Hama tikus seperti sudah melekat dalam benak sebagian petani di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Bagaimana tidak, sejenis hewan perekat kecil itu sering menimbulkan kerusakan pada tanaman pangan terutama saat proses pengolahan padi.
Serangan hama tikus yang mengganas sudah terjadi selama beberapa tahun belakangan. Rosadi (41) misalnya, ketua kelompok tani Pinah Indah di Desa Larangan, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu menyebut serangan hama tikus mulai marak terlihat sejak tahun 2021 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hewan yang memiliki laju reproduksi yang cukup tinggi itu masih sering berkeliaran di persawahan. Bahkan, tidak hanya merusak tanaman, hama tikus itu berpotensi menyebarkan penyakit.
"Ya ada sekitar 4 tahun mah. Semenjak tanggul diperbaiki aja," kata Rosadi kepada detikJabar, Jumat (8/8/2025).
Sejak saat itu, Rosadi dan para anggota kelompok tani lainnya merasa dirugikan. Pasalnya, hasil produksi padi dirasakan petani cukup merosot dari biasanya.
Rosadi menyebut biasanya produksi padi bisa mencapai 1 ton untuk lahan seluas 100 bata (14 meter persegi setara 1 bata di satuan luas lokal). Namun akibat serangan itu, produksinya pun merosot.
"Ngurangi. Biasanya misal dari 100 bata itu bisa 10 kuintal., itu cuma 8 sampai 9 kuintal aja," katanya.
Petani di Desa Larangan pun sering dibuat pusing akibat ulah hewan kecil itu. Pasalnya, sejak awal penanaman padi, serangan datang bertubi-tubi. Bahkan, tak jarang petani harus melakukan tanam ulang setelah hamparan sawahnya habis dibabat tikus.
"Wah ya bukan nanjangi (menyulam tanaman mati) lagi, pernah juga tandur ulang. Cuma sekarang penanganannya minta langsung ke pengairan agar bisa mengairi sawah lebih banyak," kata Rosadi.
Para petani tak pernah kehabisan akal untuk menanggulangi serangan tikus. Mulai dari memasang obat, racun tetes tikus hingga memasang rumah burung hantu di tengah persawahan.
"Khususnya di wilayah ini nggak boleh pakai setrum. Walaupun efektif tapi risikonya tinggi," ujarnya.
Kini, kelompok tani Pinah Indah pun terus berusaha mencari alternatif penanggulangan serangan hama tikus. Mereka menggandeng penyuluh hingga Serikat Petani Indonesia untuk membuat racun alami untuk tikus bioyoso.
"Tadi sih belum kelihatan hasilnya, nanti di coba lagi barangkali ada bangkainya," ujarnya.
Ketua DPC SPI Indramayu Try Utomo menilai penggunaan bioyoso menjadi solusi alternatif petani untuk menangani serangan tikus. Bahan racun alami yang dalam kandungannya bisa membunuh tikus.
"Kalau pasang bioyoso itu di dekat lubang sarang tikus," ucap Try.
Racun tikus bioyoso itu dibuat dari bahan alami. Mulai dari umbi gadung, getah kamboja, bekatul, ikan segar, ragi tape, beras hingga beras.
Komposisi bahan disesuaikan dengan kebutuhan. Biasanya, 3 kilogram bioyoso yang sudah jadi, bisa dipasang lahan seluas 1 hektare.
"Takaran bahannya di sesuaikan dengan kebutuhan aja," katanya.
(sud/sud)