Pakai Metode Isnaeniyah, Jemaah Assyahadatain Lebaran Hari Ini

Kabupaten Indramayu

Pakai Metode Isnaeniyah, Jemaah Assyahadatain Lebaran Hari Ini

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Minggu, 30 Mar 2025 12:30 WIB
Jamaah Asy-Syahadatain di Desa Tinumpuk, Kecamatan Juntinyuat,  Kabupaten Indramayu menggelar salat Idul Fitri lebih awal
Jamaah Asy-Syahadatain di Desa Tinumpuk, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu menggelar salat Idul Fitri lebih awal (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Ratusan warga di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat menggelar salat Idul Fitri 1446 Hijriyah, Minggu (30/3/2025). Penentuan jatuhnya Hari Raya berdasarkan ilmu falak dengan metode penanggalan Isneniyah.

Sejak pagi, jamaah Asy-Syahadatain berdatangan di Masjid Nurul Huda di Desa Tinumpuk, Kecamatan Juntinyuat Indramayu. Dengan mengenakan busana khas serba putih dari jubah hingga sorban, jamaah bersiap melaksanakan salat Idul Fitri.

Pimpinan Asy-Syahadatain Desa Tinumpuk, Zaenal Abidin menyebut penentuan tanggal Hari Raya berdasarkan hisab Isnaeniyah. Sistem penentuan awal bulan Kamariah itu sesuai dengan anjuran guru Sayidi Syaikhunal Mukarom Habib Umar Bin Ismail Bin Yahya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Khususnya di masjid kami ini, jamaah Asy-Syahadatain Desa Tinumpuk merujuk kepada daripada yang dituntun oleh guru kami, yang merujuk kepada Isnaeniyah," ujar Zaenal Abidin usai melaksanakan salat Idul Fitri.

Secara rinci, Zaenal Abidin menjelaskan dalam kalender Kudus, tahun ini bernama tahun Za. Yaitu jika dalam penghitungan Salasiyah awal Ramadan jatuh pada Sabtu Pahing. Sehingga, penentuan Isnaeniyah lebih awal satu hari dari Salasiyah.

ADVERTISEMENT

"Kami merujuk pada Isnaeniyah, maka dikurangi satu daripada Sabtu Pahing itu, maka kami memulai puasa di hari Jumat. Sehingga ketika sudah melaksanakan puasa 30 hari, maka awal satu syawal jatuh pada hari Ahad, yang sekarang kami laksanakan salat Idul Fitri di masjid kami ini," terangnya.

Kendati demikian lanjut Zaenal Abidin, penetapan tanggal awal bulan tidak selalu berbeda. Kadangkala dalam pelaksanaan salat Idul Fitri di tahun tertentu bisa jatuh di tanggal yang sama.

"Tahun kemarin kita sama. Kami ada rujukan dari guru itu sesuai dengan perhitungan Isnaeniyah itu kami dapat catatannya bahwa tahun Za dimulai hari apa, tahun lam, tahun dal, itu ada. Jadi ada catatan dari guru itu maka kami sebagai santrinya ya ngikutin aja," ucap Zaenal Abidin.

Jamaah Asy-Syahadatain di Desa Tinumpuk, Kecamatan Juntinyuat,  Kabupaten Indramayu menggelar salat Idul Fitri lebih awalJamaah Asy-Syahadatain di Desa Tinumpuk, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu menggelar salat Idul Fitri lebih awal Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar

Meski berbeda penetapan Hari Raya, namun hal itu tidak menjadi polemik di tengah masyarakat. Bahkan, dalam satu rumah mereka tetap saling menghargai perbedaan tersebut.

"Nggak ada masalah, Alhamdulillah semuanya baik-baik saja dan semuanya saling pengertian saling mengerti. Bahkan ada yang suaminya jamaah, yang istrinya bukan tapi nggak ada masalah Alhamdulillah," ungkapnya.

Seperti diketahui, jamaah Asy-Syahadatain itu pusatnya berada di Masjid Kebon Melati di Desa Panguragan Wetan, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon. Pada tahun 1947, Habib Umar Bin Ismail Bin Yahya mendirikan pengajian syahadat yang kemudian berkembang menjadi Asy-Syahadatain.

(yum/yum)


Hide Ads