukan takaran nutrisinya itu jadi banyak yang belah. Apalagi sekarang juga cuaca lagi nggak menentu kadang panas kadang hujan. Tapi kemarin panen kisaran sampai di 700 kilogram dan untuk rasanya itu sudah manis," pungkas Imam.

Sementara itu, Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yunuar dalam rilisnya memaparkan, adanya perkebunan di dalam lapas menunjukkan bahwa lapas bisa menjadi tempat inovasi yang bisa memberikan manfaat kepada banyak orang. Dian menegaskan, lapas tidak hanya sekedar tempat untuk menjalani hukuman, tapi juga menjadi tempat melahirkan pribadi mandiri dan bermanfaat.

"Saya sangat mengapresiasi langkah Lapas Kuningan. Melonnya manis, enak, bahkan ada varietas dari Korea, Jepang, Belanda, hingga Thailand. Ini bukan hanya untuk warga binaan, tapi juga punya potensi ekonomi besar, jelas pasarnya, dan bisa memperkuat ketahanan pangan daerah," pungkas Dian.

Cerita Narapidana

Sementara itu, salah seorang warga binaan lapas Kuningan, Ujang (43) mengatakan, semenjak adanya program perkebunan melon, kehidupan ia di lapas menjadi sangat produktif.Hampir setiap hari ia datang ke area kebun untuk merawat tanamna.

Ujang mengaku, di awal-awal memang mengalami kesulitan. Namun, setelah diberikan bimbingan dan pelatihan, lama-kelamaan ia terbiasa dalam merawat tanaman melon.

"Ini sudah mulai semenjak tiga bulan yang lalu. Alhamdulillah jadi ada kegiatan. Awal-awal pasti kesulitan karena belum tahu cara menanam dan merawat melon. Katanya kan harus dipilih dulu, nggak bisa sembarangan tanamnya," tutur Ujang.

Ujang memaparkan, ada banyak manfaat yang didapatkan dengan belajar menanam melon. Ia berharap, selepas keluar dari lepas dapat membuat usaha perkebunan melon sendiri.

"Dapat ilmu juga, jadi tahu cara merawat tumbuhan melon dari mulai tanam sampai panen. Harapannya habis bebas dari sini dapat mengembangkannya lagi di luar," tutur Ujang.

Senada dengan Ujang, warga binaan lain, Qomar (24) mengaku senang bisa ikut terlibat dalam program perkebunan melon yang ada di Lapas Kuningan. Semenjak adanya program tersebut, Qomar tidak lagi merasa bosan di lapas dan bisa menghabiskan waktunya dengan cara yang produktif.

Setelah keluar dari lapas, Qomar berharap, dapat mempraktikkan ilmu perkebunan yang didapatkan selama di lapas sebagai modal ia untuk memulai hidup baru di luar lapas.

"Alhamdulillah dapat pengalaman bisa belajar, ada kegiatan. Nggak jenuh lagi. Awal-awal memang ada kesulitan, cuman lama-lama terbiasa. Semoga saja nanti bisa berguna kalau sudah keluar dari sini," tutur Qomar.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads