Waktu seolah mundur beberapa abad saat menginjakkan kaki di Desa Nunukbaru, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka. Desa yang biasanya sunyi jauh dari hiruk-pikuk perkotaan itu, mendadak hidup dalam balutan suasana masa lampau.
Sepanjang jalan menuju kantor desa tampak dihias ornamen-ornamen bambu. Tak hanya itu, warga juga terpantau mengenakan pakaian adat tempo dulu, lengkap dengan ikat kepala. Bukan ajang cosplay, melainkan demi merawat warisan leluhur dalam rangka menggelar tradisi Ngumbahkeun Pusaka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ritual sakral ini bukan sekadar seremoni tahunan. Ini adalah napas sejarah yang terus dihidupkan oleh warga Nunukbaru.
Ngumbahkeun Pusaka sendiri adalah prosesi penyucian benda-benda pusaka peninggalan leluhur. Mulai dari keris, tombak, batu hingga patung peninggalan Kerajaan Talaga Manggung semuanya dibersihkan dengan air dari mata air keramat di tujuh blok wilayah desa. Air itu dipercaya membawa berkah.
Diiringi seni tutunggulan hingga tari Tenun Gadod, ritual ini pun berlangsung khidmat. Tradisi ini bukan hanya milik Desa Nunukbaru, namun cermin dari kekayaan budaya Majalengka yang tetap hidup lewat tangan-tangan warga yang tak lelah menjaga akar identitas mereka.
"Tentang penyiraman di hari ini, sebetulnya ini kan agenda tahunan. Agenda tahunan yang tidak bisa dipisah dengan masyarakat. Salah satu penyiraman pusaka. Cuma di dalamnya banyak lagi kegiatan lokalan. Penanggalan warisan Nunuk itu tetap diselenggarakan di desa sekaligus Milangkala Nunuk ke-554 tahun," kata Kepala Desa Nunukbaru Nono Sutrisno, Kamis (7/8/2025).
![]() |
Adapun Ngumbahkeun Pusaka sendiri, kata Nono, selalu diawali dengan ritual malam sebelumnya, dimulai dari ziarah ke makam karuhun (leluhur), kemudian dilanjutkan doa dan upacara di rumah kepala desa. Paginya, ratusan pusaka mulai dibersihkan dengan penuh kehati-hatian, disertai doa dan rasa hormat dari seluruh warga.
"Pusaka-pusaka ini merupakan peninggalan karuhun. Tahapannya tentunya di malamnya sebelum kegiatan. Ada acara ritual dulu, di makam hadoroh, lalu di rumah saya, lalu besok pelaksanaan. Tahapan awal itu kan ngambil air dari mata air yang dianggap keramat," jelasnya.
Tak hanya warga, kegiatan ini juga mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Wakil Bupati Majalengka Dena Muhamad Ramdhan hadir langsung memberi dukungan dan apresiasi.
"Tradisi ini adalah bukti nyata bagaimana budaya leluhur tetap dijaga. Kami, Pemerintah Kabupaten Majalengka, akan terus mendukung pelestarian ini," kata Dena.
Dena menyampaikan, pelestarian budaya seperti Ngumbahkeun Pusaka harus menjadi agenda rutin pemerintah, khususnya sebagai sarana edukasi dan penguatan jati diri bagi generasi muda.
Baca juga: Siasat Pedagang Beras Jahat di Jabar |
"Mudah-mudahan dengan adanya acara ini, akan terus mewadahi silaturahmi yang turun-temurun. Dan saya yakin ini generasi muda ini akan terpatri di dalam dirinya bahwa kegiatan ini akan berlanjut sampai anak cucu. Mungkin nanti beberapa puluh tahun ke depan ini tidak akan hilang, tidak akan sirna kalau misalkan ini terus dilakukan," kata Dena.
Dena juga mengatakan, tradisi ini akan dimasukkan ke dalam agenda tahunan resmi Kabupaten Majalengka, bersanding dengan tradisi lainnya seperti Pareresan, Guar Bumi, dan Hajat Desa di wilayah lain.
"Tentu ini menjadi agenda-agenda pemerintah di mana setiap desanya melakukan Milangkala, Pareresan dan juga Hajat Bumi, kita selalu support, selalu hadir. Ini menjadi budaya yang harus kita support, di mana pemerintah wajib mengagendakan, memasukkan ke dalam agenda rutinan tahunan," pungkasnya.
(sud/sud)